Quantcast
Channel: Komunitas Tritunggal Mahakudus
Viewing all 661 articles
Browse latest View live

VACARE DEO JUNI MINGGU K2 : APAKAH DAMAI SEJAHTERA ITU?

$
0
0

APAKAH DAMAI SEJAHTERA ITU?

Berbicara tentang damai sejahtera tidak lepas dari buah Roh. Sebagai orang Kristen kita dipanggil untuk menghasilkan buah (Yoh 15:16) dan jika kita berbuah banyak kita turut memuliakan Bapa (Yoh 15:8). Apa yang dimaksud dengan buah ini? Tradisi Gereja (dalam Vulgata) menyebutkan ada dua belas buah Roh: ‘kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian (Gal5:22-23 Vg).

Sementara St. Paulus menuliskan dalam Galatia 5:22-23 tentang buah Roh: ͞”Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”.

St. Thomas Aquinas mengartikan buah Roh ini sebagai segala kegiatan atau pekerjaan baik yang membuat jiwa menyenangkan bagi Allah. Sesungguhnya ada begitu banyak hal baik yang dihasilkan Roh Kudus dalam diri kita yang tidak mungkin dibicarakan satu persatu dalam tulisan ini.

Katekismus Gereja Katolik art. 1832 menuliskan:radisi Gereja menyebutkan dua belas macam: ‘kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian (Gal. 5:22-23 Vg)’.

Buah Roh itu tunggal bukan jamak. Dalam Kitab Suci berbahasa Inggris makna buah Roh menjadi lebih jelas. Dalam New Jerusalem Bible Gal 5:22-23 tertulis demikian: “…the fruit of the Spirit is love, joy, peace, patience, kindness,  goodness, trustfulness, gentleness and self-control”.

Paulus dalam Galatia 5:22-23, ini tidak berbicara tentang sifat-sifat yang berbeda dan berfungsi terlepas satu sama lain tetapi mengenai satu kenyataan tunggal yang dilihat dari pelbagai segi.

Buah Roh yang tumbuh dalam diri kita adalah karya Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita. Sedangkan yang dimaksud bertumbuh dalam buah Roh adalah bertumbuh dalam kehidupan yang semakin sesuai dengan karakter Yesus. Inilah tujuan Tuhan mengirimkan Roh Kudus untuk tinggal dalam diri kita agar menjadikan kita serupa dengan Kristus. Jika Roh Kudus dibiarkan berkarya secara bebas menurut kehendak-Nya tanpa dibatasi oleh kelemahan manusia, Dia akan menjadikan kita serupa dengan-Nya. Inilah buah dari karya Roh Kudus di dalam diri kita.

Damai Sejahtera

Damai sejahtera dalam bahasa Yunani adalah eirene. Kata ini bisa berarti ketentramanan dalam suatu negara karena adanya keadilan dan kemakmuran. Bisa juga berarti ketenangan hati yang semata-mata bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Allah.

Damai sejahtera yang dimaksud St. Paulus dalam Gal. 5:22 bukan soal perasaan tenang bebas dari kecemasan. Damai sejahtera disini merupakan kondisi obyektif yang tidak dipengaruhi perasaan kita pada waktu tertentu.

Istilah damai sejahtera dalam Alkitab khususnya menunjuk pada tiga hal yaitu: 1. hubungan yang benar dengan Tuhan, 2. hubungan yang benar dengan sesama, 3. keteraturan dalam hidup pribadi. Hubungan yang benar dengan Allah terjadi jika kita melakukan kehendak-Nya, menjauhi dosa dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani sebagai anak-anak Allah. Kematian dan kebangkitan

Yesus menyatukan kita kembali dengan Bapa dan juga dengan sesama kita (Ef. 2:13-16).

Banyak hal yang diperbuat orang lain mungkin mengganggu kita. Kita perlu mengembangkan sikap mau menanggung hal-hal yang tidak menyenangkan dan memaafkan sebagaimana Allah telah mengampuni kita. Mengoreksi perbuatan salah agar orang lain bertumbuh dalam kekudusan juga merupakan bentuk kasih kita kepada sesama.

Damai sejahtera berarti ketenangan; namun tidak semua ketenangan merupakan damai yang sejati. Yesus datang ke dunia bukan untuk membawa damai yang seperti itu melainkan pedang (lih. Mat 10:34). Damai yang sejati terjadi jika mendapatkan hasil akhir yang baik.

Damai Sejahtera karena Hubungan yang Benar dengan Allah

Damai sejahtera ada dalam hati orang yang sepenuhnya beriman dan berserah kepada Allah. Orang yang seperti ini tidak tergoyahkan oleh apa pun. Yesus memiliki damai seperti ini ketika menghadapi kematian. Yesus melakukan apa yang dikehendaki Bapa-Nya sampai pada titik akhir, mengampuni orang yang menyalibkan-Nya ketika sedang menderita kesakitan di kayu salib. Semua dapat diterimanya dengan ucapan syukur (Mat 5:11-12). Damai seperti ini tumbuh karena kita berjalan, mencari-Nya penuh iman dan menemukan kekuatan, kepercayaan penuh di dalam Allah.

Damai Sejahtera karena Hubungan yang Benar dengan Sesama

Damai sejahtera juga berkaitan dengan relasi terhadap sesama. Menghadapi perilaku yang tidak menyenangkan kita perlu menahan diri, memaafkan, menegor untuk memperbaiki kesalahan sesama sebagai wujud cinta. Kita pun harus mengakui dan meminta maaf jika melakukan kesalahan. Ini adalah bagian dari tindakan yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki relasi. “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (lihat Rm 12:18).

Damai Sejahtera karena Keteraturan Hidup Pribadi

Damai sejahtera juga dapat berarti keteraturan sebagaimana yang dituliskan dalam 1 Kor 14:27, 29-31,33. Damai adalah lawan dari kekacauan atau ketidakteraturan. Keteraturan tidak sama dengan kekakuan. Keteraturan dapat berarti bahwa segala sesuatu berada pada tempat yang semestinya.

Damai sejahtera sebagai buah Roh kita alami dan akan bertumbuh karena kita berdamai dengan Allah lewat penyelamatan yang dikerjakan Yesus Kristus. Kita bertumbuh dalam damai ketika mematuhi-Nya, membangun keteraturan dalam hidup pribadi dan menjalin hubungan yang baik satu terhadap yang lain.

PEDOMAN HIDUP No.22:

Allah hadir di mana-mana, di setiap tempat, di setiap waktu, tak ada satu tempatpun yang tidak terjangkau oleh kehadiran Allah. Ke manapun engkau pergi atau di manapun engkau berada, Allah selalu hadir . Seperti kata pemazmur:

“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
mengetahui kalau Aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu ?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
di situpun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang Aku”
(Mz 139:1-2.7-10).

Sharing:

  1. Apakah kesulitanku dalam membina hubungan benar dengan Allah?
  2. Apakah kesulitanku dalam membina hubungan benar dengan sesama?
  3. Apa rencana konkritku untuk mengatur hidup pribadi yang lebih baik?

VACARE DEO JUNI MINGGU K4 : MENGUNJUNGI ORANG SAKIT

$
0
0

MENGUNJUNGI ORANG SAKIT

Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (Mat 25: 36)

Mengunjungi orang sakit merupakan satu dari 7 Karya Belas Kasih Jasmani (KGK 2447), yang adalah :

  1. Memberi makan kepada orang yang lapar.
  2. Memberi minuman kepada orang yang haus.
  3. Memberi perlindungan kepada orang asing.
  4. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.
  5. Melawat orang sakit.
  6. Mengunjungi orang yang dipenjara.
  7. Menguburkan orang mati.

Salah satu pelayanan Yesus yang terbesar selama hidupNya di dunia adalah melayani dan menyembuhkan orang sakit. Hatinya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka. Pelayanan kepada orang sakit juga merupakan kesempatan baik untuk evangelisasi. Yesus sendiri mengatakan bahwa melawat orang sakit itu sama dengan melawat Yesus. (Mat 25:36). Bahkan Ia mengutus para muridNya untuk menyembuhkan orang sakit.

Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. (Mat 10:16)

Apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan

  • Lakukan persiapan dengan berdoa dulu. Mohon Tuhan beri kita hikmat kebijaksanaan supaya nanti dapat bersikap dengan tepat, dan dapat menjadi alat untuk menyampaikan kata-kata Tuhan yang menghibur, menguatkan, mendatangkan damai dan sukacita bagi si sakit.
  • Usahakan mencari tahu waktu yang tepat bagi si sakit untuk dikunjungi. Bisa kontak dulu menanyakan hal tersebut kepadanya, atau ke anggota keluarganya. Kadang-kadang ada orang sakit yang ingin menyendiri dan tidak ingin dikunjungi. Kita menghargai privasi mereka.
  • Pastikan anda tidak sedang sakit, flu atau yang lain, yang mungkin dapat menulari si sakit.
  • Basuhlah tangan anda dengan serius, atau gunakan cairan pembunuh kuman yang disediakan di RS sebelum masuk ke ruangan si sakit. Jangan sampai anda menjadi pembawa kuman atau virus.
  • Saat berada di ruangan si sakit, pantau sekilas kondisi ruangan, apakah korden perlu dibuka/ditutup, apakah TV mau dimatikan atau dipelankan suaranya, adakah piring sisa makanan yang perlu dibereskan. Keadaan si sakit, apakah perlu dibantu memperbaiki posisi duduknya, diatur bantal dan selimutnya, agar merasa lebih nyaman.
  • Jangan duduk di ranjang si sakit. Tariklah kursi ke dekatnya.
  • Jangan menginterogasi si sakit. Kalau ia tidak ingin menceritakan tentang sakitnya, jangan bertanya-tanya mendetail tentang sejarah, apa dan bagaimana penyakitnya.
  • Jangan juga terus menerus berbicara, memberi banyak nasehat dan obat melebihi dokter, membanding-bandingkan dengan pasien lain, menghakimi dan berusaha mengkoreksi banyak hal.
  • Ada 1001 jenis obat, herbal dan suplemen yang beredar di medsos yang dikatakan dapat menyembuhkan, tapi sebaiknya membatasi diri untuk memberi masukan demikian yang seringkali malah membingungkan dan melelahkan.
  • Jangan juga terlalu berdiam diri yang menimbulkan suasana kikuk. Carilah topik pembicaraan yang ringan, yang menggembirakan, yang membangun semangat. Boleh mengambil ayat Firman Tuhan untuk menghibur dan menguatkan, memberikan ketabahan. Atau sharing pengalaman pribadi tentang Tuhan.
  • Selama kunjungan, tetaplah berdoa dalam hati, doa Yesus atau berbahasa roh, telinga mendengarkan si sakit, tapi telinga hati mendengarkan Tuhan berbicara, akan apa yang harus kita perbuat dan katakan. Kadang2 Tuhan mengungkapkan hal-hal rohani yang harus dibereskan oleh si sakit. Misalnya si sakit masih ada sakit hati dan perlu mengampuni. Ganjalan spiritual itu seringkali yang menghalangi kesembuhan fisik seseorang. Apabila itu terjadi mintalah hikmat untuk dapat menyampaikannya dengan tepat.
  • Sampaikan bahwa si sakit dapat menjadikan penderitaannya sebagai berkat dengan mempersembahkannya sebagai silih bagi dosanya sendiri dan dosa orang lain.
  • Apabila si sakit menderita penyakit terminal (tak dapat sembuh), jangan mudah mengumbar janji palsu bahwa si sakit pasti akan sembuh. Memang ada mujizat kesembuhan dari Tuhan, tapi tidak semua orang Tuhan berikan untuk mengalaminya.
  • Kadang-kadang ada keluarga yang tidak mau si sakit mengetahui apa sebenarnya penyakit yang dideritanya. Hargailah itu, tapi usahakan jangan ikut berdusta dan menyampaikan kata-kata bohong. Si sakit bisa kehilangan trust (kepercayaan) terhadap Anda.
  • Baik untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan dengan sederhana dan tak berbelit-belit, misalnya
    • bahwa Tuhan sangat mencintai kita dan ingin kita selamat.
      Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh 3:16)
    • Dia penuh belas kasih dan ikut merasakan penderitaan kita.
      Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis! (Luk 7:13)
    • Dia selalu ada bersama kita dan mengasihi kita. Tak ada yang dapat memisahkan kita dari kasihNya.
      Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm 8:35,38-39)
    • Bahwa kematian akan dialami semua orang, dan bukan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang percaya.
      Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (Rm 14:8)

  • Kunjungan jangan terlalu lama, 10 sampai 15 menit paling lama. Kondisi si sakit yang lemah seringkali membuatnya cepat lelah dan harus beristirahat.
  • Sebelum pulang tanyakan apakah tidak keberatan kalau si sakit didoakan. Ini sebenarnya bagian yang paling penting dari sebuah kunjungan bagi orang sakit. Biasanya hampir tidak ada orang sakit yang menolak didoakan, bahkan yang belum percaya kepada Tuhan Yesus pun.
  • Doakan kesembuhan dan pemulihannya, baik tubuh, jiwa dan terutama rohnya. Doakan dengan penuh iman. Doakan keluarganya. Doakan aspek2 tertentu yang mungkin Tuhan nyatakan kepada anda. Doa jangan terlalu panjang. Selalu diakhiri dengan pernyataan iman dan percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana yang terindah baginya.
  • Terakhir tanyakan apa yang bisa dilakukan untuk membantunya. Selesai melakukan kunjungan, berdoalah dan bersyukurlah bahwa sudah boleh melayani Tuhan dengan mengunjungi orang sakit. Anda sudah melawat Yesus sendiri!

Rhema :

Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (Mat 25 : 36)

Pedoman Hidup No. 24:

Hidup di hadirat Allah ini, bila disertai dengan penyangkalan diri dan kelepasan, merupakan jalan utama kehidupan kita menuju persatuan dengan Allah. Tentu saja hidup di hadirat Allah ini mengandaikan iman, harapan dan kasih. Karena itu hidup di hadirat Allah sungguh-sungguh adalah jalan pendek menuju persatuan dengan Allah.

Sharing :

  • Sharingkan pengalaman Anda dalam mengunjungi orang sakit.
  • Pernahkah Anda mendampingi orang yang sedang menghadapi maut?
    Sharingkan pengalaman Anda.

VACARE DEO JULI MINGGU K1 : DOA PEMBEBASAN

$
0
0

DOA PEMBEBASAN

“Mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk 16:18)

I. Pendahuluan

Ketika kita mendengar istilah “Doa Pembebasan” tentunya yang terlintas dalam pikiran kita pertama kali adalah Pembebasan dari roh jahat. Akan tetapi, lingkup dari Doa Pembebasan ini tidak hanya menyangkut tentang keberadaan roh jahat, melainkan juga pembebasan dari kelemahan / kebiasaan buruk kita.

II. Keberadaan Roh Jahat

Seringkali kita mendengar beberapa pendapat banyak orang tentang keberadaan roh jahat. Lalu, apakah roh jahat itu sebenarnya ada? Ada pihak ekstrim yang menyangkal adanya realitas roh jahat dan menganggap bahwa hal itu sesuatu yang kuno, tetapi ada juga yang beranggapan melihat roh jahat di mana-mana. Dalam audiensi umum tanggal 15 Nopember 1972, Paus Paulus VI mengatakan: “Apakah yang menjadi kebutuhan terbesar Gereja dewasa ini? Janganlah terkejut mendengar jawaban kami dan jangan menganggapnya terlalu naif atau bahkan berbau takhayul: salah satu kebutuhan terbesar Gereja ialah perlindungan terhadap kejahatan yang disebut iblis. Suatu realitas yang dahsyat, misterius dan mengerikan.” Kemudian pada waktu itu juga Paus mengatakan bahwa menolak realitas roh jahat sebagai sesuatu yang semu atau personifikasi dari sesuatu yang tidak diketahui adalah bertentangan dengan ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja yang begitu jelas.

  1. Jenis-jenis Pengaruh Roh Jahat
    • Dari Luar
      • Godaan; biasanya berupa godaan akan SATU HAL yang belum kita miliki daripada yang SUDAH kita miliki (seperti kisah Hawa yang digoda Ular).
      • Serangan Fisik; misalnya: sakit tanpa sebab, sering keguguran, atau seperti kisah St. Vianey dari Ars.
      • Perlawanan; misalnya: kegagalan dalam usaha, sulit mendapat pasangan hidup, atau seperti kisah Nabi Daniel dalam peperangannya dengan Raja Persia yang penuh dengan hambatan (Dan 10:13).
      • Penindasan emosional / depresi; memerlukan discernment dalam keseharian.
    • Dari dalam diri manusia
      • Kerasukan / Posesi; seperti kisah orang yang kerasukan Setan di Gerasa (Mrk 5: 1- 10)
      • Opresi / Penindasan pada bagian pribadi yang lemah dan akhirnya dorongan itu sulit dikendalikan, misalnya: dorongan makan, minum, seks. Penindasan juga bisa terjadi pada bagian emosionalnya, seperti: benci, dendam, dengki, bimbang, kuatir, dan lain-lain (7 dosa pokok).
      • Luka Batin yang parah (kekecewaan, sulit mengampuni, keputusasaan); kurangnya penghayatan dalam Sakramen (kesuaman) dapat menjadi PINTU MASUK Roh Jahat
      • Keterlibatan dalam Okultisme (sihir, tenung, perdukunan, mencari kesaktian, belajar ilmu tenaga dalam, new age, dan lain-lain) -> TERSULIT untuk diatasi.
      • Roh nenek moyang / leluhur (tumbal); perlu dipersembahkan dalam EKARISTI.
  2. Mengenali Tanda-Tanda kehadiran Roh Jahat

    Untuk mengenali tanda kehadiran roh jahat atau setan, diperlukan Discernment (Pembedaan Roh1 Kor 12: 7-11)Menurut Paus Paulus VI, kita dapat mengandaikan campur tangan yang licik dan misterius dari si jahat pada kasus-kasus berikut: video tentang Yesus yang dihujat habis-habisan (Yesus jatuh cinta pada Maria Magdalena dan menjalin hubungan gelap dengannya); realita gereja setan, cinta kasih yang dicekik oleh egoisme yang dingin dan kejam, keputusasaan sebagai satu-satunya jalan keluar, legalisme aborsi/LGBT oleh negara, dan lain-lain. Suatu catatan penting, walaupun kita tidak memiliki karunia discernment ini, kita bisa mengetahui apakah ada gangguan roh jahat dari beberapa tanda dan gejala yang dapat diperhatikan berikut ini:

  • Dari orangnya sendiri
    Pada umumnya, orang yang bersangkutan sadar akan adanya roh jahat dalam dirinya. Namun di sini kita harus hati-hati, tidak boleh percaya begitu saja akan apa yang dikatakan orang itu. Terkadang orang mengatakan demikian hanya untuk menarik perhatian. Banyak orang yang sungguh-sungguh mengalami pengaruh roh jahat dan mereka perlu dibebaskan. Mereka mengalami si jahat dengan pelbagai macam cara seperti: Mendengar suara menyuruh mereka menabrakkan kendaraannya, atau masuk ke jurang; mendengar suara menyuruh bunuh diri, melompat dari jembatan, loteng; mendapat penglihatan yang mengerikan atau mengalami mimpi-mimpi buruk yang lebih menyeramkan daripada biasanya. Terkadang dengan berdoa sungguh-sungguh dalam Bahasa Roh, kita dapat mengetahui penyebab gangguan dari manifestasi yang muncul.
  • Secara Obyektif
    Seringkali orang yang perlu ditolong karena adanya gangguan roh mulai menunjukkan gejala-gejala tertentu setelah didoakan. Hal tersebut dapat diketahui dengan relatif pasti sebelumnya; misalnya: orang yang terlibat aktif dalam okultisme. Selain itu, dari observasi, kita dapat mengetahui adanya kemungkinan gangguan roh jahat dari gejala-gejala umum dan khusus berikut ini:

Gejala umum: Dorongan tak terkendali untuk makan, minum, rokok, narkoba, judi, seks dan semua perbuatan yang bersifat kompulsif (compulsive eating, drinking). Di samping itu, dr. Loron de la Salpetriere, seorang neurolog Perancis yang terlibat dalam pelayanan tersebut, menambahkan gejala-gejala berikut yang dapat menjadi indikasi adanya gangguan roh jahat: insomnia, kebingungan (nervosity), mudah marah, convulsion, bahkan gangguan psikiatrik, mengigau, gangguan emosional, kekerasan (violence) yang sering tanpa alasan yang jelas. Akan tetapi, semuanya itu dapat dikembalikan pada kategori: kekuatiran, depresi, bahkan histeria atau schizofrenia. Kalau ada gejala semacam itu, kita dapat menduga ke arah gangguan roh, lebih-lebih bila sarana medikal biasa tidak menolong. Namun, sekali lagi perlu ditandaskan bahwa semuanya itu dapat mempunyai penyebab-penyebab lain. Semuanya itu hanyalah indikasi belaka, bukan tanda khusus atau bukti adanya gangguan roh jahat.

Gejala khusus:

  •  Goncangan atau gerakan badan tertentu -> Gejala seperti itu kita jumpai dalam Injil Markus [Mrk 1:26 dan Mrk 5:5]. Mereka yang diganggu si jahat bisa juga membuat gerakan badan tertentu, misalnya badannya meronta-ronta, meliuk-liuk dan mendesis seperti ular, merangkak dan mengerang seperti harimau, dan lain-lain.
  • Memiliki kekuatan yang luar biasa -> Orang yang bisa mematahkan begitu saja rantai yang mengikatnya (Mrk 5:3-4), atau 1 orang dengan mudah mengalahkan 7 orang anak Skewa (Kis 19:13- 16) -> Kesimpulan: Kuasa iblis jauh lebih besar dibandingkan kekuatan manusia mana pun, tetapi di hadapan Tuhan, iblis tidak bisa apa-apa.
  • Suara yang berubah -> Seorang wanita bisa berbicara dengan suara pria atau seorang yang halus mulai berbicara secara kasar dan kotor sekali atau memaki-maki. Perubahan dalam cara bicara dari saya bisa berubah menjadi kami (dapat berupa intimidasi), misalnya:”Kami tidak akan keluar, kamu tidak akan bisa mengusir kami”, bisa juga berbicara dalam bahasa asing yang sama sekali tidak dikenalnya.
  • Ekspresi wajah -> Wajah berubah menyeramkan (terkadang menjadi penuh kebencian), meludah, muntah-muntah (berupa air ludah atau lendir saja); jika terjadi demikian, jangan sampai kita marah sebab itu bukan ekspresi orang itu sendiri; juga jangan menjadi takut jika melihat bola matanya berputar, hanya kelihatan putihnya. Ini umumnya suatu tanda tidak berani memandang yang mendoakan, supaya si kurban tidak ditolong. Juga itu merupakan suatu pertanda bahwa si jahat mau bersembunyi karena tidak berani bertatap muka dengan kita. Oleh karena itu, dalam mendoakan juga jangan sekali-kali memejamkan mata. (Gejala-gejala ini baik umum ataupun khusus, bersifat ambivalen; artinya: gejala serupa bisa disebabkan pengaruh roh jahat, tetapi bisa juga akibat gangguan jiwa karena dalam diri manusia ada suatu mekanisme perlindungan. Misalnya: anak-anak yang mengalami trauma psikis, membuat suatu perlindungan supaya dia bisa tahan dan tidak mati karena tekanan yang terlalu berat, sehingga tercipta pribadi-pribadi yang bisa bermanifestasi secara bergantian).

III. Berdoa Pembebasan dan Perlindungan terhadap pengaruh roh jahat

Untuk kasus yang berat (Eksorsisme baik pembebasan untuk orang yang kerasukan atau pembebasan tempat/obyek), hanya dapat dilakukan oleh Imam khusus dengan izin uskup. Syarat orang yang didoakan (pasien): harus sungguh-sungguh mau lepas dari ikatan tersebut, bertobat dari segala dosanya, menyangkal pernah berhubungan dengan kuasa gelap dengan segenap hati, menyerahkan jimat/benda keramat yang disimpan/ada ‘isi’nya (yang harus dipatahkan kuasanya dalam nama Yesus). Persiapan untuk Pendoa: mohon tambahan IMAN; mohon perlindungan bagi Tim Doa, diri kita (pendoa) beserta orang-orang yang ada di tempat tersebuttidak berdoa di tempat umum ; pelayanan Doa Pembebasan ini sebaiknya dilakukan dalam tim apalagi jika pendoa dan pasien berlawanan jenis (untuk menghindari roh jahat menggoda untuk melakukan tindakan amoral); mengikat Roh Jahat agar pergi dengan tenang dan tidak membuat manifestasi yang tidak terkendali (Mat 12: 43-45) ; untuk kasus yang berat perlu didukung dengan DOA dan PUASA (Mat 17:21). Dalam pelaksanaan Doa Pembebasan: bertindak penuh belas kasih; membuka mata, berhati-hati dan berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang terjadi; bicara dengan nada tenang tetapi TEGAS dan penuh keyakinan; memandang mata pasien karena dalam nama Yesus, orang yang mendoakan menjadi lebih kuat daripada si Jahat; jangan mencari manifestasi; jangan membuka pembicaraan dengan roh jahat; penggunaan sakramentali/benda-benda suci. Isi dari Doa Pembebasan: Doa perintah dalam nama Yesus -> “Dalam nama Yesus Kristus, aku perintahkan supaya Roh (sebutkan namanya) keluar sekarang! Enyahlah! Pergi! Sekarang!”. Perlindungan terhadap pengaruh roh jahat dapat kita usahakan dengan menjaga diri kita untuk berada dalam keadaan rahmat (Mat 12: 43-45; Ef 6: 10-12) melalui:

  • Hidup Kristiani dan rohani yang sehat (bertobat, berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik di keseharian, hidup dalam komunitas, pelayanan)
  • Menjaga hidup DOA yang sehat dan teratur -> sebagai Dasar Pelayanan juga.
  • Membaca Kitab Suci secara meditatif (misal: Lectio Divina).
  • HIDUP SAKRAMENTAL yang baik (Ekaristi, Tobat, Adorasi).

(Sumber: Retret Doa Pembebasan di Lembah Karmel (Maret 2017); Sesi Doa Pembebasan di BINUS 13)

Pedoman hidup no. 25:

Hidup di hadirat Allah berarti menghargai Allah di atas segala sesuatu dan hidup bagi Dia dan bagi rencana kehendak-Nya. Karena itu tinggalkan segala keinginan dan ingatan yang tidak berkenan kepada Allah. Hanya Tuhan saja yang pantas diingat-ingat. Hanya Tuhan saja yang pantas dicintai demi diri-Nya sendiri. Di surga tugas kita ialah hidup di hadirat Allah serta memuji dan memuliakan Allah siang malam. Dengan hidup di hadirat Allah di dunia ini, kita sudah mengantisipasi kehidupan surgawi kita kelak.

Sharing

Adakah kelemahan anda yang sulit diatasi atau pengalaman anda akan realita roh jahat dalam keseharian? Apa yang anda lakukan untuk mengatasi hal itu? Sharingkanlah pengalamanmu!

VACARE DEO JULI MINGGU K2 : KARUNIA TAKUT AKAN TUHAN

$
0
0

KARUNIA TAKUT AKAN TUHAN

Joel kecil barusan kedapatan melakukan suatu kenakalan. Papa dan mama Joel yang hendak mendisiplinkan anak bungsunya yang berusia empat tahun, memarahi Joel karena kenakalannya tersebut. Dengan raut sedih, Joel memandang papa dan mamanya bergantian.Dalam beberapa detik, matanya berkaca-kaca, mulutnya bergetar, dan meledaklah Joel dalam tangis. Sambil tersedu-sedan Joel berkata, “Kalau papa dan mama marah begitu sama Joel, kalau papa dan mama tidak sayang lagi sama Joel, Joel nanti bagaimana? Joel tidak bakal bisa hidup, Joel ‘bisa’ mati kalau papa mama tidak cinta Joel.”

Cuplikan di atas diinspirasi dari kejadian nyata. Joel, kanak-kanak yang polos, merasa takut kalau-kalau ia tidak dicintai lagi oleh orang-tuanya karena dimarahi oleh mereka. Dalam kesederhanaan cintanya pada orangtuanya, ia hanya tahu satu hal, bahwa ia sangat membutuhkan cinta kedua orang-tuanya, dan merasa bahwa ia tak bisa hidup tanpa cinta mereka. “Ketakutan” yang dialami Joel kecil bukanlah takut pada orang-tuanya seolah-olah orang tuanya akan menghukum dia dengan berat; ketakutannya adalah takut kehilangan cinta orangtuanya, karena ia sangat mencintai mereka, yang adalah sumber dan pusat kehidupannya. Dari Joel kecil kita dapat belajar tentang sikap takut akan Allah, yang sesungguhnya merupakan satu dari tujuh karunia Roh Kudus.

Tujuh Karunia Roh Kudus

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita semua, pada saat pembaptisan (dan dikuatkan pada saat Krisma) diberikan karunia-karunia Roh Kudus. Karunia-karunia tersebut adalah seperti yang dilukiskan dimiliki oleh Mesias secara lengkap dan sempurna, dalam Yesaya 11:1-3, yaitu: takut akan Tuhan (fear of the Lord), pengenalan akan Tuhan (knowledge), kesalehan (piety), keperkasaan (fortitude), nasehat (counsel), pengertian (understanding), dan kebijaksanaan (wisdom).

Dinamakan karunia-karunia Roh Kudus, dikarenakan Roh Kudus lah yang mengaruniakannya. Karenanya, mereka adalah karunia adikodrati yang bekerja secara adikodrati. Ini bukanlah karunia yang diperoleh seseorang pada waktu-waktu tertentu, melainkan akan selalu ada di dalam setiap orang, asalkan orang tersebut  berada dalam keadaan rahmat, artinya tidak berada dalam dosa berat dan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan/menyenangkan Tuhan.

Karunia Takut Akan Tuhan

Karunia takut akan Tuhan seringkali salah dimengerti oleh karena kata “takut”. Memang ada dua bentuk takut akan Tuhan, yaitu: takut (akan Tuhan) yang sempurna dan takut yang tidak sempurna. Sesungguhnya keduanya penting.

Takut (akan Tuhan) yang tak sempurna adalah ketakutan terhadap penghukuman dan takut kehilangan Surga. Kebanyakan orang memulai perjalanan rohaninya dari adanya rasa takut akan Tuhan yang tak sempurna ini — dan sesungguhnya kita memerlukan rasa takut seperti ini dari waktu ke waktu. Yesus sendiri seringkali menghimbau rasa takut seperti ini dalam kotbah-Nya; Ia dengan jelas memperingatkan tentang hukuman yang akan diterima oleh para pendosa yang tak mau bertobat, baik itu (hukuman) di dunia maupun hukuman kekal di neraka. Meskipun tidak sempurna, rasa takut seperti ini perlu juga, terutama bagi mereka yang belum dewasa rohaninya.

Sejalan dengan pertumbuhan rohani yang semakin dewasa, jiwa akan bertumbuh dalam karunia takut akan Tuhan yang sempurna, karena relasi yang murni dengan Tuhan (semestinya) didasarkan pada kasih, bukan pada ketakutan (akan penghukuman). Takut akan Tuhan yang sempurna adalah takut dalam bentuk bakti, oleh karena rasa hormat dan kekaguman yang penuh terhadap Tuhan, oleh karena cinta yang dalam kepada Dia, sehingga seseorang (mau) melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa, dilandasi oleh kasihnya kepada Tuhan, yang ia tahu penuh kebaikan dan layak menerima cinta kita. Ini serupa dengan kepatuhan seorang kanak-kanak terhadap orang-tuanya; kita mencintai Tuhan oleh karena Ia adalah Abba, Bapa bagi kita, sehingga kita tidak ingin melanggar Dia dengan perbuatan dosa, atau merusak relasi dengan-Nya dengan menolak rahmat-Nya.

Kita bisa membandingkan rasa takut akan Tuhan yang benar dan yang tidak benar dengan membaca ilustrasi dalam Injil Matius 25: 14-25. Dikisahkan ada tiga orang diberikan talenta oleh tuannya. Dua orang berhasil, satu orang gagal. Mengapa? Itu disebabkan perbedaan antara takut yang suci yang didasari cinta dan kepercayaan (kepada tuannya) seperti yang diperlihatkan oleh dua orang yang berhasil, dan takut yang tidak suci yang dipenuhi dengan kebencian dan ketidakpercayaan terhadap tuannya.

Cara Kerja Karunia Takut akan Tuhan, Manfaat dan Buah-Buahnya

Karunia takut akan Tuhan bekerja dengan memotivasi seseorang melalui 3 cara: 1) membuat jiwa semakin menyadari akan kebesaran Tuhan; 2) jiwa akan berduka atas segala bentuk perbuatan dosa, termasuk dosa kecil sekalipun dan mau melakukan penitensi atas dosa yang diperbuat; 3) berjaga-jaga dan berjuang mengatasi kelemahan agar terhindar dari dosa.

Kegunaan/manfaat dari karunia takut akan Tuhan adalah:

  1. Menyempurnakan kebajikan pengharapan. Melalui karunia ini, jiwa akan semakin menghormati Tuhan sebagai Tuhan, mempercayakan diri pada kehendak Allah, dan melabuhkan seluruh hidupnya di dalam Dia. Dan terlebih, ia ingin dipersatukan dengan Tuhan selamanya di Surga.
  2. Menyempurnakan kebajikan penguasaan diri, yang membuat seseorang mengusahakan untuk menggunakan segala sesuatu dengan bijaksana dan secukupnya, tidak berlebihan, terutama yang berhubungan dengan kenikmatan indrawi. Penguasaan diri berhubungan dengan karunia takut akan Tuhan karena kesadaran dan rasa hormat seseorang terhadap kekudusan Tuhan mendorongnya sebagai seorang ciptaan untuk memberikan kemuliaan pada Tuhan melalui pengendalian diri dalam perbuatan dan keinginan. Contoh: mengendalikan diri dengan menjaga kekudusan dari cinta perkawinan, menjaga diri terhadap godaan demi kesucian sebelum perkawinan.
  3. Merupakan sarana terbaik untuk mengatasi dosa kesombongan. ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati’ (bdk. Yak 4:6). Karunia takut akan Tuhan meningkatkan rahmat dengan mendorong kerendahan-hati.
  4. Merupakan landasan pacu menuju karunia-karunia Roh Kudus yang lain. Seperti yang tertera dalam Kitab Suci: “Permulaan hikmat/ kebijaksanaan adalah takut akan Tuhan.” (Amsal 9:10) “Melalui takut akan Tuhan (fear of the Lord), kita meningkat ke kesalehan (piety), dari kesalehan ke pengenalan akan Tuhan (knowledge), lalu akan memperoleh kekuatan (fortitude), kemudian ke nasehat (counsel), lalu ke pengertian (understanding), dan terus ke kebijaksanaan (wisdom), dan demikianlah oleh tujuh karunia Roh Kudus, terbukalah bagi kita pintu menuju kehidupan Surgawi.” (Pope St Gregory, Homilae in Hiezechihelem Prophetam, II 7,7).

Santo Bonaventura mengidentifikasikan tiga buah-buah dari takut akan Tuhan: 1) Pengudusan atau pemurnian hati yang sempurna; 2) Sanggup untuk selalu taat kepada Tuhan; 3) Kesempurnaan di dalam percaya kepada Tuhan.

Cara Mengembangkan Karunia Takut Akan Tuhan

Cara mengembangkan karunia takut akan Tuhan: 1) doa pribadi dan mengikuti misa secara teratur; 2) memeriksa batin secara teratur dan sungguh-sungguh; 3) menerima Sakramen Tobat secara teratur; 4) merenungkan/meditasi tentang cinta kasih dan kebesaran Tuhan.

Sumber: 1)Cathecism of the Catholic Church; 2)Gifts of the Holy Spirit, Fr William Saunders; 3)Growing in the Fear of the Lord, Fr Charles Pope; 4)St Bonaventure and the Fear of the Lord, Andrew M. Greenwell Rhema: “Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan Tuhan orang menjauhi kejahatan.” (Amsal 16:6)

Pedoman Hidup KTM no 26:

Hidup di hadirat Allah adalah jalan menuju persatuan dengan Allah, tetapi sekaligus sudah merupakan realisasi awal dari persatuan itu. Semakin intensif kita hidup di hadirat Allah, semakin dalam persatuan kita dengan Allah. Beberapa saudara dan saudari kita menjadi besar di hadapan Allah, karena mereka dengan sungguh-sungguh hidup di hadirat Allah ini, seperti umpamanya Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Elisabeth dari Trinitas dan Laurentius dari Kebangkitan.

Sharing :

  1. Apakah engkau merasa selama ini telah menghayati sikap takut akan Tuhan yang tepat? Sharingkanlah sikap takut akan Tuhan yang engkau hayati dalam hidupmu.
  2. Sharingkanlah bagaimana karunia takut akan Tuhan membantumu dalam pertumbuhan rohanimu.
  3. Sharingkanlah bagaimana hubunganmu dengan orang-tuamu mempengaruhi sikap takut akan Tuhan dalam hidupmu.

VACARE DEO JULI MINGGU K3 : PENTINGNYA SHARING MASALAH PRIBADI DALAM KELUARGA

$
0
0

PENTINGNYA SHARING MASALAH PRIBADI DALAM KELUARGA

“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu. Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu. Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu. Damai sejahtera atas Israel”(Maz : 128 : 1-6)

Kita tentunya lahir dalam sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek dan semua anggota keluarga lainnya. Keluarga adalah gereja kecil tempat anak-anak dibina secara iman kristiani yang baik dan benar. Kehidupan dalam keluarga adalah hal yang terutama bagi perkembangan pribadi seseorang, bagaimana dia bertumbuh dan berkembang semuanya dimulai dari keluarga. Disinilah pentingnya arti keluarga yaitu menanamkan nilai-nilai luhur Kitab Suci bagi anggota keluarga.

Tentu semua keluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dan seimbang dalam keluarga karena itu sangat penting komunikasi yang mendalam, sehat, terbuka didalam sebuah keluarga. Komunikasi berarti juga menyediakan waktu dan telinga untuk mendengar.

1. Pendahuluan

(Kolose 3:9-10 : “Janganlah lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah meninggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya”).

Kehidupan keluarga yang ideal dan harmonis sungguh dambaan setiap orang namun tidak jarang kita mendapatkan keluarga yang kurang ideal dan tidak harmonis. Ada banyak hal yang membuat orang merasa tidak bahagia dalam keluarga. Pasangan suami istri yang sibuk sehingga tidak punya waktu bagi satu sama lain. Komunikasi yang terhambat membuat mereka menjadi seperti orang asing terhadap satu sama lain. Jika hal ini tidak di selesaikan dengan segera akan menjadi masalah yang berkepanjangan dan mengganggu keharmonisan keluarga. Jika sering terjadi pertikaian didalam keluarga, anak-anak menjadi pribadi yang tertutup dan sulit berkomunikasi.

2. Refleksi “Kolose 3:12-17”

a. Kolose 3 : 13 “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti  Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian”.

Disinilah pentingnya arti pengendalian diri, tidak menuruti ego. Perlu saling pengertian dan keterbukaan satu sama lain dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan sifat dan karakter akan menjadi warna indah yang saling melengkapi dalam keluarga. Nilai-nilai luhur dalam kitab suci sangat diperlukan dan menjadi dasar bagi perkembangan setiap pribadi.

b. Kolose 3: 14-17 “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”. Keterbukaan mengurangi kesalapahaman dalam keluarga. Hal ini sangat penting untuk menghindari pertikaian dan luka di antara anggota keluarga.

3. Langkah Iman

Kolose 3 :18-20 “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”. Dengan saling mensharingkan masalah pribadi didalam keluarga diharapkan :

A. Bertumbuh kasih persaudaran yang hangat didalam keluarga.
Dengan saling berbagi didalam keluarga diharapkan adanya pengerian dan empati yang dalam antar sesama anggota keluarga.

B. Saling menguatkan didalam Doa
Dengan saling mendoakan anggota keluarga akan menjadi sumber kekuatan bagi setiap pribadi untuk lebeh mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

C. Keterbukaan didalam keluarga
Jika saling terbuka dan jurur maka kesalahpahaman bisa dihindari.

4. Pengendapan

Dengan komunikasi yang baik dan terbuka didasari kasih, diharapkan setiap anggota keluarga makin matang karakternya dan buah Roh Kudus makin bertumbuh. Sehingga menjadi keluarga kudus ditengah kemajemukan dan perkembangan teknologi bukanlah hal yang mustahil terapi sungguh ada dan nyata.

Buah Roh Kudus (Gal 5:22-23) :

1. Kasih (Love) 1 kor 13:13 (tidak membicarkan kekurangan dibelakang, tidak menceritakan kekurangan kepada orang lain).

2. Sukacita (joy) belajar untuk untuk bersukacita walaupun tidak ada alasan saat tantangan tersebut datang. Sukacita harus dari dalam hati (caranya dengan memperbanyak jam doa yg berkualitas).

3. Damai sejahtera (peace) Filipi 4:7 (damai sejahtera yang memapukan kita untuk mengambil keputusan-keputusan penting ditengah persoalan keluarga).

4. Kesabaran (patience) Alkitab mengatakan orang yang sabar melebihi pahlawan. Tenang tidak tergesa-gesa dan tahan menghadapi hal yang tidak menyenagkan akan menghindari kita untuk tidak terjerumus ke dalam hal yang tidak benar.

5. Kemurahan (kindess) dalam keluarga bermurah hati nampaknya mudah untuk dilakukan kepada orang yang baik tetapi kita juga perlu bermurah hati pada yang kurang kita tidak sukai.

6. Kebaikan (goodness) kebaikan tanpa batas dan pamrih seharusnya kita berikan kepada keluarga kita, dengan hal kecil misanya meyediakan telinga untuk mendengar curhatan anggota keluarga.

7. Kesetiaan (faithfulness) kesetiaan sangat dibutuhkan dalam keluarga kristiani, dengan kesetiaan inilah menunjukan perbedaan keluarga kristianin dengan keluarga dunia

8. Kelemahlembutan (genteleness) Mat 11: 29 katena Yesus sendiri adalah teladan kelemah lembutan, kelemahlembutan sangat diperlukan untuk menjaga damai dalam keluarga. Contoh kelemahlembutan: mengalah, tidak berkata kasar yang menyakiti, mau meminta maaf duluan.

9. Penguasaan diri (self control) Alkitab mencatat bahwa orang yang dapat menguasai diri melebihi orang yang merebut sebuah kota. Mengendalikan diri tidak membiarkan hati kita menjadi pahit dan balik menyakitia jika mendapat perlakuan dan perkataan yang tidak menyenangkan.

Sumber katolisitas.org

Pedoman Hidup KTM no. 27:

Banyak kesempatan sepanjang hari di mana kita dapat hidup dalam hadirat Allah: waktu mengerjakan pekerjaan harian: memasak, menjahit, bersih-bersih rumah, atau pekerjaan tangan lainnya yang tidak menuntut perhatian penuh. Waktu dalam kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sambil mengerjakan semua itu, kita dapat ingat akan Allah sambil mengulangi-ulangi nama Yesus, misalnya. Hendaklah engkau memperhatikan Allah dan Allah akan memperhatikan segala kebutuhanmu.

Sharing:

1. Bagaimana komunikasi dalam keluarga anda selama ini? Apakah terbuka atau banyak hambatan?

2. Siapakah anggota keluarga anda yang terdekat yang dapat anda percaya untuk membicarakan masalah pribadi?

3. Hambatan apa saja yang anda alami dalam membicarakan masalah pribadi kepada anggota keluarga?

VACARE DEO JULI MINGGU K4 : SETIA MELAYANI DALAM KTM

$
0
0

SETIA MELAYANI DALAM KTM

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk 16:10)

Pembukaan

Kisah Nick Vujicic, Tanpa Tangan Tanpa Kaki

Nick adalah anak pertama dari sebuah keluarga Serbia, yang tinggal di Australia dengan gangguan Tetra-amelia langka: tanpa kaki, hilang kedua lengan dari bahu, dengan dua kaki kecil dan salah satunya memiliki dua jari kaki. Hidupnya penuh dengan kesulitan dan kesulitan, salah satunya dilarang oleh Negara bagian Victoria untuk menghadiri sekolah karena cacat fisik. Namun tak lama, undang-undang tersebut berubah dan Nick menjadi siswa cacat pertama yang masuk ke sekolah umum. Ia belajar menulis dengan menggunakan dua jari di kaki kirinya, ia berjalan dengan alat peluncur khusus, jempol kaki yang ia gunakan sebagai pegangan. Dia juga belajar mengetik menggunakan tumit dan kaki, melemparkan bola tenis, main drum pedal, menyisir rambut, sikat gigi, menjawab telpon, mencukur, minum, serta berenang.

Sekalipun banyak hal ia bisa pelajari dan lakukan, ia mengalami penindasan yang cukup berat dan membuatnya depresi di sekolah. Sehingga pada usia 10 tahun, ia berusaha menenggelamkan dirinya di dalam air, tapi ia gagal, orang tuanya juga mendukungnya dalam berbagai hal serta menunjukkan kasihnya yang tak terhingga. Mulai saat itu, Nick mulai menyadari bahwa keadaan dirinya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang, dan ia mulai bersyukur kepada Tuhan karena ia hidup. Sejak saat itu, banyak perubahan mulai terjadi, Ia terpilih sebagai kapten di sekolah, saat kuliah, ia bekerja dengan dewan mahasiswa dalam berbagai acara penggalangan dana bagi badan amal lokal dan kampanye cacat. Ketika berumur 17 tahun, ia mulai memberi ceramah di kelompok doanya, dan akhirnya mendirikan organisasi non-profitnya, Life Without Limbs. Pada tahun 2005, Nick dinominasikan sebagai “Australian Man of The Year” award. Sekarang Nick menjadi pembicara inspirasional internasional, ia telah berbicara kepada lebih dari 3 juta orang sejauh ini, di lebih dari 24 negara di lima benua. Pada tahun 2012, Nick menikah dengan wanita idamannya, dan mereka dikaruniai 4 orang anak yang normal dan sehat.

Pokok Pembahasan

Dari sepenggal cerita di atas, hal apa saja yang memampukan Nick untuk tetap setia dalam meniti kehidupan?

1. Iman, pengharapan, dan kasih
Iman yang dimiliki orang tua Nick, telah menyelamatkan Nick dari maut yang ia rencanakan. Iman dan pengharapan di dalam Tuhan, yang telah diajarkan oleh kedua orang tua Nick, yang telah menjadikan Nick tumbuh, berkembang dan dapat menjadi orang sukses di balik keterbatasannya. Dalam keterbatasannya, Nick ingin menginspirasi banyak orang, dan cita-cita mulia inilah yang menghantarkan Nick mencapai kesuksesan hidup di dalam karirnya. Kasih sayang orang tua, telah memampukan Nick untuk – berbagai rintangan dalam kehidupannya, kasih sayang yang sama pula menjadi dasar dalam setiap karya dan pelayanan yang Nick bagikan. Hingga ia dipertemukan dengan wanita idamannya, dan mereka dikarunia 4 orang anak yang sehat dan normal.

2. Kesetiaan/ketekunan
Kesetiaan yang telah diteladannya dari kedua orang tua nick, dari merawatnya sejak bayi hingga tumbuh dewasa, telah menjadi bukti nyata bagi Nick akan pentingnya arti kesetiaan dalam sebuah kehidupan. Tidaklah mudah bagi seorang cacat tanpa kaki dan tangan untuk belajar menulis, mengetik, bermain drum, menyisir rambut, bahkan berenang. Namun semua itu mampu ia lakukan, berkat ketulusan dan kasih sayang orang tuanya yang begitu tulus dan tanpa pamrih bagi anak yang mereka kasihi. “Kesetiaan itu tidak perlu dicari, dia akan kamu dapatkan ketika kamu mencintai dan menyayanginya dengan tulus” (NN).

Bila Nick dan keluarganya, dimampukan untuk setia dalam kehidupan bersama Tuhan sang pencipta, mereka mampu melewati masa-masa kelam hingga mendapatkan mahkota kebahagiaan, bagaimana dengan kita, khususnya kesetiaan kita dalam pelayanan bagi komunitas yang telah kita ikuti, KTM?

Apa yang bisa kita lakukan jika kita mengalami konflik, kebosanan, tidak ada semangat lagi dalam pelayanan di KTM?

1. Berbicaralah dengan seseorang yang lebih dewasa dalam hal pelayanan
Mengeluarkan keluh kesah yang kita miliki, terkadang akan membantu juga untuk mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan/harapkan. Selain itu, dalam berkeluh kesah, diharapkan kita juga bisa mencari seesorang yang lebih dewasa dalam hal pelayanan, sehingga nasehat ataupun yang diberikan bisa lebih dipertanggungjawabkan dan lebih bijak. Apabila seseorang belum bisa membantu atau kita belum merasa puas, tidak ada salahnya kita mencari teman sharing yang berbeda, sehingga kita bisa mendapatkan berbagai sudut padang.

2. Motivasi pelayanan dalam KTM
Tak ada salahnya juga kita melihat kembali, apakah motivasi awal kita mengikuti KTM? Apakah motivasi itu adalah motivasi yang telah bersifat untuk jangka panjang, tidak perlu diubah lagi sesuai dengan sikon kehidupan yang berubah-ubah ataukah motivasi tersebut sifatnya hanya sementara? Bisa jadi, motivasi awal kita merupakan motivasi yang bersifat sementara, jadi jika saat anda memiliki kegalauan untuk tetap setia dalam pelayanan di KTM karena motivasi itu sudah tidak sesuai, coba renungkan kembali, dan carilah motivasi yang bersifat jangka panjang. Misal: untuk mengenal Allah lebih lagi, untuk membantu diri saya mencapai kekudusan, dll.

3. Mintalah pentunjuk ke Tuhan
Sudahkah kita bawa kebimbangan, kegalauan yang kita hadapi dalam doa? Di balik setiap masalah, di saat kita menghadapi persimpangan, Tuhan hadir dan Tuhan memiliki rencana yang indah bagi setiap kita. Alangkah baiknya jika dalam perjalanan ini pula, kita selalu meminta pentunjuk dari-Nya, supaya jalan yang kita pilih tidak salah. Praktekkanlah discernment, jika memungkinkan.

4. Berdamailah dengan situasi tersebut
Saya sangat terkesan oleh sepenggal doa Reinhol Neibur yang berbunyi demikian, “Tuhan, berilah kami ketabahan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa kami ubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kami ubah, dan berilah kami hikmat untuk membedakan kedua-duanya.” Kita tidak diminta untuk duduk diam dan meninggalkan KTM begitu saja karena perbedaan-perbedaan yang ada, namun secara bijak, kita diminta untuk bisa membedakan, hal-hal apa saja yang harus kita terima, dan hal-hal apa saja yang bisa diperjuangkan untuk menjadi lebih baik.

Di balik kesetiaan terhadap pelayanan di KTM, apa yang dapat kita ambil hikmahnya?

1. Kesetiaan menghasilkan kasih Allah tercurah dalam diri kita.
Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita , karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Rm 5:3-5)

2. Meningkatkan kedewasaan iman
Seperti ayat di atas, Rm 5:3-5, sebuah kesetiaan akan membuat seseorang tahan uji. Hal ini juga di dalam hal iman, dalam hal rohani. Bagi seseorang yang semakin tahan uji, orang itu akan semakin bijaksana, imannya semakin dikuatkan, dan bisa memberikan inspirasi/teladan bagi setiap orang yang ia jumpai.

3. Belajar untuk semakin menyerupai Yesus/menuju kepada kekudusan
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, dan tak jarang kita menemui konflik di berbagai hal, termasuk di dalam KTM. Melalui konflik dan perbedaan inilah kita bisa belajar untuk semakin rendah hati, belajar untuk mendengarkan kehendak Allah, belajar untuk mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, belajar untuk semakin bijaksana, dan akhirnya kita pun akan belajar untuk hidup semakin kudus di hadapanNya.

Penutup

Menjadi kudus adalah panggilan dari setiap umat Kristiani, dan inilah tujuan akhir hidup kita supaya kelak bisa kembali tinggal bersama-sama di pelataran rumah Allah. Maukah kita belajar bersama KTM sebagai komunitas yang mendidik, membesarkan, dan menjadi keluarga kedua kita hingga akhir hayat?

Mother Teresa mengatakan, “Tuhan tidak memanggilku untuk mengejar kesuksesan, namun Ia memanggilku untuk SETIA kepadaNya”, bagaimana dengan kita?

Sharing

1. Apa yang menjadi motivasi diri kita bergabung dalam KTM?
2. Sudahkah anda mencintai dan menyayangi KTM dengan tulus/tanpa pamrih? Sharingkan!
– Jika belum, apa yang sekiranya sel komunitas anda bisa bantu, supaya anda lebih bisa mencintai lebih tulus?
– Jika sudah, tips apa yang bisa anda bagikan ke anggota sel yang lain?
3. Masihkah kita sering berpaling ke komunitas lain, baik untuk mencari kepuasan, belajar dari komunitas lain, ataupun mencari teman?
– Jika iya, apa yang kita cari di sana? Perbaikan apakah yang bisa dilakukan ke depan oleh KTM?
4. Adakah hal-hal lain yang masih dapat kita perbuat bagi KTM?
5. Apa impinan/harapan anda jika anda mau terus tumbuh dan berkembang bersama KTM?

Pedoman Hidup KTM 28:

Bila engkau sungguh-sungguh hidup di hadirat Allah dan hanya berusaha berkenan kepada Dia saja, janganlah takut, bahwa engkau akan melalaikan tugas atau tanggung jawab yang diberikan kepadamu. Tidak. Tuhan sendiri akan mengingatkan engkau apa yang harus kaulakukan. Bukankah untuk setiap pikiran dan perbuatan baik, kita memerlukan rahmat aktual ? Dari dirimu sendiri engkau bahkan tidak mampu menimbulkan satu saja pikiran yang baik, apalagi melakukan pekerjaan baik. “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan (artinya, kemampuan untuk menginginkan sesuatu yang baik), maupun pekerjaan (karya kasih) menurut kerelaan-Nya” (Flp 2:13). Dan rahmat ini bukan lain daripada karunia Roh Kudus sendiri. Karena itu, bila engkau sungguh -sungguh hidup di hadirat Allah tanpa mengingat dan memikirkan apa-apa kecuali Allah saja, setiap saat Roh Kudus akan mengilhami dan mendorongmu untuk mengingatkan engkau akan apa yang harus kaulakukan, apa yang harus kaukatakan. Seperti janji Tuhan Yesus sendiri: “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu” (Mat 10: 19-20, bdk Mrk 13:11; Luk 12:12).

Tetapi Roh tidak hanya mengilhami kita pada saat-saat yang sulit, melainkan setiap saat. Bukankah seperti yang dikatakan Santo Paulus: “Anak Allah ialah mereka yang dipimpin Roh Allah “(Rom 8:14). Terjemahan yang lebih tepat sebenarnya ialah: “yang digerakkan oleh Roh Allah”. Dan bukankah Tuhan Yesus sendiri juga dengan tegas bersabda: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26).

VACARE DEO JULI MINGGU K5 : SEXUALITAS DALAM PANDANGAN GEREJA KATOLIK

$
0
0

SEXUALITAS DALAM PANDANGAN GEREJA KATOLIK

“Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging”(Mat 19:5)

Pendahuluan

Dalam hidup bermasyarakat dewasa ini, kita mendengar beberapa kabar mengenai perceraian, kekerasan sexual, penyimpangan sexualitas, bahkan anak muda terlibat dengan pergaulan bebas. Ada juga yang jatuh ke dalam dosa pornografi dan mansturbasi. Semua kejadian tersebut merupakan sebuah tanda bahwa masih banyak manusia yang tidak menyadari panggilan luhur Allah dalam sexualitas sehingga mereka hanya mencari kenikmatan diri sendiri saja, tetapi tidak sampai pada makna terdalam sehingga salah jalan, bahkan menjadi budak dari dosa. Melalui VD kali ini kita akan membahas mengenai makna sexualitas dalam pandangan gereja sehingga kita tidak jatuh dalam dosa ketidakmurnian tersebut.

Tujuan dari sexualitas

Dalam katekismus Gereja Katolik, sexualitas ini diarahkan kepada panggilan menuju kemurnian. “Kemurnian berarti integrasi seksualitas yang membahagiakan di dalam pribadi dan selanjutnya kesatuan batin manusia dalam keberadaannya secara jasmani dan rohani. Seksualitas, dalamnya nyata, bahwa manusia juga termasuk dalam dunia badani dan biologis, menjadi pribadi dan benar-benar manusiawi, kalau digabungkan ke dalam hubungan pribadi dengan pribadi, dalam penyerahan timbal balik secara sempurna dan tidak terbatas oleh waktu, antara suami dan isteri. Dengan demikian kebajikan kemurnian menjamin sekaligus keutuhan pribadi dan kesempurnaan penyerahan diri”. KGK 2337 Dalam pernyataan tersebut kita dapat mengambil beberapa inti yang penting :

Integrasi antara jasmani dan rohani Di dalam katekismus ini kita disadarkan bahwa sexualitas bukan hanya semata mata sebuah aktivitas jasmani belaka. Tetapi harus disertai integrasi dengan rohani supaya dapat membawa kebahagiaan. Oleh karena itu kita bisa melihat realitas pernikahan yang hancur yang diakibatkan hanya didasarkan keinginan biologis dan hanya didasari oleh kesenangan jasmani tanpa memperhatikan nilai rohani. Sebagai contoh, menjalin hubungan dengan pasangan orang lain, melakukan mansturbasi, menonton pornografi dan sebagainya. Dimana yang dikejar adalah kesenangan jasmani saja. Sedangkan secara rohani bertentangan dengan perintah Tuhan : “Jangan berzina” (Kel 20:14; UL5:18) “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzina. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya”. (Mat 5:27-28).

Lalu apa sebenarnya tujuan dari sexualitas tersebut? Di dalam Kejadian 1:28 Tuhan memberikan tujuan dari sexualitas “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Dan secara lebih detail dituangkan melalui gerejanya “Seksualitas menyentuh segala aspek manusia dalam kesatuan tubuh dan jiwanya. Ia terutama menyangkut kehidupan perasaannya, kemampuan untuk mencintai, dan untuk melahirkan anak, dan lebih umum, kemungkinan untuk mengikat tali-tali persekutuan dengan orang lain”. Jadi sexualitas menyangkut juga : perasaan untuk membahagiakan pasanganya, kemudian berlandaskan cinta kasih yang tulus tanpa pamrih, mau berkorban, tanggung jawab untuk melahirkan anak dan membesarkanya, baik secara material, pendidikan anak, perkembangan anak sampai dewasa, dan juga kesetiaan dengan pasangan seumur hidupnya.

Ciri khas sexualitas benar

Dalam Katekismus Gereja Katolik dikatakan “Kemurnian menuntut mempelajari pengendalian diri, yang adalah pendidikan menuju kebebasan manusia. Alternatifnya jelas: atau manusia itu tuan atas nafsunya dan dengan demikian memperoleh perdamaian, atau ia menjadi hambanya dan dengan demikian tidak bahagia. Bdk. Sir 1:22. “Martabat manusia menuntut, supaya ia bertindak menurut pilihannya yang sadar dan bebas, artinya: digerakkan dan didorong secara pribadi dari dalam, dan bukan karena rangsangan hati yang buta, atau semata-mata karena paksaan dari luar. Adapun manusia mencapai martabat itu, bila ia membebaskan diri dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tujuannya dengan secara bebas memilih apa yang baik, Serta dengan tepat guna dan jerih payah yang tekun mengusahakan sarana-sarananya yang memadai” (GS 17). “KGK 2339 Melalui ajaran gereja kita dapat simpulkan bahwa pengendalian diri menjadi ciri khas utama dari sexualitas yang benar. Hal ini dituangkan dalam menjaga kemurnian sebelum menikah, mengendalikan keinginan sexualitas sesuai dengan kondisi pasangan, menjaga kesetiaan tidak hanya dalam tindakan saja bahkan dalam pikiran pun dijaga kemurniannya.

Aplikasi dalam hidup kita

Sebagai kaum muda / yang belum menikah
Sadarilah bahwa walaupun belum menikah, kita sudah wajib melatih diri dalam kemurnian melalui pengendalian diri. Sadari jika sexualitas bukan mengejar kenikmatan badani, tapi harus dijaga sampai Sakramen pernikahan. 1 Petrus 1:14-16, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”. Dan sebagai modal yang baik supaya kehidupan berkeluarga akan bahagia dan saling setia. Mulailah mempraktekan nilai-nilai rohani 2 Tim 2:22, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” Utamakanlah ini di atas hawa nafsu. Hindarilah hal-hal yang membawa ketidakmurnian seperti pornografi dan melakukan mansturbasi.

Sebagai yang telah menikah
Utamakanlah kasih di atas keinginan akan sexualitas : “Kasih itu sabar ; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan” 1 Kor 13 : 4-8 Kendalikanlah pikiranmu dari keinginan mata yang tidak teratur sehingga tidak tergoda untuk tidak setia. Pergunakanlah waktu sebaik mungkin bersama pasangan dan anak – anak yang Tuhan telah percayakan dengan penuh tanggung jawab.

Setelah membaca VD kali ini berkumpulah bersama teman, berdoalah sejenak kepada Tuhan supaya diberikan karunia Roh Kudus terutama pengendalian diri sehingga dapat mengutamakan nilai – nilai kasih di atas hawa nafsu. Tutuplah doamu dengan menyanyikan lagu :

Kasih pasti lemah lembut

Kasih pasti lemah lembut
Kasih pasti memaafkan
Kasih pasti murah hati
KasihMu, kasihMu Tuhan

Ajarilah kami ini saling mengasihi
Ajarilah kami ini saling mengampuni
Ajarilah kami ini kasihMu ya Tuhan
KasihMu Kudus tiada batasnya

Setelah menyanyikan lagu berdoalah mohon supaya Roh Kudus membimbing sharing supaya dapat terbuka dan mendapatkan pengertian baru bagaimana menjaga kemurnian dalam diri anggota dan apa yang harus diperbaiki dalam hidup untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan serta menerima Sakramen tobat.

Sharing:

1. Sharingkan bagaimana pendapatmu mengenai nilai–nilai cinta kasih di atas sexualitas?

2. Sharingkan kesulitan apa yang engkau hadapi dalam menghadapi kemurnian dan langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk hidup dalam kemurnian tersebut ? Sharingkanlah pengalamanmu

Thema ayat minggu ini

2 Tim 2:22, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”

Pedoman hidup KTM 30 :

Janganlah kaupikirkan dan kauingat masa lampaumu, kecuali untuk mengenangkan kasih Allah yang telah kauterima dan untuk bersyukur kepadaNya. Juga untuk penyembuhan batinmu bila masih ada luka-luka batin yang belum sembuh, tetapi hal itu hanya sejauh diperlukan untuk penyembuhan saja. Sesudah itu segeralah kembali hidup pada saat ini di hadapan Allah, penuh iman dan cintakasih, hidup hanya bagi Tuhan saja.

VACARE DEO AGUSTUS MINGGU K1 : EUTHANASIA

$
0
0

EUTHANASIA

Euthanasia berasal dari Bahasa Yunani yakni dari kata “Eu” yang berarti ‘baik’ dan “Thanatos” yang berarti ‘mati’. Jadi arti kata Euthanasia adalah kematian yang baik atau mati secara baik. Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup manusia agar lepas dari penderitaan yang dialami. Ada yang pro dan kontra terhadap euthanasia. Di negara tertentu euthanasia dilegalkan atau diperbolehkan seperti di Belanda, Luksemburg, Belgia, Swiss, Jerman, Amerika Serikat dan Jepang.

Euthanasia dibagi menjadi lima jenis:

  1. Euthanasia aktif yaitu saat dokter secara langsung dan sadar bertindak mengakhiri kematian pasien, seperti menyuntikkan obat penghilang rasa sakit hingga overdosis. Termasuk dalam kategori ini:
    • Euthanasia volunteer yang didasari permintaan pasien yang  secara sadar ingin mengakhiri hidupnya karena berbagai alasan medis yang kuat.
    • Euthanasia non-volunteer yang dilakukan ketika pasien berada dalam kondisi tidak sadar atau tidak mampu membuat pilihan mandiri antara hidup dan mati. Keputusan diambil oleh kerabat yang dianggap kompeten.
    • Euthanasia involunteer yang terjadi saat pihak lain mengakhiri nyawa pasien kendati berlawanan dengan keinginan asli mereka. Contohnya, seorang pasien ingin terus bertahan hidup meski dengan kondisi menderita, namun pihak keluarganya meminta dokter untuk mengakhiri hidupnya

  2. Euthanasia pasif berupa pembiaran petugas medis agar pasien meninggal dengan sendirinya. Contoh: sengaja mematikan mesin bantu pernafasan atau mencabut infus.

Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai Euthanasia?

Hidup manusia sangat bernilai dan perlu diperjuangkan terus menerus, karena merupakan pemberian Allah yang sungguh luhur, karena Allah menciptakan manusia secitra dan segambar dengan Allah sendiri (Kej 1:26). Hidup itu ada karena Allah memberikan Roh kehidupan (bdk Rom 8:2). Manusia tidak dapat memperpanjang atau memperpendek hidupnya (bdk Mat 6:25; Luk 12:25).

Melalui dokumen “Gaudium et Spes” (GS art.27) Gereja Katolik menolak euthanasia aktif dan memandangnya sebagai ancaman yang sangat serius di masa mendatang. Keprihatinan ini semakin besar, tatkala melihat gerakan yang kuat melegalkan tindakan euthanasia denga merebaknya paham ‘the right to die without suffering’. Melalui deklarasi tentang euthanasia pada tangggal 5 mei 1980, Kongregrasi Suci Ajaran Iman mengajak umat memperhatikan hidup manusia. Hidup manusia itu sangat bernilai. Orang tidak boleh semena-mena merampas hidup manusia. Diajarkan pula mempersatukan penderitaan dengan penderitaan Kristus. Penderitaan yang dialami adalah batu uji iman dan jalan untuk semakin mengenal Kristus lebih penuh. Penderitaan yang dialami perlu disyukuri, karena boleh turut serta merasakan penderitaan bersama Kristus. Hidup manusia harus dihormati, karena hidup tidak untuk saat ini saja, melainkan untuk selama-lamanya. Hidup dan mati berada ditangan Tuhan (bdk Rom 14:8; Filipi 1:20). Dalam Hukum Gereja pun tindakan Euthanasia tidak dapat dibenarkan karena sama dengan tindakan pembunuhan/tindak pidana dan dihukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku (lih KHK 1983 kanon 1397)

Paus Yohanes Paulus II dalam Evangelium Vitae, menyatakan secara definitif bahwa pembunuhan seorang manusia yang tak bersalah selalu merupakan perbuatan tidak bermoral. Pernyataan ini bersifat infallible atau tidak dapat sesat. Dalam artikel 57 dari dokumen Evangelium Vitae, dituliskan sebagai berikut:
“Jadi, dengan otoritas yang diberikan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan di dalam persekutuan dengan para uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa tindakan pembunuhan seorang manusia tak bersalah selalu merupakan tindakan yang sungguh tidak bermoral. Pengajaran ini, berdasarkan hukum yang tidak tertulis, di mana manusia dalam terang akal budi, menemukannya dalam hatinya (lih. Rm 2:14-15), ditegaskan kembali oleh Kitab Suci, diteruskan oleh Tradisi Gereja dan diajarkan oleh Magisterium biasa dan universal” (Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Lumen Gentium, 25).

Namun surat ensiklik Evangelium Vitae tersebut juga menjelaskan bahwa euthanasia berbeda artinya dengan keputusan untuk tidak melakukan perawatan medis yang agresif (aggressive medical treatment):

“[Perawatan ini adalah] prosedur- prosedur medis yang sebenarnya sudah tidak lagi cocok dengan keadaan riil pasien, karena prosedur tersebut sudah tidak proporsional dengan hasil yang diharapkan, atau prosedur tersebut memaksakan beban yang terlalu berlebihan kepada pasien dan keluarganya. Dalam keadaan- keadaan seperti ini, ketika kematian sudah jelas tidak terhindari, seseorang dengan hati nuraninya dapat “menolak bentuk- bentuk perawatan yang hanya menjamin perpanjangan hidup yang tak menentu dan sangat membebani, sepanjang perawatan normal yang layak bagi pasien pada kasus-kasus serupa tidak dihentikan.” (CDF, Ibid., IV: loc. cit, 551). Sudah pasti ada keharusan moral untuk merawat diri sendiri dan membiarkan diri dirawat orang lain, tetapi tugas ini harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi-kondisi konkret. Harus ditentukan apakah perawatan yang ada secara obyektif proporsional dengan kemungkinan penyembuhan. Menolak cara yang berlebihan dan tidak proporsional tidak sama dengan bunuh diri atau euthanasia; melainkan itu mencerminkan penerimaan kondisi manusia menghadapi maut.” (Ibid., seperti dikutip dalam Evangelium Vitae 65)

Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa walaupun dalam kondisi ‘vegetatif’ sekalipun, manusia tetap mempunyai martabat yang utuh, dan karenanya harus diperlakukan sebagai manusia. Bahkan ketika kematian sudah di ambang pintu, para pasien, tetap harus diperlakukan sesuai dengan martabatnya, dengan terus diberikan perlakuan yang umum dan layak. Dokumen untuk Para Petugas Kesehatan, The Charter for Health Care Workers (yang dikeluarkan oleh Pontifical Council for Pastoral Assistance for Health Care Workers, 1995) mengatakan bahwa perlakuan yang layak tersebut termasuk perawatan, kebersihan, pengurangan rasa sakit, pemberian makanan dan air, baik melalui mulut atau dengan infus, jika ini dapat mendukung kehidupan pasien tanpa menimbulkan beban yang serius kepada pasien. Maka persyaratan umum adalah menghindari kematian pasien yang disebabkan oleh kelaparan dan kehausan. Namun, jika terjadi kasus sebaliknya, yaitu jika pasien telah menjelang ajal, di mana pemberian makanan dan air malah menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada manfaatnya, maka mereka yang bertugas merawat pasien tersebut, dapat memberhentikan pemberian tersebut.

Kesimpulan

Dalam kondisi yang sulit kadang orang tersudutkan untuk mengambil keputusan yang tampaknya ‘benar menurut manusia’ walau tidak sesuai dengan hukum Allah. Tapi seperti Yesus dan para Rasul yang tidak menyayangkan bahkan nyawa mereka demi sebuah kebenaran, semoga kita dapat tetap bertekun untuk selalu mencari dan melakukan ‘kebenaran Tuhan’.

Referensi:

1. PPAT (Program Pembinaan Anggota) Tahap III

2. http://www.katolisitas.org/apa-pandangan-gereja-katolik-tentang-euthanasia/

Pedoman Hidup KTM no. 30:

Janganlah kaupikirkan dan kauingat masa lampaumu, kecuali untuk mengenangkan kasih Allah yang telah kauterima dan untuk bersyukur kepadaNya. Juga untuk penyembuhan batinmu bila masih ada luka-luka batin yang belum sembuh, tetapi hal itu hanya sejauh diperlukan untuk penyembuhan saja. Sesudah itu segeralah kembali hidup pada saat ini di hadapan Allah, penuh iman dan cintakasih, hidup hanya bagi Tuhan saja.

Sharing

1. Seberapa teguh aku menjunjung tinggi martabat hidup manusia?

2. Jika aku sakit parah, apakah aku mensyukuri dan mempersembahkan penderitaan dan sakitku bersama dengan penderitaan Kristus?


VACARE DEO AGUSTUS MINGGU K2 : KELEMAHLEMBUTAN DALAM RELASI

$
0
0

KELEMAHLEMBUTAN DALAM RELASI

“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat 11:29)

  1. Pendahuluan
    Masalah-masalah yang kita alami dalam hidup ini terkadang membuat kita mudah tersinggung dan lepas kendali. Namun, kita tidak dapat membenarkan perilaku buruk tersebut karena akan menyakiti orang-orang yang disekitar kita. Kita gagal menjadi berkat bagi orang lain ketika perilaku kita tidak menyenangkan bagi mereka. Perjanjian Baru memiliki istilah untuk sebuah sifat yang meluruskan sikap kita yang tidak menyenangkan, yaitu lemah lembut. Istilah tersebut menggambarkan kebaikan dan kemurahan hati dalam diri seseorang. (Efesus 4:2)
  2. Apa itu Lemah lembut?
    Dalam (Matius 11:29), dikatakan bahwa Yesus itu lemah lembut, hal itu bukan berarti bahwa Dia berhati lemah. Lemah lembut sama sekali bukan kelemahan. Dalam kenyataan, orang yang lemah lembutlah sesungguhnya memiliki wibawa yang besar. Ia akan disegani baik oleh kawan maupun lawan. Kelemahlembutan yang sejati selalu diikuti oleh kebajikan kesabaran dan penguasaan diri. Di sisi lain, orang yang lemah lembut sekaligus akan memiliki pula kebajikan kekuatan dan keberanian yang tak tergoncangkan. Ia seperti aliran air yang tenang, tetapi dapat mengikis dan menghaluskan batu sekasar apa pun. Orang yang lemah lembut juga seperti kota di atas bukit yang tampak dari jauh. Keutamaannya tidak akan dapat ditutup-tutupi. Hanya dengan kehadirannya saja ia dapat memberikan rasa sejuk, aman, dan tenang bagi orang-orang di sekitarnya.

    Lemah lembut juga berarti bersedia menerima keterbatasan dan kesulitan yang ada tanpa melampiaskan kejengkelan kita terhadap orang lain. Itu berarti menunjukkan rasa syukur atas perlakuan sesederhana apa pun yang kita terima dan menoleransi mereka yang tidak memperlakukan kita dengan baik. Itu berarti sabar terhadap orang yang menyusahkan (misalnya: anak-anak kecil yang berisik dan gaduh). Pribadi Yesus yang lemah lembut dengan mudah membuat anak-anak tertarik kepadaNya.

    Kelemahlembutan yang tampak jelas dari luar tidak mengatakan bahwa ia hanya soal lahiriah semata. Sebenarnya, ia adalah kualitas seseorang yang terpancar dari dalam. Orang dapat saja tampak lemahlembut, membuat dirinya kelihatan lemahlembut. Namun, itu bukan jaminan bahwa ia memiliki kebajikan kelemahlembutan. Mungkin, ia dapat menipu orang-orang untuk sementara waktu. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan bertahan lama.

    Seringkali sikap berpura-pura lemahlembut mencerminkan keinginan seseorang untuk diperhatikan atau suatu usaha menutupi kekurangannyaTidak jarang pula dalam kesulitan tertentu orang berpura-pura sabar dan tampak menguasai diri sepenuhnya. Namun, sebenarnya sikap tersebut keluar dari ketidakberdayaan untuk mengatasi persoalan tersebut. Untuk yang terakhir ini, sebenarnya orang tersebut hanya menumpuk perasaan-perasaan negatif di dalam hatinya. Suatu ketika perasaan-perasaan tersebut akan meledak atau muncul ke permukaan dengan berbagai perwujudannya. Misalnya, penyakit fisik, stress berkepanjangan, insomnia, dan sebagainya. Orang yang benar-benar memiliki kebajikan kelemahlembutan akan tahu dengan pasti kapan harus bersikap tegas dan kapan memang harus mengalah. Walaupun sebagian besar hidupnya tampak dipenuhi kesabaran, ia tidak akan segan untuk marah jika itu memang diperlukan untuk kebaikan.

  3. Pentingnya Kelemahlembutan dalam Pelayanan / Komunitas
    Dalam pelayanan, kita pasti menjumpai orang-orang dengan bermacam karakter. Ada yang dengan senang hati mendengarkan sharing yang kita bawakan. Tetapi ada pula, untuk alasan yang berbeda-beda, mungkin memberikan reaksi kurang menyenangkan. Pada saat itulah kelemahlembutan sangat membantu kita menjadi berkat bagi sesama, khususnya terhadap teman dalam Komunitas (Kisah 1:8; 2 Timotius 4:5) bahkan dalam keluarga sekalipun.

    Rasul Petrus menulis : “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan  jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” (1 Petrus 3:15). Hendaknya kita menjadikan Yesus sebagai teladan kita dan dengan sungguh-sungguh mempraktekkan kelemahlembutan dan sikap hormat sewaktu memberikan kesaksian kepada orang-orang yang berbicara dengan kasar. Sikap seperti ini dapat mendatangkan hasil yang menakjubkan dan dapat memadamkan kemarahan.

    Pada abad pertama, Paulus dan rekannya Timotius menghadapi kesulitan-kesulitan dari beberapa orang dalam jemaat. Paulus menasehati Timotius sebagai seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang, cakap mengajar, menahan diri menghadapi apa yang jahat, dengan lemah lembut menuntun orang yang suka melawan (2 Timotius 2:24-25a). Apabila kita tetap berwatak lemah lembut sekalipun diprovokasi, orang-orang yang berbeda pandangan dengan kita seringkali tergerak untuk mengevaluasi kembali kritikan mereka. Sebab mungkin sikap Tuhan akan seperti yang tertulis dalam Surat Paulus kepada Timotius selanjutnya, “memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran” (2 Timotius 2:25b).

    Paulus menghubungkan sikap pengendalian diri dengan kelemahlembutan. Paulus mempraktekkan apa yang ia ajar kan sewaktu menghadapi jemaat di Korintus: “Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah. Tetapi menurut pendapatku aku tidak kurang daripada rasul-rasul yang tak ada taranya itu” (2 Korintus 10:1; 11:5). Paulus seorang yang berani dan pandai namun ia dapat mengendalikan diri, menghindari sikap seperti diktaktor dan memilih bersikap lembut.

    Rasul Paulus banyak mengajarkan tentang kelemahlembutan. Ia merintis jemaat di Korintus dan mengajar di sana selama 18 bulan (Kisah Para Rasul 18:1-11), tetapi segera setelah ia meninggalkan kota itu, mereka tidak lagi mengakuinya sebagai seorang rasul. Paulus memiliki segala alasan dan hak untuk marah dan mencela mereka, tetapi ia tidak melakukannyaSebaliknya, ia memperingatkan mereka “demi Kristus yang lemah lembut dan ramah” (2 Korintus 10:1). Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menasehati dua saudari yang sedang berselisih agar bisa berdamai. Paulus meminta agar “kebaikan hati [mereka] diketahui semua orang” (Filipi 4: 5)Dalam berurusan dengan orang-orang yang tidak bersimpati dan bahkan menentang iman Kristen, Petrus mendorong kita selalu siap sedia “memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggunganjawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu”. Namun, kita harus melakukannya dengan lemah lembut dan hormat (1 Petrus 3:15).

SHARING

  1. Mengapa penting untuk menunjukkan kelemahlembutan dalam interaksi kita dengan orang lain jika kita mau meneladani Kristus ?
  2. Sharingkanlah tantangan-tantangan ketika perlu bersikap lemahlembut dalam relasi kita dengan sesama! (dalam keluarga / pekerjaan / pelayanan)

Referensi:

https://www.carmelia.net/index.php/artikel/spiritualitas/143-lemah-lembut-dan-rendah-hati; https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/2003245 ; https://santapanrohani.org/2017/12/17/lemah-lembut/

Pedoman Hidup no. 31:

Bila berdoa masuklah ke dalam kamarmu, sesuai petunjuk Tuhan Yesus sendiri (Mat 6:6). Matikan semua televisi, radio, tape, internet dan hpmu. Sedapat mungkin ambillah waktu yang sama setiap hari, entah pagi hari, entah sore atau malam hari sesuai sikonmu sendiri, supaya tidak lupa. Jadikan kebiasaan supaya sedapat mungkin berdoa pada waktu dan jam yang sama setiap hari.

VACARE DEO AGUSTUS MINGGU K3 : MENJADI PENGIKUT YESUS YANG TEGUH DI TENGAH “DUNIA”

$
0
0

MENJADI PENGIKUT YESUS YANG TEGUH DI TENGAH “DUNIA”

“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Mat 10:16)

I. Pendahuluan

Kopi dan kentang adalah dua benda yang seringkali digunakan dalam perumpamaan mengenai reaksi seseorang terhadap sebuah situasi. Ketika kentang dan kopi diberikan lingkungan berupa air panas, tentunya keduanya akan memberikan reaksi yang berbeda. Kentang akan menjadi lunak, sedangkan kopi akan mengubah warna air panas tersebut menjadi hitam. Demikian pula dengan manusia, situasi yang sama bagi, dapat ditanggapi dengan cara yang berbeda oleh masing-masing pribadi.

II. Refleksi

Jika berkaitan dengan konteks spiritual atau rohani, kata “dunia”, “daging”, “ular”, seringkali diidentikan dengan sifat yang kurang baik, suram, bahkan jahat. Namun, jika dikatikan dengan konteks lain, misalnya ilmu pengetahuan, kata-kata tersebut bisa saja memiliki makna netral atau bahkan positif. Hal ini menunjukkan bahwa terkadang tidak mudah bagi kita untuk menilai sesuatu, apakah hal/situasi tersebut adalah baik atau buruk.

Hitam, Putih, atau Abu-abu

Ketika sedang marak pembahasan mengenai hukuman mati yang diberikan kepada para pengedar narkoba, penghilangan nyawa seseorang yang pada dasarnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, menjadi diragukan kenegatifannya. Ada yang berpendapat bahwa hukuman mati pantas diberikan karena akan memberikan efek jera bagi para pengedar narkoba lainnya. Ada pula yang tetap menentang hukuman tersebut dengan berbagai alasan.

Contoh tersebut adalah contoh yang ekstrim. Namun sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, terkadang tidak mudah bagi kita untuk memandang apakah kita sedang berada di lingkungan yang putih (baik) atau hitam (buruk). Terkadang kita berada dalam situasi yang abu-abu yang juga membuat kita bersikap abu-abu. Warna abu-abu digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak mutlak, terkadang baik, terkadang buruk, atau bahkan keduanya seperti sudah bercampur begitu saja.

Jika dikatikan dengan Mat 10:16, terkadang sulit dibedakan apakah kita sebagai pengikut Kristus, yang digambarkan sebagai domba, sedang berada dalam kawanan domba juga, dalam kawanan serigala, atau serigala berbulu domba. Jika kita sadar sedang berada dalam lingkungan yang jelas kurang baik, mungkin memang menakutkan, tetapi juga dimungkinkan kita dapat mengambil sikap dengan lebih teguh dan pasti. Misalkan kita berada dalam lingkungan pengedar atau pecandu narkoba, sikap yang harus kita ambil sudah jelas, yaitu mengatakan tidak terhadap obat-obatan terlarang tersebut.

Kita dapat menjadi lengah ketika berada di lingkungan yang abu-abu. Misalnya kita sedang berbincang-bincang dengan teman-teman kita dalam suasana santai, namun tiba-tiba ada seorang teman yang membuka topik untuk membicarakan kekurangan orang lain, atau bergosip. Dalam situasi tersebut, terkadang tidak mudah untuk mengambil sikap. Jika kita ikut membicarakan keburukan orang tersebut tanpa bermaksud memberikan masukan positif bagi orang tersebut, maka kita terlibat dalam gossip. Jika kita tiba-tiba menghindar dari kelompok yang sedang berkumpul tersebut, bisa saja kita dianggap sombong. Jika kita menghentikan pembicaraan tersebut, bisa saja dianggap sok suci atau sok menjadi pahlawan.

Tentunya, masih sangat banyak situasi yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagi yang masih sekolah atau kuliah, mungkin mengalami situasi ketika teman-teman sepakat untuk mencontek dalam ujian. Bagi yang sudah bekerja, mungkin saja ada godaan dari lingkungan untuk medapatkan uang lebih dengan cara yang tidak jujur (korupsi).

Reaksi terhadap “Dunia”

Sejak Kristus berada di dunia ini, IA telah memperingatkan kita bahwa kita tidak selamanya bisa memilih untuk berada di lingkungan yang ideal seperti apa yang kita harapkan. Ia telah mengatakan, bahwa kita dapat berada pada situasi seperti domba yang diutus ke tengah-tengah kawanan serigala. Ia pun berpesan, bahwa kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Ada hal yang menarik dalam perumpamaan tersebut. Ular yang dalam Perjanjian Lama beberapa kali digambarkan sebagai sosok yang buruk, namun kali ini Yesus menjadikannya sebagai contoh, yaitu mengenai kecerdikannya. Selain itu, Yesus ingin kita tetap mengolah batin/hati kita dengan ketulusan. Yesus tidak berpesan agar domba tersebut kabur, juga tidak berpesan agar domba tersebut melawan serigala-serigala tersebut secara frontal. Pun Yesus tidak pernah berpesan agar domba tersebut ikut-ikutan menjadi serigala agar dapat diterima di lingkungan serigala tersebut dan tidak dimangsa.

Cerdik dapat diterjemahkan menjadi bijaksana untuk bersikap. Hal pertama adalah dengan menyadari dan menerima bahwa kita sedang berada dalam sebuah situasi yang tidak ideal. Dengan penerimaan tersebut, kita dapat mengolah hati dan pikiran kita agar dapat memberikan reaksi yang tepat dengan cara dan waktu yang tepat pula. Sekalipun reaksi tersebut tepat, terkadang lingkungan sekitar kita dapat menjadikan reaksi kita sebagai bumerang bagi diri kita.

Ketulusan dapat menjadi langkah berikutnya untuk menghadapi reaksi yang diberikan oleh lingkungan kita terhadap sikap yang kita ambil. Jika kita sudah meyakini bahwa sikap yang kita ambil adalah sikap yang tepat, namun ternyata mendapat perlawanan dari lingkungan, biarlah sikap hati yang tulus dapat menjadi kekuatan bagi kita. Tulus menerima celaan, perlawanan, dan menyerahkan penyangkalan diri tersebut kepada Yesus.

IV. Pengendapan

Saudara/i terkasih, dalam bahasa Inggris, dikenal sebuah istilah “What would Jesus Do” atau dapat disingkat menjadi WWJD, yang dapat diartikan menjadi “Apa yang akan Yesus lakukan”. Istilah tersebut dapat kita jadikan bahan permenungan terus menerus dalam hidup kita. Apa yang akan Yesus lakukan jika IA sedang berada dalam situasi yang kita alami saat ini? Apakah sikap kita sudah sesuai dengan apa yang akan Yesus lakukan? Atau kita bisa menanyakan dalam hati “Yesus apa yang Engkau ingin untuk aku lakukan?” atau “Yesus kalau aku melakukan ini, apakah Engkau akan senang atau sedih?”

Kembali pada perumpamaan tentang kopi dan kentang. Sebagai pengikut Kristus, semoga kita tidak mudah terbawa oleh suasana lingkungan kita jika ternyata lingkungan tersebut kurang baik. Terlebih, jika lingkungan tersebut memberi pengaruh negatif, semoga diri kita tidak terbawa dan menjadi lunak seperti kentang. Sebaliknya, semoga melalui tindakan dan perkataan kita, kita dapat membawa dan memberi pengaruh kebaikan kepada lingkungan kita, seperti kopi yang memberi warna pada air panas.

Kristus adalah sosok utama yang dapat kita jadikan teladan dalam keteguhan melaksanakan kebenaran dalam kebijaksanaan. Ia tidak pernah gentar dan terbawa pada arus “dunia” yang seringkali menantang-Nya. Ia tetap tenang, membaurkan Diri-Nya pada masyarakat sekitarnya, dan memberikan teladan dalam berbagai hal.

Pada kudus dapat menjadi teladan kita dalam menjalani hidup ini. Sikap yang mereka ambil dalam kehidupannya seringkali melawan arus kehidupan pada masanya. Mereka berani berdiri teguh demi kasihnya kepada Yesus. Saat ini pun masih dapat kita lihat jelas contoh nyata dari orang-orang yang berani mengambil sikap seperti yang Yesus perintahkan. Beberapa waktu yang lalu, ketika terjadi peledakan bom di sebuah kota di Jawa Timur, seorang ibu yang kehilangan dua orang puteranya menyatakan bahwa ia telah mengampuni sang pelaku peledakan. Ia meneladani sikap Bunda Maria yang rela kehilangan Puteranya.

Semoga kita dapat terus memberikan kesaksian tentang kasih Kristus dalam kehidupan kita, terlebih dalam lingkungan terdekat kita. Marilah kita mohon kepada Kristus agar setiap hari dapat terus memperbarui hati kita agar kita memperoleh kekuatan dan keberanian untuk terus hidup ssesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya, akan sulit bagi kita untuk berdiri teguh di tengah “dunia” ini.

Sharing

  1. Pernahkan Anda berada dalam suatu situasi yang sulit, dimana Anda merasa bingung harus bersikap seperti apa? Sikap apa yang akhirnya Anda ambil, bagaimana disposisi batin Anda saat itu, dan efek apa yang terjadi dalam lingkungan tersebut?
  2. Apakah Anda memiliki sosok teladan dalam kehidupan ini, tentang bagaimana menjadi pengikut Yesus di tengah dunia? Siapakah dan mengapa Anda menjadikannya sebagai teladan.

Rhema ayat minggu ini

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (Mat 5: 13-15)

Pedoman hidup KTM no. 32:

Hidup di hadirat Allah ini memerlukan suasana khusus, yang membantu kita untuk memusatkan perhatian dan pikiran kepada Allah yang hadir dalam lubuk hati kita. Suasana khusus itu diciptakan oleh adanya kesunyian (solitude), keheningan (silence) yang harus kita ciptakan. Tuhan Yesus sendiri memberi teladan. Pagi-pagi Ia pergi ke tempat sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35). Sisihkan waktu yang khusus bagi Tuhan, kalau memang Tuhan itu berharga bagimu. Tanpa menyisihkan waktu yang khusus bagi Tuhan, tak mungkin bisa terjalin relasi yang mesra dengan Allah.

VACARE DEO AGUSTUS MINGGU K4 : LIMA PERINTAH GEREJA

$
0
0

LIMA PERINTAH GEREJA

Pendahuluan

Hidup Kristiani adalah suatu panggilan suci yang menuntut dari kita suatu sikap siap sedia untuk menempatkan diri kita di bawah bayang-bayang Kristus Yang Tersalib. Ini hanya dimungkinkan bilamana kita menjalani hidup Kristiani itu secara otentik dan meyakinkan. Disinilah Iman menjadi tolak ukur yang sangat penting dan mutlak harus dimiliki, sebab “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr.11:1). Iman itu sendiri haruslah nyata dalam perbuatan, agar tidak menjadi pernyataan kosong belaka (bdk.Yak.2:17), sebagaimana sering diistilahkan sebagai seorang NATO (No Action, Talking Only). Itulah sebabnya, semua umat beriman diajak, bahkan didorong agar mengamalkan pokok-pokok imannya. Untuk membantu kita mewujud nyatakan tugas suci ini, Magisterium Gereja Katolik memberikan kepada kita beberapa pedoman hidup Kristiani, yang dapat menjadi sarana konkret untuk mengungkapkan atau menyatakan Iman itu dalam perbuatan. Salah satunya melalui “Lima Perintah Gereja”.

Apa itu Lima Perintah Gereja?

  1. Rayakan Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu.
  2. Ikutlah Perayaan Ekaristi pada Hari Minggu dan pada Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
  3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
  4. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
  5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.

Sejak kapan Lima Perintah Gereja ini ada?

Sejarah Gereja menunjukkan adanya perkembangan dari perintah-perintah Gereja. Kendati belum secara resmi disebut Perintah Gereja, sejak abad ke-4 sudah ada beberapa penekanan kewajiban yang harus dilakukan oleh umat beriman. Perintah Gereja pertama kali dikenal di jaman Paus Celestine V pada abad ke-13, namun isinya tidak sama dengan yang kita kenal sekarang. Kelima Perintah Gereja yang kita kenal sekarang ini berasal dari ajaran salah satu Pujangga Gereja yaitu Santo Petrus Kanisius di abad ke-16, yang kemudian diadopsi dan ditetapkan oleh Magisterium Gereja sebagai bagian dari Pedoman Hidup Kristiani.

Lima Perintah Gereja dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK)

  • KGK 2041
    Perintah-perintah Gereja melayani kehidupan kesusilaan, yang berhubungan dengan kehidupan liturgi dan hidup darinya. Sifat wajib dari hukum positif ini, yang dikeluarkan oleh gembala-gembala, hendak menjamin satu batas minimum yang mutlak perlu bagi umat beriman dalam semangat doa dan usaha yang berkaitan dengan kesusilaan, pertumbuhan kasih kepada Allah dan sesama.
  • KGK 2042
    – Perintah pertama (“Engkau harus mengikuti misa kudus dengan khidmat pada hari Minggu dan hari raya”) menuntut umat beriman supaya mengambil bagian dalam Ekaristi, manakala persekutuan Kristen berkumpul pada hari peringatan kebangkitan Tuhan Bdk. CIC, cann. 1246-1248; CCEO, can. 881, 1.2.4..

    – Perintah kedua (“Engkau harus mengaku dosamu sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun”) menjamin persiapan untuk Ekaristi melalui penerimaan Sakramen Pengakuan, yang melanjutkan pertobatan dan pengampunan yang telah diperoleh dalam Pembaptisan Bdk. CIC, can. 989; CCEO, can. 719..

    – Perintah ketiga (“Engkau harus sekurang-kurangnya menerima komuni kudus pada waktu Paska dan dalam bahaya maut”) menjamin satu batas minimum untuk menerima tubuh dan darah Tuhan dalam hubungan dengan pesta-pesta masa Paska asal dan pusat liturgi Kristen Bdk. CIC, can. 920 CCEO, cann. 708; 881,3.. 1389, 2180, 1457, 1389

  • KGK 2043
    – Perintah keempat (“Engkau harus merayakan hari raya wajib”) melengkapi hukum hari Minggu dengan keikutsertaan dalam pesta-pesta utama liturgi, yang menghormati misteri Tuhan, Perawan Maria, dan para kudus Bdk. CIC, can. 1246; CCEO, cann. 881, 1.4; 980,3..

    – Perintah kelima (“Engkau harus menaati hari puasa wajib”) menjamin waktu penyangkalan diri dan pertobatan, yang mempersiapkan kita untuk pesta-pesta liturgi; mereka membantu agar memenangkan kekuasaan atas hawa nafsu dan memperoleh kebebasan hati Bdk. CIC, cann. 1249-1251; CCEO, can. 882..Umat beriman juga berkewajiban menyumbangkan untuk kebutuhan material Gereja sesuai dengan kemampuannya Bdk. CIC, can. 222. 2177, 1387, 1438, 1351

Kenapa Lima Perintah Gereja ini harus diberikan dan dijalankan?

Sama halnya dengan 10 Perintah Allah diberikan kepada umat-Nya sebagai amanat kasih dari Gunung Sinai, yang bilamana dihidupi dengan sungguh-sungguh dapat menghindarkan kita dari kebinasaan kekal, demikian pula 5 Perintah Gereja diberikan kepada putra-putri Gereja Katolik sebagai sarana bagi kita untuk senantiasa memelihara hidup dalam kasih Allah. Tujuan dari 5 Perintah Gereja itu adalah sebagai berikut:

  • Untuk menentukan dan menjelaskan ajaran-ajaran Iman.

  • Untuk menjalankan Hukum Ilahi perihal peribadatan dalam hari dan waktu yang ditetapkan.

  • Untuk menentukan Batasan hukum moral, terutama disaat hati nurani sulit memutuskan.

  • Untuk melestarikan dan menjaga pelaksanaan hukum yang lebih tinggi, diantaranya 10 Perintah Allah.

  • Untuk menentukan ‘batas minimum’ yang mutlak perlu dilakukan oleh umat beriman dalam perjuangannya melaksanakan norma tertinggi dalam hidup Kristiani, yaitu kehendak Allah.

Singkatnya, 5 Perintah Gereja dengan persyaratan minimalnya mengingatkan bahwa seseorang tidak dapat menjadi Katolik tanpa melakukan usaha moral, tanpa mengambil bagian secara pribadi dalam hidup sakramental Gereja, dan tanpa persekutuan dengan Gereja dalam semangat solidaritas. Santo Yakobus Rasul menekankan pentingnya kenyataan ini, bahwa kendati ‘Ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’ (Yak.2:18).

Lima Perintah Gereja bukanlah sekadar anjuran, melainkan kewajiban bagi setiap orang Katolik. Pernyataan “Aku tahu Imanku” atau “Saya adalah seorang Katolik” hanya akan menemukan makna jika sungguh dibuktikan dalam hidup dan karya. Kalau kamu memang mengenal imanmu dan dengan bangga mengakui dirimu seorang Katolik, maka “Buktikanlah!” Jangan OMDO (Omong Doang).”Keselarasan antara kehidupan seseorang dengan kesaksian hidupnya merupakan syarat pertama untuk mewartakan Injil. Tidak mengamalkan apa yang diajarkan merupakan→KEMUNAFIKAN, pengkhianatan dari tugas orang Kristen sebagai ‘garam dunia’ dan ‘terang dunia’ “(YouCat 346). Maka, manakala seorang anggota KTM menyanyikan Theme Song Komunitas, ingatlah selalu akan kebenaran ini.

Sharing:

  1. Apakah kita sudah melakukan 5 perintah gereja dengan sungguh–sungguh dan komitmen ?
  2. Hambatan apa yang engkau rasakan saat melaksanakan ke lima perintah tersebut ?
  3. Bagaimanakah caramu untuk menanggulangi hambatan tersebut ?

Rhema ayat minggu ini

Matius 16 : 18–19 “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Pedoman hidup KTM 33 :

Bila berdoa masuklah ke dalam kamarmu, sesuai petunjuk Tuhan Yesus sendiri (Mat.6:6). Matikan semua televisi, radio, tape, internet, dan HPmu. Sedapat mungkin ambillah waktu yang sama setiap hari, entah pagi hari, entah sore atau malam hari sesuai sikonmu sendiri, supaya tidak lupa. Jadikan kebiasaan supaya sedapat mungkin berdoa pada waktu dan jam yang sama setiap hari.

VACARE DEO SEPTEMBER MINGGU K1 : MENJADI NABI DI ZAMAN NOW

$
0
0

“MENJADI NABI DI ZAMAN NOW”

Suatu saat di sebuah gereja, seorang anak kecil sedang duduk bersama kedua orang tuanya di bangku gereja sambil menunggu misa dimulai. Ketika bacaan pertama sedang dibacakan, masuklah sepasang pasutri muda ke dalam gereja, lalu duduk di bangku depan anak tersebut. Tiba-tiba anak kecil itu berkata “Papa, kakak itu kok ke gereja pakai sandal jepit? Tadi pagi saya juga mau pakai sandal jepit tapi dimarahin Mama, katanya di Gereja kita mau bertemu Tuhan Yesus, jadi harus sopan dan pakai sepatu.” Dengan wajah polos anak itu bertanya pada papanya dengan suara kecilnya yang polos dan nyaring. Pemuda yang duduk di depannya menoleh ke belakang, melihat pada anak kecil itu sekejap, lalu pura2 tidak mendengar dan kembali mengikuti misa yang sedang berlangsung. Sang ayah mengusap keringat dinginnya, lalu sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya dia berkata pada anaknya sambil berbisik “Sssttt, jangan bicara saat misa”.

Misa pun berlangsung dengan baik tanpa komentar lanjutan dari anak kecil itu. Sampai tiba waktunya konsekrasi, saat khusuk di mana semua umat sedang menatap Hosti dan Piala yang diangkat Pastor, sang anak tiba-tiba berkata lagi dengan suara yang nyaring “Mama, lihat tante di depan lagi main Handphone! Padahal kata Papa kalau waktu konsekrasi kita harus lihat ke arah Altar, tapi tantenya lagi buka Whatsapp Ma!”. Kali ini muka mamanya memerah sambil mengeluarkan keringat dingin, menundukkan kepala dalam2 sambil menutup mulut anak kesayangannya.

Panggilan menjadi Nabi

“Umat Allah yang kudus mengambil bagian juga dalam tugas kenabian Kristus”, terutama karena cita rasa iman adikodrati yang dimiliki seluruh umat, awam dan hierarki. Karena cita rasa iman itu “umat berpegang teguh pada iman yang sekali telah diserahkan kepada para kudus” (LG 12), memahaminya semakin dalam dan menjadi saksi Kristus di tengah dunia ini.

Kutipan di atas diambil dari Katekismus Gereja Katolik nomor 785, yang menjelaskan tentang panggilan semua orang yang sudah dibaptis untuk mengambil bagian dan peran sebagai Nabi. (1)

Panggilan ini didapatkan saat kita dibaptis, saat kita memutuskan untuk meninggalkan “manusia lama” dan dengan rahmat Tuhan menjelma menjadi “manusia baru”. Manusia lama tidak lagi boleh berkuasa atas hidup kita. Rasul Paulus menjelaskan dengan gamblang tentang hal ini dalam suratnya kepada umat di Efesus (bdk Efesus 4:17-32).

Seorang nabi adalah seseorang yang menyuarakan kehendak Tuhan. Seorang nabi adalah seseorang yang menghidupi jalan Tuhan, seseorang yang menghadirkan kebenaran sejati di dalam kesehariannya.

(1) Panggilan umat Allah sebagai Imam, Nabi dan Raja dapat dilihat di Katekismus Gereja Katolik No.783-786

Nabi Zaman Now

Menjadi murid Kristus adalah sebuah panggilan yang suci dan menuntut tindak laku iman yang nyata. Dalam menanggapi panggilan dan perutusan sebagai pembawa sukacita dan kebenaran, kita seringkali menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang terasa begitu sulit untuk dihadapi.

Dalam lingkungan kerja, seringkali kita berhadapan dengan lingkungan yang korup, penuh tipu dan mendahulukan egoisme pribadi. Dalam pergaulan, terjadi pergeseran yang begitu besar dalam nilai sosial, budaya dan etika. Dalam rumah tangga, seringkali kesetiaan, kebersamaan dan kehangatan menjadi hal yang langka untuk ditemukan.

Dalam mengutarakan kebenaran, seringkali seseorang harus menerima akibat yang tidak enak untuk dirasakan. Orang-orang akan melihat kita dengan pandangan mata tidak percaya, dan melanjutkan dengan cemoohan atau bahkan dakwaan.

Bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Sejauh apa toleransi diperbolehkan? Apabila dengan menghilangkan beberapa aturan yang sudah tidak zaman lagi dapat memenangkan lebih banyak jiwa, bukankah itu hal yang mendatangkan kebaikan lebih besar lagi?

Kebenaran yang tidak pernah berubah

Sebagai umat katolik, kita berpegang teguh kepada Kitab suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja sebagai kebenaran yang menerangi langkah hidup kita. Kristus datang ke dunia, menanggalkan ke-Allah-anNya untuk menjadi manusia supaya kita dapat mengenal kebenaran yang sejati, kebenaran yang hidup, yang dapat menghantarkan kita pada kehidupan kekal yang bahagia. Saat kebenaran sudah menjadi kompromi, maka itu bukan lagi kebenaran. Saat kebenaran tidak lagi dikedepankan, maka kezaliman akan menguak. Dan saat kebenaran mulai ditinggalkan, pintu surga juga akan semakin menjauh dari kita.

Apabila 2000 tahun yang lalu kesembuhan terjadi lewat perantaraan doa umat beriman, hal itu masih juga terjadi di jaman ini. Apabila hosti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus di meja altar 2000 tahun yang lalu, maka demikian juga yang terjadi di masa ini. Dan apabila berzinah adalah dosa yang besar pada 2000 tahun yang lalu, maka perbuatan yang sama di masa ini tidak akan menjadi hal yang dibenarkan atau ditoleransi.

Demikian juga dengan korupsi, berdusta, sikap tidak mengampuni dan setiap dosa lainnya. Seorang nabi yang menyuarakan kebalikannya bukanlah nabi, melainkan nabi palsu. Nabi palsu mengedepankan kepentingan pribadinya, membelokkan kebenaran dan menjauhkan umat Allah dari pintu surgawi.

Panggilan dan Pilihan Sebagai Nabi

Menjadi nabi adalah sebuah panggilan, bukan hanya kepada imam, bukan hanya untuk biarawan/biarawati, bukan hanya bagi aktivis gereja, bukan juga hanya kepada orang yang sudah tua. Panggilan ini telah disematkan semua orang yang sudah dibaptis menjadi anggota Gereja dan anak Allah.

Yang menjadi renungan bagi kita adalah pilihan kita. Akankah kita menolak panggilan ini dengan berpaling dari tugas mulia kita karena kita takut akan konsekuensinya? Kisah Nabi Yunus mengingatkan kita untuk setia dan percaya pada perutusan yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Kisah Nabi Musa mengingatkan kita untuk selalu taat dan supaya iman kita tidak akan pernah goyah. Kisah Nabi Elia mengingatkan kita bahwa kuasa Tuhan melebihi segala kuasa lain di dunia ini.

Inilah pilihan yang harus kita ambil. Seorang nabi dapat memilih untuk tidak menyampaikan pesan dan kebenaran Tuhan. Namun dengan demikian dia mengabaikan perutusan yang telah diterimanya. Seorang nabi dapat memilih untuk menyelewengkan kebenaran dan pesan yang harus disampaikannya. Namun dengan demikian dia akan menjadi nabi palsu. Hati-hati jangan sampai batu kilangan diikatkan di leher kita kelak. (2)

Saat kita mendapati diri kita jatuh, lemah, takut dan kalah. Bergantunglah pada kerahiman dan kekuatan Tuhan. Mohon ampun dan minta kekuatan agar supaya saat menghadapi pilihan berikutnya, kita dapat memilih yang baik dan benar. Itulah harapan.

Saat kita gentar dengan besarnya konsekuensi tindakan kenabian kita, berserahlah kepada Tuhan yang mengutus kita karena Dia yang akan memberikan rahmat dan jalan keluar yang kita butuhkan. Itulah iman.

Dan di atas semuanya, lakukanlah semuanya itu bukan supaya dipandang baik, bukan pula supaya kita tidak dicemooh. Melainkan lakukanlah karena kita rindu semakin banyak orang mengenal kebenaran itu, dan supaya rencana Tuhan boleh terjadi. Itulah kasih.

Sebagai anggota KTM, kita patut bersyukur atas motto yang kita miliki. Vivit Dominus In Cuius Conspectu Sto (Allah hidup dan aku berdiri di hadirat-Nya). Hidupilah motto ini dalam keseharian kita. Panggilah nama Yesus setiap kali kita harus mengambil pilihan sulit dalam tugas kenabian kita. Semoga, keberadaan dalam kehidupan kita dapat bersinar terang seperti sebuah mercusuar yang terang dan berdiri teguh di tengah ganasnya badai, sehingga hidup kita itu sungguh membawa pujian bagi kemuliaan nama Tuhan untuk selama-lamanya.

(2) Lihat Injil Matius 18:6-10 tentang hal penyesatan

Pedoman Hidup KTM No. 34

Bila mungkin, buatlah suatu kamar doa untukmu dan keluargamu. Bila tidak memungkinkan, buatlah suatu tempat doa di sudut kamarmu. Hal itu akan membantu engkau berdoa.

Sharing

  1. Ceritakanlah pengalaman membawakan kebenaran yang pernah kita alami. Apakah hambatan tersulit yang harus dilewati? Bagaimana anda melewatinya?
  2. Menurut anda, bagaimanakah anda dapat menjadi seorang nabi dari KTM di tempat anda berada? Sharingkan bersama dan mulailah menjalankannya.

VACARE DEDO SEPTEMBER MINGGU K2 : DOA PENYERAHAN

$
0
0

“DOA PENYERAHAN”

Setiap anggota KTM berkomitmen untuk mendoakan Doa Penyerahan setiap hari, seperti yang tercantum dalam Statuta. Ini merupakan 1 dari 8 komitmen anggota, yang adalah:

  1. Menghadiri pertemuan sel dan pengajaran.

  2. Menghadiri pertemuan bersama yang ditentukan : wilayah, distrik, nasi onal.

  3. Ikut melayani bersama komunitas.

  4. Meluangkan waktu untuk doa dan bacaan Kitab Suci minimal satu jam sehari.

  5. Menghadiri Perayaan Ekaristi harian (Di luar misa hari minggu), sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu.

  6. Menerima Sakramen Tobat secara teratur.

  7. Mendoakan doa penyerahan setiap hari.

  8. Memberikan persembahan kasih.

Seorang anggota KTM men-sharing-kan betapa ia belum merasa tentram kalau belum mendoakan Doa ini setiap pagi, untuk memohonkan perlindungan bagi komunitas dan keluarganya, mohon bimbingan, kuasa, kemampuan, untuk dapat melakukan kehendak Allah setiap saat.

Doa Penyerahan ini juga didoakan setiap pagi oleh para Suster Putri Karmel dan Frater CSE, komunitas religius yang bersama KTM tergabung dalam Keluarga Besar Karmel Eliana, didirikan oleh Bapak Pendiri yang sama, yaitu Romo Yohanes Indrakusuma, CSE. Walaupun tidak dibebani dengan sanksi dosa, apabila kita lalai mendoakan doa ini setiap hari, sebenarnya kita sedang bersikap egois, yaitu mau didoakan tapi tidak mau mendoakan yang lain.

Mari kita berusaha lebih memahami satu-persatu makna dari setiap kalimatnya:

  1. Allah Tritunggal yang Mahakudus, Bapa, Putera, dan Roh Kudus, kami bersyukur dan berterimakasih atas segala kasih dan rahmat yang telah kami peroleh hingga saat ini.

    Kita memulai hari dengan mengucap syukur dan terima kasih atas segala sesuatu yang kita terima. Seringkali kita kurang sadar dan kurang bersyukur atas semua pemberian Allah, seakan-akan semua itu sudah selayaknya menjadi hak kita untuk menerimanya (take it for granted).

  2. Pada permulaan hari ini kami menyerahkan bapak Pendiri dan seluruh anggota komunitas, para suster Putri Karmel, para Frater CSE dan saudara-saudari dari Komunitas Tritunggal Mahakudus beserta segala rencana kerja kami ke dalam penyelenggaraan- Mu. Kami serahkan diri kami seutuhnya kepadaMu. Bentuklah, ubahlah, pakailah kami sesuai dengan kehendakMu.

    Kita saling mendoakan untuk menyerahkan seluruh anggota ke 3 komunitas dan segala rencana kerjanya kepada Allah. Bayangkan setiap hari berapa banyak suster frater dan saudara yang mendoakan kita. Bagi anggota KTM kita bisa menambahkan kata-kata “dan seluruh anggota keluarga kami” untuk mendoakan keluarga kita masing-masing. Bapak Pendiri perlu selalu kita doakan, agar sehat jasmani dan rohani, penuh hikmat dan kebijaksanaan, dijauhkan dari segala godaan dan gangguan si jahat. Karena besarlah tanggung jawab moral romo Yohanes yang menjadi panutan bagi ke 3 komunitas ini. Kalau sampai terjadi hal buruk atasnya, ke 3 komunitas ini yang akan sangat merugi.

  3. Bimbinglah kami agar kami senantiasa sadar untuk hidup dihadiratMu, siang malam berjaga-jaga dalam doa dan merenungkan hukumMu. Berkatilah agar kami dapat menghayati semangat dan cara hidup yang telah kau nyatakan melalui Bapak Pendiri kami, serta melaksanakan cinta persaudaraan yang tulus ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.

    Kita mohon agar dimampukan untuk mewujudkan Motto KTM yaitu Vivit Dominus In Cuius Conspectu Sto (Allah hidup, dan aku berdiri di hadiratNya). Senantiasa mengarahkan hati kepada Allah dan berdoa. Menjalin relasi kasih yang akrab dengan Allah. Kita mohon agar dimampukan mengasihi sesama saudara se komunitas, dan menjaga kerukunan.

  4. Pakailah kami sebagai saluran cinta kasihMu kepada sesama, serta alatMu yang peka dan rela guna terlaksananya kehendak dan rencana keselamatanMu di dunia ini. Penuhilah hati kami dengan cinta dan kuasaMu agar kami terbuka terhadap karya dan bimbingan Roh Kudus.

    Kita siap diutus menjadi alatNya, untuk menyelamatkan jiwa manusia seperti yang Allah kehendaki. Dalam pelayanan kita, kita membutuhkan karunia-karunia Roh Kudus supaya kita dapat melayani dengan penuh kuasa, dan mohon kemampuan untuk dapat selalu mengikuti bimbinganNya. Apabila kita selalu menyediakan diri untuk diutus, maka Tuhan akan menyatakan kehendakNya dengan lebih jelas, apa yang dikehendakiNya untuk kita lakukan.

  5. Mohonkanlah bagi kami ya santa Maria Bunda Allah kesucian, kemurnian dan karunia-karunia Roh kudus dalam hidup dan pelayanan kami. Lindungilah kami dalam naungan skapulir suci dan mantol keibuan serta hatimu yang tersuci agar saat godaan dunia datang dan begitu memikat, kami tetap teguh dan setia dalam jalan PuteraMu.

    Bagian doa nomor 5 dan 6 ini baru ditambahkan kemudian. Di jaman akhir ini, dimana kekuatan si jahat dirasakan semakin besar, Bapak Pendiri memandang sangat mendesak untuk kita mohon perlindungan Bunda Maria, yang dapat meremukkan kepala si jahat dibawah kakinya. Seperti Yesus yang sejak dikandung sampai beranjak dewasa dipercayakan Bapa ke dalam lindungan dan bimbingan Bunda Maria, kita juga akan aman bila mohon perlindungan dan bimbingan Bunda. Dan Bunda adalah pendoa syafaat yang paling didengar oleh Yesus, maka kita berdoa supya Bunda mohonkan banyak karunia bagi kita.

  6. Lindungilah dan tolonglah kami ya Malaikat Agung St. Mikhael dalam pertempuran melawan kekejian dan tipu daya iblis. Usirlah kembali ke dalam neraka, iblis beserta dengan seluruh bala tentara roh jahatnya yang berkeliaran di dunia untuk membinasakan jiwa-jiwa. Biarlah Tuhan mengambil semua kekuasaanya yang merugikan kami sehingga hidup kami menjadi pujian bagi kemuliaan Allah kini dan selama-lamanya. Amin.

    Inti doa ini diambil dari doa yang disusun oleh Paus Leo XIII pada tahun 1884 setelah ia mendapat vision tentang percakapan Iblis dengan Yesus. Paus menentukan, agar doa ini didoakan setiap kali pada akhir Misa. Walaupun sejak tahun 1970 peraturan itu tidak lagi diterapkan, namun Paus Yohanes Paulus II mendorong umat untuk mendoakannya setiap hari agar dengan bantuan St. Mikael dan para malaikat kita dapat menang melawan si jahat. Kalimat terakhir mencerminkan tujuan hidup dan kerinduan kita, yaitu agar kita dapat semakin dapat memuliakan Allah dengan hidup kita.

Kesimpulan

Dalam komunitas ini kita sudah diberi bekal rumusan Doa Penyerahan yang indah ini, yang sudah mencakup semua hal yang perlu didoakan setiap hari. Sebuah “Paket komplit” sebagai “sarapan” dan bekal dalam memulai hari. Kita sendiri yang dirugikan apabila kita tidak setia mendaraskannya setiap hari. Ini adalah bagian dari senjata perang kita, sumber kekuatan kita dalam melaksanakan kehendak Allah, serta melawan segala yang jahat di dunia ini.

RHEMA

Efesus 6 : 12 – 13
12. Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
13. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

PEDOMAN HIDUP No. 35:

Dalam kesendirian itulah Tuhan menantikan engkau untuk berbicara kepadamu dan untuk mengajarkan kepadamu “ilmu para kudus”, suatu pengenalan iman, yang hanya dapat diberikan Tuhan kepadamu. Di situlah, setelah melepaskan segala sesuatu, hendaknya engkau tinggal berduaan dengan Tuhan dan berbicaralah dengan Dia dari hati ke hati. Bila engkau setia, Iapun tidak akan berlambat menyatakan diri kepadamu. Sebab sesungguhnya, jika engkau mencari Dia, sebabnya ialah karena Ia telah lebih dahulu mencari engkau. “Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadaNya” (Yoh 14:21). Kecuali itu Yesus juga berjanji: “Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti perintahKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan kami akan datang kepadanya dan akan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh 14:23).

Sharing

  1. Apakah anda setia menjalankan komitmen dengan mendoakan Doa Penyerahan setiap hari?
  2. Apakah anda mendoakannya dengan sungguh-sungguh dan memaknai setiap kata dalam doa ini?
  3. Sharingkanlah pengalaman iman anda berkaitan dengan doa ini.

Renungan Harian – Selasa 11 Sept 2018

$
0
0

MAU YANG MANA?

Selasa 11 Sep 2018

Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. (Luk 6:18)

1Kor 6:1-11; Mzm 149:1-6.9; Luk 6:12-19
—o—

Membaca perikop ini, pertanyaannya adalah kita termasuk yang mana, yang mau disembuhkan dari penyakit, atau yang mau dibebaskan dari roh-roh jahat, atau kita hendak mendengarkan Tuhan berbicara.

Kuasa yang keluar dari Yesus sungguh dirasakan oleh mereka yang hadir saat itu. Mereka mengalami Yesus sendiri. Apa yang mereka alami itu juga tetap bisa kita alami pula di saat ini karena `Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selamalamanya` (Ibr 13:8). Kasih-Nya tidak berubah, kuasaNya tidak berkurang. Yesus tetap mau dan mampu menyembuhkan, membebaskan, dan menyapa kita. Singkat kata, Ia mau `menjumpai` kita. Perjumpaan dengan Yesus membawa kita pada pengalaman yang mampu menyembuhkan dan membebaskan serta mengubah sikap hidup kita.

Lebih daripada itu, Yesus tidak hanya mau mengalirkan rahmat dan kuasa-Nya kepada kita, tetapi juga mau agar kita pun mengalirkan rahmat dan kuasa-Nya kepada sesama. Maukah kita? Syaratnya: tinggal dalam Dia. `Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya` (Yoh 15:7).

(Sr. Virgo Maria, P.Karm)

Sumber:
Buku renungan harian “SABDA KEHIDUPAN”
Web: http://www.renunganpkarmcse.com

VACARE DEO SEPTEMBER MINGGU KE 3 : MENJADI PEMBAWA SUKACITA

$
0
0

“MENJADI PEMBAWA SUKACITA”

“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” Mazmur 16:11

Pendahuluan

Sebagai makluk hidup yang memiliki akal budi dan tentunya sebagai pribadi yang mengenal kasih Tuhan Yesus pasti kita ingin menjadi sosok pribadi yang menjadi berkat bagi sesama yaitu menjadi pembawa sukacita bagi sesama dan siapa pun juga. Namun sesungguhnya menjadi pembawa sukacita yang sungguh-sungguh sesuai dengan nilai luhur kristiani adalah sebuah tantangan dan peluang bagi kita semua. Tantangan untuk menjadi pembawa sukacita tentunya bukanlah hal yang mudah apa lagi jika dilakukan dengan hati yang tulus karena cinta yang begitu besar kepada Tuhan. Namun kadang-kadang kita sulit menjadi pembawa sukacita karena terkadang kita masih merasa diri kita dirugikan karena cinta diri yang berlebihan. Peluangnya adalah dengan menjadi pembawa sukacita, kita dibawa semakin mencintai Tuhan lewat sesama dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, Gereja dan masyarakat secara luas.

Apa yang harus dilakukan agar kita bisa menjadi pembawa sukacita bagi sesama:

  1. Belajar lebih suka melayani dari pada dilayani
  2. Sukacita dipelihara dan ditopang oleh firman Tuhan dengan penghayatan kitab suci
  3. Merenungkan kasih Yesus sehingga kita dapat meneladaniNya
  4. Penghayatan yang benar dan mendalam akan sakramen Ekaristi

Dengan memahami arti pembawa sukacita yang sesungguhnya kita diajak keluar dari cinta diri dan memberikan sukacita bagi orang lain, dan bagaimanakah kita mencapainya yaitu dengan cinta kasih. Kita dapat belajar dari bebrapa tokoh dalam kitab suci ini bagaimana mereka ditengah kehidupan yang sulit bisa menjadi pembawa sukacita :

  1. Yakub
    Anak Ishak dan Ribka ini sempat melarikan diri. Dia pun sampai di rumah pamannya Laban dan beternak di sana. Dia tidak punya uang dan tidak punya prospek pekerjaan yang jelas sampai akhirnya Laban menawarinya pekerjaan. Saat dirinya diberi pekerjaan itu, Yakub bahkan berjanji untuk melayani Laban selama tujuh tahun lamanya (baca Kejadian 29 : 18). Laban pun setuju dan kemudian Alkitab mencatat bahwa Yakub bekerja tujuh tahun untuk mendapatkan Rahel karena dia mencintai putri Laban itu (Kejadian 29: 20).

    Sungguh pengorbanan cinta yang indah! Bagi sebagian orang yang bekerja selama tujuh tahun tanpa mendapat upah pasti bakal menganggap hal itu sangat mengerikan. Tapi tidak bagi Yakub. Dia memilih bersukacita untuk menjalankan pekerjaannya sebagai peternak. Meskipun Laban menipunya, Yakub tetap saja taat mengikuti apa yang dijanjikan Tuhan atas hidupnya, yaitu beroleh hormat, kekayaan dan keluarga besar.

  2. Yusuf
    Anak dari pasangan Yakub dan Rachel ini adalah anak bungsu kesayangan Yakub. Yusuf sudah digariskan untuk menjadi ahli waris dari keluarganya. Karena dia adalah anak paling bungsu, dia pun lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan sang ayah sementara anak-anak lainnya bekerja menggembalakan domba. Karena itu, saudara-saudaranya cemburu dan membenci dia. Mereka akhirnya berencana menjualnya menjadi budak.

    Tapi Alkitab mencatat, meskipun pada akhirnya Yusuf menjadi budak, dilemparkan ke dalam penjara dan kehilangan tiga belas tahun hidupnya, “Tuhan tetap menyertai Yusuf sampai dia menjadi orang sukses. Tuhan menyertai Yusuf dan kebaikannya dia mendapat kemurahan hati dari kepala sipir penjara dan apapun yang dikerjakannya Tuhan buat berhasil.” (baca Kejadian 39: 2, 21-22).

    Tentu saja Yusuf tidak akan sampai pada tujuan Allah kalau dia marah dan mengeluh. Dia terus hidup dalam iman dan bersukacita di dalam Tuhan yang telah memberi-Nya segala hormat danberkat. Dia tahu kalau Tuhan punya rencana dalam hidupnya, bahkan saat semua jalan tampak buntu. Sampai akhirnya Firaun mengangkatnya sebagai orang kedua terpenting atas seluruh Mesir dan dia pun kembali berkumpul dengan saudara-saudaranya. Dia bahkan meyakinkan bahwa dia tak akan membalaskan perbuatan saudara-saudaranya yang dulu karena Tuhan menginjinkan itu semua terjadi untuk mendatangkan kebaikan. (baca Kejadian 50: 19-20).

  3. Ruth
    Ruth adalah seorang wanita Moab dan menantu dari seorang janda Yahudi bernama Naomi. Kondisi hidup wanita ini begitu mengerikan. Suaminya telah meninggal begitu juga dengan mertua laki-lakinya. Dia dan Naomi tak punya apa-apa. Kondisi hidup mereka begitu miskin. Sampai akhirnya Naomi memutuskan untuk kembali ke tanah Yehuda.

    Bersama Naomi, Ruth menemukan sukacita bersama Allah yang dipercayai Naomi! Dia memilih untuk melanjutkan hidup bersama mertuanya yang sudah renta itu. Berkat Naomi, Ruth menemukan pasangan hidupnya dan menjadi wanita pilihan yang dipercaya sebagai pasangan yang akan melahirkan Raja.

    Kita bisa belajar dari tokoh kitab suci tersebut dan meneladani mereka dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa membawa arti sukacita yang sesungguhnya bagi sesama.

Apa sebenarnya sukacita itu,

Sukacita adalah kondisi dimana kita harus tetap dapat berbahagia dalam situasi apapun yang kita hadapi, sedangkan kebahagiaan itu adalah ekspresi dari apa yang terjadi di sekitar kita. Sehingga sukacita adalah kesadaran yang mendalam bahwa apapun kondisi kita, hal itu sudah diatur oleh Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Apa yang alkitab katakan tentang sukacita :

  • Tujuan Yesus dalam semua yang Dia ajarkan adalah sukacita bagi umatnya (Yoh 15 :11)
  • Sukacita adalah apa yang Allah penuhkan kepada kita ketika kita percaya kepada Kristus (Rom 15:13)
  • Kerajaan Allah adalah sukacita (Rom 14:17)
  • Sukacita adalah buah Roh Allah yang ada didalam diri kita (Gal 5:22)
  • Sukacita adalah tujuan dari segala sesuatu yang para rasul lakukan dan tuliskan ( 2 Kor 1:24)
  • Menjadi orang Kristen adalah menemukan sukacita yang menjadikan kita bersedia meninggalkan segala sesuatu (Mat 13:44)
  • Sukacita dipelihara dan ditopang oleh firman Allah dalam alkitab (Mzm 19:8)
  • Sukacita akan mengambil alih semua kesedihan orang yang percaya kepada Kristus (Mzm 126 :5)
  • Allah sendiri adalah sukacita (Mazmur 43:4)

Lalu pertanyaannya, mengapa kita sering kali tidak mengalami sukacita, padahal sukacita itu merupakan buah Roh (Galatia : 5:22), ada tiga hal yang sering menjadi pencuri sukacita kita :

  1. Kekhawatiran
    Kekhawatiran yang berlebihan yang mungkin terjadi atau mungkin saja tidak terjadi (dan biasanya tidak terjadi)
  2. Tekanan Batin (ketegangan yang berlebihan terhadap situasi yang tidak dapat diubah atau dikontrol) padahal Allah sendiri mampu melakukan apapun atas kita.
  3. Ketakutan (kecemasan yang sangat terhadap bahaya, kejahatan atau penderitaan) dan hal itu biasanya memperbesar masalah kita.
    Benteng untuk menangkal si pencuri sukacita ini adalah kita harus memiliki keyakinan yang sama seperti yang dikatakan rasul paulus kepada umatnya di filipi “Ia yang memulai segala pekerjaan yang baik diantara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” Filipi 1:6

Langkah iman apa saja yang kita lakukan agar sukacita itu tetap ada dalam kehidupan kita sehari-hari?

Permenungan bagi setiap orang adalah membuat daftar sukacita di dalam hidupnya, mulailah dengan memperhatikan momen-momen penuh canda tawa, kepuasan dan sukacita dalam keseharian.

Apapun daftar sukacita kita sebagai orang kristiani, pastikan berhubungan dengan kehadiran dan kuasa kristus dalam berbagai peristiwa. Apapun keadaan kita, sukacita adalah pemberian penuh rahmat bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Bahkan ketika Yesus menghadapi kesengsaraanNya di kayu salib, hatiNya tetap bersukacita. Dia memberitahukan kepada muridNya, “semua itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaku ada didalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15:11)

Rhema ayat minggu ini

Filipi 4 :8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.

Pedoman hidup KTM No. 36

Hidup doa

Inti hidup kristen dan rohani kita ialah relasi pribadi dengan Tuhan. Tanpa relasi pribadi ini  tidak ada hidup rohani. Dan doa merupakan ungkapannya yang utama. Karenanya doa harus menjadi napas hidup kita, menyertai kita setiap saat. Bila doa kita otentik, hubungan dengan Tuhan akan menjadi semakin dalam. Sebaliknya hubungan yang mendalam akan memberikan kualitas baru pada doa kita. Hubungan pribadi ini dapat diungkapkan dalam pelbagai bentuk.

Sharing:

  1. Apakah saat ini Anda dapat merasakan sukacita sejati dalam kehidupan Anda? Jika tidak, mengapa?
  2. Sikap apa yang kamu lakukan untuk menjadi pembawa sukacita?
  3. Apa yang engkau rasakan saat mengetahui bahwa hidupmu boleh menjadi berkat bagi sama karena penuh sukacita?

VACARE DEO SEPTEMBER MINGGU KE 4 : SANTO VINSENSIUS A PAULO

$
0
0

SANTO VINSENSIUS A PAULO

“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN,
yang akan membalas perbuatannya itu”
(Ams 19 : 17)

Pendahuluan

Setiap tanggal 27 September kita memperingati wafatnya Santo Vinsensius a Paulo, Rasul Cinta Kasih bagi Orang Miskin dan Penghibur Orang-orang Sakit. Vinsensius, putra seorang petani miskin, lahir pada tanggal 24 April 1581 di Pouy, Gascony, Prancis. Ayahnya Jean de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin dengan 6 orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak orang. Vinsensius a Paulo adalah tokoh pendiri Kongregasi Misi untuk para imam Misioner dan Kongregasi Suster Puteri Cintakasih.

Masa Dewasa dan panggilan menjadi Imam

Pada umur 15 tahun, keluarga dan desa ditinggalkannya untuk belajar di suatu asrama  yang dipimpin oleh para imam Fransiskan di kota Dax. Selama di kota itu, Vinsensius menjadi pengasuh anak-anak keluarga de Comet. Keluarga de Comet ini berperan dalam mendukung biaya pendidikannya dengan demikian Vinsensius bekerja sambil belajar. Karena kecerdasannya, Vinsensius ditahbiskan sebagai imam pada 23 September 1600 di usianya yang ke-19 tahun. Studinya dalam bidang teologi akhirnya diselesai kan di kota Toulouse pada tahun 1604.

Masa Perbudakan

Pada tahun 1605, dalam perjalanan pulang, kapal yang ditumpanginya disergap oleh bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsensius ditangkap dan dijadikan budak di Tunisia. Di sana ia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika Utara. Selama 2 tahun, dia mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun dia dengan sabar dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya akhirnya berhasil mematahkan kekerasan hati tuanya sehingga dia tidak disiksa dengan pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsensius berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma.

Awal Pelayanan sebagai Imam

Di Roma, Vinsensius belajar lagi Teologi selama 2 tahun sebelum kembali ke Prancis. Di Prancis, ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbingan Pater Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi Kardinal, ia menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater Pierre de Berulle, ia menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seorang bangsawan terkemuka dari Prancis. Dalam keluarga bangsawan ini, Vinsensius mulai mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani kepada para petani yang bekerja, di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di Champagne dan Picardy. Kepada mereka, Vinsensius mengajarkan kebajikan-kebajikan iman Kristen dan mendorong mereka untuk selalu menerima sakramen terutama Komuni Kudus serta kembali kepada praktek iman Kristen yang benar dalam hidup sehari-hari.

Pada tahun 1617, Vinsensius diangkat sebagai pastor paroki Chatillon-Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsensius ternyata berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu 1 tahun. Kesalehan hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. Di paroki itulah Vinsensius mulai merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cinta Kasih. Ia berhasil menarik 20 orang wanita yang dengan sukarela mengunjungi orang-orang sakit dan para fakir miskin di seluruh wilayah paroki.

Sejarah Pendirian Kongregasi Misi

Menyaksikan prestasi Vinsensius, Jean Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi, meminta Vinsensius mendirikan sebuah tarekat missioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen di seluruh wilayah keuskupannya. Tarekat missioner ini kemudian dikenal luas dengan nama “Kongregasi Imam untuk karya Misi” atau Kongregasi Misi (CM). Imam-imam dalam kongregasi ini lazim juga disebut “Imam-Imam Lazaris”.

Pada mulanya para Imam CM bermarkas di Kolese des Bos-En fants, yang dipercayakan kepada Vinsensius oleh uskup Agung Jean Francois de Gondi. Masalah besar yang dihadapi Vinsensius adalah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Prancis untuk tugas-tugas pastoral. Untuk mengatasinya, Vinsensius mulai melancarkan program  pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang akan ditahbiskan.

Untuk itu, ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu, Vinsensius memprakarsai pertemuan mingguan untuk imam-imam diosesan, dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan itu, ia berhasil mendidik sejumlah orang saleh dari Prancis, seperti Jacques Benigne Bossuet dan Jean Jacques Olier, Pendiri Serikat Santo Sulpice.

Sejarah Pendirian Kongregasi Suster Puteri-Puteri Cintakasih

Bagi para miskin dan orang sakit, ia mendirikan banyak yayasan Persaudaraan Cintakasih, yang telah dimulainya di paroki Chatillon-LesDombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu. Orang-orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-Puteri Cinta Kasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikannya diilhami oleh pandangannya tentang cinta kasih kepada Tuhan yang bersifat praktis: “Cintailah Tuhan dengan kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari wajahMu!”

Masa Akhir Hayat dan Pengudusan

Vinsensius a Paulo meninggal dunia di Paris pada tanggal 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII, ia digelari ‘kudus’ pada tahun 1737, dan oleh Paus Leo XIII diangkat sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cintakasih.

Marilah kita meneladani hidup Santo Vinsensius a Paulo dengan terbuka terhadap penderitaan orang-orang di sekitar kita terutama dalam berbagi dan melayani orang miskin dan orang sakit.

(Sumber: e-katolik dan sumber-sumber lainnya)

Sharing

Seberapa besar kepedulian kita untuk meluangkan waktu / harta / tenaga dalam pelayanan terhadap orang miskin dan orang sakit? Apakah kita sudah hidup sederhana di hadapan Allah sebagai wujud kepedulian kita terhadap orang miskin dan orang sakit? Buah-buah apa yang kita peroleh dalam hidup sederhana dan pelayanan kita itu? Sharingkanlah pengalamanmu!

Rekoleksi “Keluargaku Surgaku”

$
0
0

KTM Provinsi Surabaya mengadakan rekoleksi tema “Keluargaku Surgaku” (1-2 Sept 2018) di Graha Wacana SVD Ledug, Jawa Timur. Peserta rekoleksi adalah pasangan suami istri dari beberapa distrik di provinsi Surabaya, berjumlah 50 pasang. Materi dari rekoleksi Keluargaku Surgaku diisi oleh Bpk Jos Efendi, Ibu Fanny Theodoroes, Bpk Irwan, Ibu Olly Sutjiadi, Ibu Eleine Magdalena, dan Ibu Rose Kawilarang.

Materi dibagi menjadi beberapa sesi, bahkan diadakan sesi khusus bagi para suami dan para istri secara terpisah. Ini bertujuan untuk mengupas dan mendalami lagi apa yg menjadi peran dan tanggung jawab masing-masing bagi seorang suami dan istri. Setelah mendapatkan pengajaran dan pengetahuan, diadakan juga sesi adorasi dan pengakuan dosa dengan para Romo SVD.

Keesokan harinya, rekoleksi dilanjutkan dengan sesi kebersamaan antara suami dan istri, yaitu Moment Of Love. Dimana para suami menyatakan rasa cintanya dengan memberikan bunga dan coklat kepada istrinya, dilanjutkan dengan perenungan kembali bahwa pasangan yang telah dipilih adalah benar pilihan Allah yang mempersatukan, dan sebagai pasangan suami istri wajib menghadirkan suasana surga di dalam keluarganya, seperti tema rekoleksi ini, Keluargaku Surgaku. (@Wawan)(Dok.Foto:Anton)

Doa Bersama di Gua Maria Sendang Rejo Blitar

$
0
0

Puji Tuhan! Tgl 9 Sept 2018 KTM Provinsi Surabaya mengadakan Doa Bersama di Gua Maria Sendang Rejo Blitar dalam rangka untuk mendukung acara “Gala Dinner dan KRK” (5-6 Des 2018). Dengan 2 bus dari surabaya, kami 60 orang berangkat ikut acara tersebut, lama perjalanan sekitar 4 jam.

Sesampainya di Gua Maria Sendang Rejo Blitar, sebelum acara Doa Bersama, kami bersama-sama melakukan ibadat Jalan Salib dan juga doa Koronka.

Acara doa bersama dimulai tepat pukul 16.00 dengan didahului persembahan dari anak-anak Seminari Garum Blitar yang membuat kami semua menyanyi, menari untuk Tuhan lalu dilanjutkan Persekutuan Doa Bersama dengan pembawa firman RD. Prima Novianto, Injil Markus 7:31-37.

Setelah firman ada sesi sharing bahwa KTM mulai tumbuh di stasi-stasi yang ada di Blitar. Karena keterbatasan waktu yang ada maka langsung dilanjutkan persembahan dan mendaraskan bersama doa harian untuk acara KRK dan ditutup dengan berkat penutup oleh RD. Prima Novianto.

Acara makin asyikkk karena ada ramah tamahnya, makanan yang disajikan asli homemade KTM Pare yang mantap rasanya sehingga kami bisa ngobrol sambil makan… Setelah perut kenyang dan selesai ngobrol, kami kembali pulang ke Surabaya. Puji Tuhan.(@Floren)

VACARE DEO SEPTEMBER MINGGU KE 5 : MENGASIHI TANPA BATAS

$
0
0

MENGASIHI TANPA BATAS

“Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.” (Yeremia 31:3)

Allah mengasihi kita dengan kasih yang tanpa batas. Kasih yang kekal, tiada batasnya dan abadi. Seperti apakah ‘kasih tanpa batas’ itu? Dalam penampakannya kepada St Faustina, Yesus berkata : “Dalamnya belas kasihku itu seperti jurang yang tanpa dasar.”

Kasih Allah yang tak terbatas itu tak pernah hilang. Kita tidak bisa melakukan apapun agar Tuhan mengasihi kita lebih dari yang sudah Ia lakukan, dan kita juga tidak bisa melakukan apapun agar Tuhan mengurangi kasih-Nya kepada kita. Tidak ada apapun, yang dapat menghilangkan kasihNya kepada kita. Memang sulit bagi kita untuk memahami dan mengerti kasih yang tak terbatas itu.

Paulus berkata: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:35, 38-39)

Itulah sebabnya Rasul Paulus berdoa (Ef 3:18-19) “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan.”

Kenyataan bahwa Bapa mengasihi kita, tidak boleh hanya berhenti pada pengetahuan belaka. Kasih harus dialami, bukan hanya sekedar pemahaman intelektual. Semakin kita menyadari kasih Allah yang tak pernah berubah itu, semakin kita akan merasa kagum dan bersyukur.

Manusia sulit mengasihi tanpa batas. Kasih yang besar pada awalnya, bisa berubah menjadi kebencian yang mendalam dalam sekejap.

Kita ingat cerita rakyat Malin Kundang. Tentang seorang anak yang melupakan kebaikan ibu yang telah membesarkannya. Setelah kaya, ia malu mengakui ibunya yang sudah tua dan miskin. Ibunya berusaha menyadarkan, tetapi ia tetap tidak mau mengakui. Akhirnya kesabaran sang ibu habis. Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Kesabaran sang ibu, sebagai manusia, ada batasnya.

KASIH IBU SEPANJANG JALAN. KASIH TUHAN TIDAK ADA BATASNYA.

Dalam Perjanjian Lama, digambarkan bagaimana Tuhan membimbing umat Israel keluar dari perbudakan Mesir, dan menyelenggarakan hidup mereka di perjalanan dengan banyak mujizat. Meski begitu, kebaikan dan belas kasih-Nya kerap kali dilupakan umat Israel. Mereka berpaling menyembah ilah lain. Berulang-ulang Tuhan memanggil mereka kembali, berkali-kali pula mereka kembali tidak setia. Bersyukur bahwa Tuhan bukan manusia. Dia tak pernah habis sabar seperti ibu Malin Kundang. Dia mendisiplin umat-Nya, namun tidak menghendaki umat-Nya binasa. Tuhan mengasihi manusia tanpa batas.

Semasa hidupNya di dunia, Yesus mengajarkan dan sekaligus membuktikan dengan konkrit, kenyataan yang sangat membahagiakan itu: bahwa Allah mengasihi kita tanpa batas. Itulah KABAR GEMBIRA yang sejati!

Mengalami dikasihi Allah tanpa batas demikian, kita anak-anakNya diajarkan untuk   juga melakukan hal yang sama:

  1. Mengasihi dengan tulus hati tanpa membeda-bedakan kaya miskin, status, suku, ras, golongan, agama.
    Mazmur 145:9. “TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.”
    Orang sering hanya mau bergaul dengan orang yang se ‘level’ dengannya.
    Mari kita merefleksikan kembali; Siapakah sesamaku manusia?
  2. Mengasihi tanpa mengharapkan imbalan, semata-mata hanya karena ingin membalas kasih Allah.
    1 Yoh 4:11. “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.”
    Manusia biasa selalu berhitung untung-rugi, timbal balik, dan hanya memikirkan kepentingan / keuntungan diri sendiri. Misalnya bila kita berharap orang itu datang kepesta kita maka kita lebih dahulu menghadiri pestanya. Aku mau menolong orang itu karena ia pernah menolongku.
  3. Menerima orang lain apa adanya termasuk kekurangannya. Ini tidak berarti menyetujui segala tindakannya yang berdosa. Seperti Yesus, kita harus membenci dosa, tapi tetap mengasihi pendosanya.
    Roma 5:8. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
    Kita sering melakukan sebaliknya. Misalnya bila ada kenalan koruptor kaya, kita suka menggosipkannya, tapi senang juga apabila disumbang dengan uang haramnya.
  4. Mengampuni kesalahan orang, betapapun pun besarnya dan seringnya.
    Mat 18:22. Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
    Luk 23:34. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
    Kita seringkali sulit memaafkan orang yang pernah melukai kita. Terutama apabila yang terluka ego atau harga diri kita. Padahal kita berharap dosa kita yang banyak itu diampuni Tuhan.
  5. Mengusahakan yang terbaik walaupun orang tersebut memusuhi dan melakukan yang jahat kepada kita.
    Yoh 3:17. “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

    Alih-alih mengusahakan yang terbaik, biasanya kita lebih memilih membalas dendam, atau minimal menjauhkan diri dari orang yang membuat kita tidak nyaman.
  6. Siap berkurban demi kasih, bahkan sampai rela mengorbankan nyawa.
    Yoh 3:16. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
    Yoh 15:13. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
    Kita ingat St. Maximilian Kolbe yang bersedia menyerahkan nyawa untuk menggantikan seorang tawanan yang dihukum mati di penjara Auswitz. Ia mengasihi tanpa batas.
  7. Setia mengasihi tanpa batas akhir, tanpa pernah berubah.
    2 Tim 2:13. “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

    Yer 31:3. “Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.”

Apabila manusia benar-benar menyadari betapa ia dikasihi Allah dengan tanpa syarat, walaupun banyak dosanya, maka ia akan terdorong untuk dapat mengasihi orang lain dengan tulus. Mari kita mohon rahmat Tuhan yang akan memampukan kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri, bahkan lebih lagi; seperti Yesus telah mengasihi kita, yaitu dengan cinta yang tanpa batas.

Pedoman Hidup KTM no. 38:

Pada waktu malam sebelum tidur, baiklah juga berdoa mohon perlindungan Tuhan dalam tidurmu. Waktu itu baik kalau doa disertai pemeriksaan batin untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan yang kamu alami dan minta ampun untuk kesalahan yang terjadi dan mohon kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi.

Sharing

  1. Sharingkan hambatan yang anda hadapi dalam mengasihi sesama tanpa batas, dan usaha untuk mengatasi hambatan tersebut.
  2. Sharingkan upaya anda untuk mengasihi seperti Kristus telah mengasihi

Referensi:https://www.jawaban.com/read/article/id/2007/08/10/63/070808111117/aku_mengasihimu_dengan_kasih_yang_tanpa_batas

 

Kunjungan KTM sel St. Maria Magdalena, Wil. 2, Distrik Jakarta 5 ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas).

$
0
0

Kunjungan KTM sel St. Maria Magdalena, Wil. 2, Distrik Jakarta 5 ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas).

Kunjungan ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dilakukan sebulan sekali. Tanggal 22 September 2018, kunjungan dilakukan bekerja sama dengan Legio Maria Paroki Duren Sawit di Lapas Wanita Pondok Bambu.

Dalam setiap kunjungan, pelayanan yang diberikan adalah mengadakan Misa bersama para penghuni lapas yang beragama kristen. Setelah misa, dilanjutkan acara makan bersama dengan pembagian nasi kotak.

Puji syukur kepada Allah bahwa kunjungan ke Lapas yang dimulai sejak 10 tahun yang lalu , terus berlangsung hingga saat ini. Rencana kunjungan di bulan berikutnya akan dilakukan di Lapas Pria Salemba bekerjasama dengan Legio Maria Katedral.

Semoga dengan pelayanan ini, berkat Tuhan dapat dirasakan para penghuni lapas, dan mereka dapat turut ikut serta dalam perjamuan Ekaristi yang akan menguatkan mereka menjalani hari-hari pembinaan didalam Lapas tersebut. Kiranya Kasih Allah menyapa hati mereka untuk semakin mendekat padaNya dan memulai hidup baru di dalam masyarakat sebagai pembawa berkat.

Viewing all 661 articles
Browse latest View live