APAKAH DAMAI SEJAHTERA ITU?
Berbicara tentang damai sejahtera tidak lepas dari buah Roh. Sebagai orang Kristen kita dipanggil untuk menghasilkan buah (Yoh 15:16) dan jika kita berbuah banyak kita turut memuliakan Bapa (Yoh 15:8). Apa yang dimaksud dengan buah ini? Tradisi Gereja (dalam Vulgata) menyebutkan ada dua belas buah Roh: ‘kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian (Gal5:22-23 Vg).
Sementara St. Paulus menuliskan dalam Galatia 5:22-23 tentang buah Roh: ͞”Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”.
St. Thomas Aquinas mengartikan buah Roh ini sebagai segala kegiatan atau pekerjaan baik yang membuat jiwa menyenangkan bagi Allah. Sesungguhnya ada begitu banyak hal baik yang dihasilkan Roh Kudus dalam diri kita yang tidak mungkin dibicarakan satu persatu dalam tulisan ini.
Katekismus Gereja Katolik art. 1832 menuliskan:radisi Gereja menyebutkan dua belas macam: ‘kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian (Gal. 5:22-23 Vg)’.
Buah Roh itu tunggal bukan jamak. Dalam Kitab Suci berbahasa Inggris makna buah Roh menjadi lebih jelas. Dalam New Jerusalem Bible Gal 5:22-23 tertulis demikian: “…the fruit of the Spirit is love, joy, peace, patience, kindness, goodness, trustfulness, gentleness and self-control”.
Paulus dalam Galatia 5:22-23, ini tidak berbicara tentang sifat-sifat yang berbeda dan berfungsi terlepas satu sama lain tetapi mengenai satu kenyataan tunggal yang dilihat dari pelbagai segi.
Buah Roh yang tumbuh dalam diri kita adalah karya Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita. Sedangkan yang dimaksud bertumbuh dalam buah Roh adalah bertumbuh dalam kehidupan yang semakin sesuai dengan karakter Yesus. Inilah tujuan Tuhan mengirimkan Roh Kudus untuk tinggal dalam diri kita agar menjadikan kita serupa dengan Kristus. Jika Roh Kudus dibiarkan berkarya secara bebas menurut kehendak-Nya tanpa dibatasi oleh kelemahan manusia, Dia akan menjadikan kita serupa dengan-Nya. Inilah buah dari karya Roh Kudus di dalam diri kita.
Damai Sejahtera
Damai sejahtera dalam bahasa Yunani adalah eirene. Kata ini bisa berarti ketentramanan dalam suatu negara karena adanya keadilan dan kemakmuran. Bisa juga berarti ketenangan hati yang semata-mata bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Allah.
Damai sejahtera yang dimaksud St. Paulus dalam Gal. 5:22 bukan soal perasaan tenang bebas dari kecemasan. Damai sejahtera disini merupakan kondisi obyektif yang tidak dipengaruhi perasaan kita pada waktu tertentu.
Istilah damai sejahtera dalam Alkitab khususnya menunjuk pada tiga hal yaitu: 1. hubungan yang benar dengan Tuhan, 2. hubungan yang benar dengan sesama, 3. keteraturan dalam hidup pribadi. Hubungan yang benar dengan Allah terjadi jika kita melakukan kehendak-Nya, menjauhi dosa dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani sebagai anak-anak Allah. Kematian dan kebangkitan
Yesus menyatukan kita kembali dengan Bapa dan juga dengan sesama kita (Ef. 2:13-16).
Banyak hal yang diperbuat orang lain mungkin mengganggu kita. Kita perlu mengembangkan sikap mau menanggung hal-hal yang tidak menyenangkan dan memaafkan sebagaimana Allah telah mengampuni kita. Mengoreksi perbuatan salah agar orang lain bertumbuh dalam kekudusan juga merupakan bentuk kasih kita kepada sesama.
Damai sejahtera berarti ketenangan; namun tidak semua ketenangan merupakan damai yang sejati. Yesus datang ke dunia bukan untuk membawa damai yang seperti itu melainkan pedang (lih. Mat 10:34). Damai yang sejati terjadi jika mendapatkan hasil akhir yang baik.
Damai Sejahtera karena Hubungan yang Benar dengan Allah
Damai sejahtera ada dalam hati orang yang sepenuhnya beriman dan berserah kepada Allah. Orang yang seperti ini tidak tergoyahkan oleh apa pun. Yesus memiliki damai seperti ini ketika menghadapi kematian. Yesus melakukan apa yang dikehendaki Bapa-Nya sampai pada titik akhir, mengampuni orang yang menyalibkan-Nya ketika sedang menderita kesakitan di kayu salib. Semua dapat diterimanya dengan ucapan syukur (Mat 5:11-12). Damai seperti ini tumbuh karena kita berjalan, mencari-Nya penuh iman dan menemukan kekuatan, kepercayaan penuh di dalam Allah.
Damai Sejahtera karena Hubungan yang Benar dengan Sesama
Damai sejahtera juga berkaitan dengan relasi terhadap sesama. Menghadapi perilaku yang tidak menyenangkan kita perlu menahan diri, memaafkan, menegor untuk memperbaiki kesalahan sesama sebagai wujud cinta. Kita pun harus mengakui dan meminta maaf jika melakukan kesalahan. Ini adalah bagian dari tindakan yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki relasi. “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (lihat Rm 12:18).
Damai Sejahtera karena Keteraturan Hidup Pribadi
Damai sejahtera juga dapat berarti keteraturan sebagaimana yang dituliskan dalam 1 Kor 14:27, 29-31,33. Damai adalah lawan dari kekacauan atau ketidakteraturan. Keteraturan tidak sama dengan kekakuan. Keteraturan dapat berarti bahwa segala sesuatu berada pada tempat yang semestinya.
Damai sejahtera sebagai buah Roh kita alami dan akan bertumbuh karena kita berdamai dengan Allah lewat penyelamatan yang dikerjakan Yesus Kristus. Kita bertumbuh dalam damai ketika mematuhi-Nya, membangun keteraturan dalam hidup pribadi dan menjalin hubungan yang baik satu terhadap yang lain.
PEDOMAN HIDUP No.22:
Allah hadir di mana-mana, di setiap tempat, di setiap waktu, tak ada satu tempatpun yang tidak terjangkau oleh kehadiran Allah. Ke manapun engkau pergi atau di manapun engkau berada, Allah selalu hadir . Seperti kata pemazmur:
“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
mengetahui kalau Aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu,
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu ?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana;
Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
di situpun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar,
dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku,
dan tangan kanan-Mu memegang Aku”
(Mz 139:1-2.7-10).
Sharing:
- Apakah kesulitanku dalam membina hubungan benar dengan Allah?
- Apakah kesulitanku dalam membina hubungan benar dengan sesama?
- Apa rencana konkritku untuk mengatur hidup pribadi yang lebih baik?