Quantcast
Channel: Komunitas Tritunggal Mahakudus
Viewing all 661 articles
Browse latest View live

Renungan harian Kamis, 27 Agustus 2015

$
0
0

The Word of God

Bacaan Pertama: 1Tes3:7-13;
Mazmur: Mzm90:3-4,12-14,17
Bacaan Injil: Luk7:11-17;

Luk7:11-17

Luk 7:11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.

Luk 7:12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.

Luk 7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”

Luk 7:14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”

Luk 7:15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.

Luk 7:16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”

Luk 7:17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Shallom teman-teman,

Pagi ini, ada kejadian kecil yang hampir membuat saya marah pada seseorang. Tidak lama kemudian, teman saya mengirimkan renungan yang isinya kita harus selalu memilih untuk mempunyai damai dalam hidup kita, berusaha untuk hidup suci dengan mematuhi perintah Tuhan dan membiarkan Ia berkarya dalam hidup kita.

Pernahkah teman-teman mengalami bahwa Firman Tuhan itu benar-benar hidup dalam hidup kita? Bagaimana Ia selalu ada di saat kita membutuhkan Dia, bukan hanya untuk hal-hal yang besar tapi bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun.

Janda dalam bacaan Injil hari ini sedang berada dalam masa yang paling sulit dalam hidupnya.
Anak satu-satunya meninggal. Harapan hidupnya sudah hilang.
Tepat ketika segalanya sepertinya sudah berakhir bagi janda ini, Tuhan Yesus datang menghibur janda itu dan membangkitkan anaknya dengan perkataan yang diucapkanNya.
Hidup janda itu dan anaknya dipulihkan, bahkan orang-orang yang berada disekitarnya juga memuliakan Allah.
Betapa besar kuasa dari perkataan Yesus.

Ketika kita sedang berada dalam situasi yang membuat kita putus asa, tidak tahu apalagi yang dapat kita perbuat, datanglah pada Tuhan, carilah FirmanNya.
Biarkan Tuhan berbicara pada kita dan memulihkan hidup kita. Amin.

Santa Monika, Janda

Monika, Ibu Santo Agustinus dari Hippo, adalah seorang ibu teladan. Iman dan cara hidupnya yang terpuji patut dicontoh oleh ibu-ibu Kristen terutama mereka yang anaknya tersesat oleh berbagai ajaran dan bujukan dunia yang menyesatkan. Riwayat hidup Monika terpaut erat dengan hidup anaknya Santo Agustinus yang terkenal bandel sejak masa mudanya. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga Kristen yang saleh dan beribadat. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir yang cepat panas hatinya.

Dalam kehidupannya bersama Patrisius, Monika mengalami tekanan batin yang hebat karena ulah Patrisius dan anaknya Agustinus. Patrisius mencemoohkan dan menertawakan usaha keras isterinya mendidik Agustinus menjadi seorang pemuda yang luhur budinya. Namun semuanya itu ditanggungnya dengan sabar sambil tekun berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Bertahun-tahun lamanya tidak ada tanda apa pun bahwa doanya dikabulkan Tuhan. Baru pada saat-saat terakhir hidupnya, Patrisius bertobat dan minta dipermandikan. Monika sungguh bahagia dan mengalami rahmat Tuhan pada saat-saat kritis suaminya.

Ketika itu Agustinus berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di kota Kartago. Cara hidupnya semakin menggelisahkan hati ibunya karena telah meninggalkan imannya dan memeluk ajaran Manikeisme yang sesat itu. Lebih dari itu, di luar perkawinan yang sah, ia hidup dengan seorang wanita hingga melahirkan seorang anak yang diberi nama Deodatus. Untuk menghindarkan diri dari keluhan ibunya, Agustinus pergi ke Italia. Namun ia sama sekali tidak luput dari doa dan air mata ibunya.

Monika berlari meminta bantuan kepada seorang uskup. Kepadanya uskup itu berkata: “Pergilah kepada Tuhan! Sebagaimana engkau hidupa, demikian pula anakmu, yang bagimu telah kaucurahkan banyak air mata dan doa permohonan, tidak akan binasa. Tuhan akan mengembalikannya kepadamu.” Nasehat pelipur lara itu tidak dapat menenteramkan hatinya. Ia tidak tega membiarkan anaknya lari menjauhi dia, sehingga ia menyusul anaknya ke Italia. Di sana ia menyertai anaknya di Roma maupun di Milano. Di Milano, Monika berkenalan dengan Uskup Santo Ambrosius. Akhirnya oleh teladan dan bimbingan Ambrosius, Agustinus bertobat dan bertekad untuk hidup hanya bagi Allah dan sesamanya. Saat itu bagi Monika merupakan puncak dari segala kebahagiaan hidupnya. Hal ini terlukis di dalam kesaksian Agustinus sendiri perihal perjalanan mereka pulang ke Afrika: “Kami berdua terlibat dalam pembicaraan yang sangat menarik, sambil melupakan liku-liku masa lalu dan menyongsong hari depan. Kami bertanya-tanya, seperti apakah kehidupan para suci di surga… Dan akhirnya dunia dengan segala isinya ini tidak lagi menarik bagi kami. Ibu berkata: “Anakku, bagi ibu sudah ada sesuatu pun di dunia ini yang memikat hatiku. Ibu tidak tahu untuk apa mesti hidup lebih lama. Sebab, segala harapan ibu di dunia ini sudah terkabul”. Dalam tulisan lain, Agustinus mengisahkan pembicaraan penuh kasih antara dia dan ibunya di Ostia: “Sambil duduk di dekat jendela dan memandang ke laut biru yang tenang, ibu berkata: “Anakku, satu-satunya alasan yang membuat aku masih ingin hidup sedikit lebih lama lagi ialah aku mau melihat engkau menjadi seorang Kristen sebelum aku menghembuskan nafasku. Hal itu sekarang telah dikabulkan Allah, bahkan lebih dari itu, Allah telah menggerakkan engkau untuk mempersembahkan dirimu sama sekali kepadaNya dalam pengabdian yang tulus kepadaNya. Sekarang apa lagi yang aku harapkan?”Beberapa hari kemudian, Monika jatuh sakit. Kepada Agustinus, ia berkata: “Anakku, satu-satunya yang kukehendaki ialah agar engkau mengenangkan daku di Altar Tuhan.” Monika akhirnya meninggal dunia di Ostia, Roma. Teladan hidup santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.

Gbu,

Ferdi, Ira & Fam
Cell St Zakaria & Elizabeth, Singapore


Renungan Harian – Jumat 28 Agustus 2015

$
0
0

Berjaga jagalah!

Jumat, 28 Agustus 2015
1 Tes. 4:1-8, Mzm 97:1-2b, 5-6, 10-12, Mat.25:1-13
Peringatan Santo Agustinus, uskup dan pujangga gereja

Jesus told His disciples this parable:
“The Kingdom of heaven will be like ten virgins who took their lamps and went out to meet the bridegroom.
Five of them were foolish and five were wise.
The foolish ones, when taking their lamps, brought no oil with them,
but the wise brought flasks of oil with their lamps.
Since the bridegroom was long delayed, they all became drowsy and fell asleep.
At midnight, there was a cry,
‘Behold, the bridegroom! Come out to meet him!’
Then all those virgins got up and trimmed their lamps.
The foolish ones said to the wise,
‘Give us some of your oil, for our lamps are going out.’
But the wise ones replied,
‘No, for there may not be enough for us and you.
Go instead to the merchants and buy some for yourselves.’
While they went off to buy it, the bridegroom came
and those who were ready went into the wedding feast with him.
Then the door was locked.
Afterwards the other virgins came and said,
‘Lord, Lord, open the door for us!’ But he said in reply,
‘Amen, I say to you, I do not know you.’
Therefore, stay awake, for you know neither the day nor the hour.”

 “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.”

1 Tes. 4:7 
 “Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.” Mzm. 97:11-12
  “Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Mat. 25:10-13   
My brothers and sisters in Christ, Yesus berkata kepada Pontius Pilatus, “My Kingdom does not belong to this world…” (John 18:36)
Bacaan hari ini menegur kita untuk membuang kebiasaan-kebiasaan yg bisa menjerumuskan kita dalam dosa, yang berakar dari egois kita, terpesona dengan hal duniawi…dan kurang benar benar dengan tulus hati, menyadari rahmat dan kasih Allah.
Apakah kita masih mengaku sebagai pengikut Yesus? apakah kita rindu untuk mengenali Dia? bukan hanya mengenali kasih setia dan kehidupan kekal yang dijanjikanNya…
tapi juga rindu berpegang kepada salib…karena cara pandang dunia berbeda dgn cara pandang Allah
mau untuk mengaku bahwa diri kita tidak bisa menjalani hari-hari tanpa rahmatNya…
mau mengaku bahwa dosa-dosa kita sendirilah yang membuat kita merasa jauh dari Tuhan, bukan sebalikNya.
 Let us pray for humility, ask for forgiveness and to love, love and love as He loves us. 
 
Hail Mary, full of grace, the Lord is with thee, 
Blessed art thou amongst women, and blessed is the fruit of thy womb, Jesus
Holy Mary, Mother of God,
Pray for us sinners now and at the hour of our death, amen!

St. Augustine of Hippo is the patron of brewers because of his conversion from a former life of loose living, which included parties, entertainment, and worldly ambitions. His complete turnaround and conversion has been an inspiration to many who struggle with a particular vice or habit they long to break.

This famous son of St. Monica was born in Africa and spent many years of his life in wicked living and in false beliefs. Though he was one of the most intelligent men who ever lived and though he had been brought up a Christian, his sins of impurity and his pride darkened his mind so much, that he could not see or understand the Divine Truth anymore. Through the prayers of his holy mother and the marvelous preaching of St. Ambrose, Augustine finally became convinced that Christianity was the one true religion. Yet he did not become a Christian then, because he thought he could never live a pure life. One day, however, he heard about two men who had suddenly been converted on reading the life of St. Antony, and he felt terrible ashamed of himself. “What are we doing?” he cried to his friend Alipius. “Unlearned people are taking Heaven by force, while we, with all our knowledge, are so cowardly that we keep rolling around in the mud of our sins!”

Full of bitter sorrow, Augustine flung himself out into the garden and cried out to God, “How long more, O Lord? Why does not this hour put an end to my sins?” Just then he heard a child singing, “Take up and read!” Thinking that God intended him to hear those words, he picked up the book of the Letters of St. Paul, and read the first passage his gaze fell on. It was just what Augustine needed, for in it, St. Paul says to put away all impurity and to live in imitation of Jesus. That did it! From then on, Augustine began a new life.

He was baptized, became a priest, a bishop, a famous Catholic writer, Founder of religious priests, and one of the greatest saints that ever lived. He became very devout and charitable, too. On the wall of his room he had the following sentence written in large letters: “Here we do not speak evil of anyone.” St. Augustine overcame strong heresies, practiced great poverty and supported the poor, preached very often and prayed with great fervor right up until his death. “Too late have I loved You!” he once cried to God, but with his holy life he certainly made up for the sins he committed before his conversion. His feast day is August 28th. St Augustine pray for us…


God bless,
Jessica

Renungan Harian – Senin 31 Agustus 2015

$
0
0

Getting past rejection!

Monday 31st August 2015
First Reading: 1 Thessalonians 4:13-18
Psalm Response; Ps 96:1, 3-5, 11-13
Gospel Reading; Luke 4:16-30

Jesus came to Nazareth, where He had grown up, and went according to His custom into the synagogue on the sabbath day.
He stood up to read and was handed a scroll of the prophet Isaiah.
He unrolled the scroll and found the passage where it was written:

The Spirit of the Lord is upon me, because he has anointed me
to bring glad tidings to the poor.
He has sent me to proclaim liberty to captives and recovery of sight to the blind,
to let the oppressed go free, and to proclaim a year acceptable to the Lord.

Rolling up the scroll, He handed it back to the attendant and sat down,
and the eyes of all in the synagogue looked intently at Him.
He said to them,
“Today this Scripture passage is fulfilled in your hearing.”
And all spoke highly of Him and were amazed at the gracious words that came from His mouth.
They also asked, “Is this not the son of Joseph?”
He said to them, “Surely you will quote me this proverb, ‘Physician, cure yourself,’ and say, ‘Do here in your native place the things that we heard were done in Capernaum.’”
And He said,
“Amen, I say to you, no prophet is accepted in his own native place.
Indeed, I tell you, there were many widows in Israel in the days of Elijah
when the sky was closed for three and a half years and a severe famine spread over the entire land.
It was to none of these that Elijah was sent, but only to a widow in Zarephath in the land of Sidon.
Again, there were many lepers in Israel during the time of Elisha the prophet;
yet not one of them was cleansed, but only Naaman the Syrian.”
When the people in the synagogue heard this, they were all filled with fury.
They rose up, drove Him out of the town, and led Him to the brow of the hill
on which their town had been built, to hurl Him down headlong.
But He passed through the midst of them and went away.

Shalom semuanya,

Apakah kita pernah mengalami penolakkan? Tentu membuat kita sedih, marah, kecewa, putus asa dan segala perasaan negatif timbul dalam pikiran dan hati kita.

Didalam Injil hari injil, Yesus mengalami penolakkan di kampung halamannya. Apa yang diperbuat oleh Yesus? He walked away from it. He never tried to force the Nazarenes to accept Him as the Messiah. Certainly He was saddened by their rejection, but He moved on. He went to places where doors of opportunity opened for Him, where He was free to share what He could give, where His gifts and talents could shine — in other words, where He could make a difference because hearts were responsive to Him (source: https://gnm.org).

Yesus datang ke dunia membawa Kabar Gembira kepada setiap orang. Kita pun sebagai murid Yesus diutus untuk membawa Kabar Gembira kepada orang-orang disekitar kita – pembebasan buat orang-orang tawanan dan tertindas, memberikan harapan dan penghiburan kepada orang miskin, putus asa dan berduka cita. Seperti yang dikatakan St Paulus, “Jikalau kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit,maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Pada saat kedatangan Tuhan , mereka yang telah mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit dan beserta kita yang masih hidup akan diangkat bersama-sama menyongsong Tuhan diangkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan.” (1 Tes 4:14,1-17)

No one can thwart what God wants to do through us to make a difference in the world. What seems like a roadblock becomes merely a stepping stone to a new opportunity to serve the Lord with our unique and valuable gifts, talents and wisdom (http://gnm.org)

Lagu: Bila Kau Yang Membuka Pintu
https://www.youtube.com/watch?v=xCdbyeJ_Y_E.

God loves us,

Suhardi, Haryati dan Samuel

sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Spirit, Sydney, Australia

“Ia (Tuhan) harus makin besar tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3:30)

DICARI: DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN

$
0
0

Yayasan Santo Yohanes Salib yang dikelola oleh Para Suster Putri Karmel dan Frater CSE bermaksud mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) SHANTI BHUANA di Bengkayang, Kalimantan Barat.

Pendirian STIM ini merupakan wujud nyata kontribusi Yayasan Santo Yohanes Salib dalam menghasilkan insan-insan berintegritas tinggi dan kompetitif berdasarkan prinsip-prinsip moral, memiliki penghayatan Budaya Amare, sekaligus beriman mendalam.

Dengan ini, kami mengundang Anda yang merasa terpanggil dan memiliki visi memajukan daerah melalui pendidikan, untuk menjadi Dosen pada Sekolah Tinggi tersebut dalam program studi:

  1. Manajemen
  2. Manajemen Pembangunan.

Adapun Bengkayang adalah sebuah kota kecil yang sedang berkembang di Kalimantan Barat. Letaknya sangat strategis, di antara: Pontianak, Singkawang, Sambas, Ngabang dan juga Kuching di Serawak (Malaysia).

Bagi Anda yang memiliki kualifikasi umum:

  1. Belum berusia 50 tahun.
  2. Tidak sedang menjadi dosen tetap di perguruan tinggi lain atau belum memiliki NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional).
  3. Tidak sedang terikat sebagai pegawai negeri.
  4. Tidak sedang menjadi guru aktif di suatu sekolah.
  5. Memiliki ijasah yang sudah disetarakan bagi lulusan luar negeri.
  6. Bersedia ditempatkan dan bekerja di Bengkayang, Kalimantan Barat.

Dengan kualifikasi khusus untuk Program Studi Manajemen:

  1. Minimal lulusan S2 (Magister) Manajemen.
  2. Lulus S1 (Sarjana) dalam bidang Manajemen, Ekonomi, dan bidang sejenis.

Dengan kualifikasi khusus untuk Program Studi Manajemen Pembangunan:

  1. Minimal lulusan S2 (Magister) Manajemen, Studi Pembangunan.
  2. Lulus S1 (Sarjana) dalam bidang Manajemen, Ekonomi, dan bidang sejenis.

Dapat bergabung menjadi sebagai Dosen. Pengajuan lamaran maupun pertanyaan dapat ditujukan pada:

  • usb@myfufu.com (dalam bentuk soft copy)
  • Biara Transit: Jalan Cempaka Putih Timur IV no. 7, Jakarta Pusat 10510

Atas perhatian yang diberikan, kami ucapkan terima kasih dan Tuhan memberkati selalu.

Renungan Harian, Rabu – 2 September 2015

$
0
0

Ujilah Segala Sesuatu

Rabu, 2 September 2015
Kol 1:1-8, Mzm 52:10-11, Luk 4:38-44

Injil Lukas 4: 38-44
Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.
Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.
Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

                UJILAH SEGALA SESUATU

Di dalam pelayanan-Nya memberitakan kabar baik, Yesus dan para rasul diperhadapkan dengan berbagai situasi. Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dan mengusir roh-roh jahat.

“Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias” (Luk 4:41). Ketika berhadapan dengan roh jahat, Yesus tidak berkompromi. Tidak ada belas kasihan bagi roh jahat. Dan Yesus melarang roh jahat berbicara, termasuk untuk mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Seberapapun “kebenaran” yang dikatakan oleh roh jahat, mereka adalah raja dusta, maka kata-kata mereka bukan hanya tiada artinya, namun pasti ditunggangi dengan niat jahat  Tanpa kompromi, roh-roh ini tidak dapat dipercaya.

Hal yang serupa juga terjadi pada Santo Paulus dalam pelayanannya di Filipi. Di sana, saat ia sedang berkeliling memberitakan Injil, ada seorang perempuan yang kemasukan roh tenung, yang selama berhari-hari mengikuti Paulus sambil berseru,”Orang-orang ini adalah hamba Allah yang maha tinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan keselamatan.” Pada akhirnya Paulus menghardik roh itu untuk keluar dari perempuan tersebut (lih. Kis 16:16-18)

Meskipun isi dari teriakan roh jahat itu kelihatannya kebenaran, namun di balik itu adalah dusta belaka. Sama seperti ular yang menggoda Hawa di Taman Firdaus. Maka tidak ada kompromi terhadap iblis dan segala kekuatan supernatural.

Dalam perjalanan iman dan pelayanan kita, kita pun pasti menghadapi berbagai macam situasi. Kadangkala banyak hal yang kelihatan baik yang kita terima dari luar, entah itu dari ajaran-ajaran berbau takhayul, aliran baru yang kelihatan baik dan seolah tidak berbahaya seperti New Age, ajaran yang keliru tentang bentuk cinta kasih terhadap sesama jenis, dan sebagainya. Semua itu adalah juga bentuk tipu daya iblis yang ditebarkan untuk melemahkan iman dan kepercayaan yang benar terhadap Tuhan kita dan segala ajaran-Nya.

Kita juga perlu berhati-hati dalam pelayanan; banyak orang yang meyakini mendengar suara Tuhan, padahal segala sesuatu mesti diuji. Karena iblis terus berkeliaran untuk menipu kita, termasuk atau terlebih justru kepada anak-anak Allah. Ia tahu masanya semakin singkat. Maka ia menebarkan racun perpecahan, pertikaian, keresahan diantara insan manusia dan di dalam komunitas anak-anak Allah agar kita terpecah, terluka, menjadi marah dan jatuh ke dalam pelbagai bentuk dosa.

Maka berjagalah selalu dalam doa. Mintalah hati yang murni dan kasih yang tulus dalam pelayanan. Dan ujilah segala sesuatu. Buah-buahnyalah yang dapat memperlihatkan apakah sesuatu itu berasal dari Allah atau tidak. Jangan tertipu. Jangan sekali-kali dengan sadar berkompromi dengan iblis, karena akibatnya bukan hanya kita digoyahkan tapi juga mereka yang memandang kita sebagai panutan.

“Tetapi buah-buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” – Gal 5:22-23
Doa: Ya Yesus, Engkaulah Juruselamat kami. Berilah kami kebijaksanaan untuk membedakan mana yang berasal dari Engkau dan mana yang bukan, agar jangan kami jatuh ke dalam tipu daya iblis sehingga memberi peluang untuk dimanfaatkan oleh karena kerapuhan kami, menjadi batu sandungan bagi sesama kami. Namun biarlah oleh pimpinan-Mu, kami senantiasa menjadi berkat bagi sesama dan dapat memuliakan nama-Mu.
Salam kasih Kristus,
Huseng, Sandy & Justin of Sel Kel Kudus Nazareth, Singapore

Renungan Harian, Selasa 1 September 2015

$
0
0
Perfect Love
Tuesday 1st September 2015
First Reading; 1 Thessalonians 5:1-6, 9-11
Psalm Response: Ps 27:1, 4, 13-14
Gospel Reading; Luke 4:31-37

Jesus went down to Capernaum, a town of Galilee.
He taught them on the sabbath, and they were astonished at His teaching
because He spoke with authority.
In the synagogue there was a man with the spirit of an unclean demon,
and He cried out in a loud voice,
“What have You to do with us, Jesus of Nazareth? Have You come to destroy us? I know who You are–the Holy One of God!”
Jesus rebuked him and said, “Be quiet! Come out of him!”
Then the demon threw the man down in front of them and came out of him without doing him any harm.
They were all amazed and said to one another,
“What is there about his word?
For with authority and power He commands the unclean spirits, and they come out.” And news of Him spread everywhere in the surrounding region.

Shalom semuanya,

Didalam Injil hari ini Yesus mengajar di Kapernaum dan mengusir roh jahat.

Semua dilakukan karena CINTA.

Perfect love contains all the power of God, because GOD is LOVE. Perfect love means caring so completely about others that we’re willing to go to the cross for them. A wounded marriage, for example, is healed when both spouses make sacrifices for each other, which is a cross that defeats division.

The cross is never fun nor is it easy. Many of us try to get around it by relying solely on prayers such as “St. Michael the Archangel, defend us in battle ….” Overcoming evil requires more than prayer. It requires our personal sacrifice.

Perfect Love equal to Sacrifice. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1 Kor 13:4-7)

St Paulus mengingatkan kita untuk selalu sadar dan berjaga-jaga karena hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam dalam bacaan pertama hari ini. Kita semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Kita adalah orang-orang siang baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka tetapi untuk beroleh keselamatan oley Yesus Kristus, Tuhan kita yang sudah mati untuk kita, supaya entar kita berjaga-jaga, entar kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Kristus. (! Tes 5:2,5,8-10)

God loves us,

Suhardi, Haryati dan Samuel

sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Rosary, Sydney, Australia

CHOSEN GENERATION, KTM MM PONTIANAK

$
0
0

KTM Muda Mudi Pontianak kini kembali mengepakkan sayapnya, dan siap untuk terbang lebih tinggi.

Pemilihan DPW

Setelah lebih dari 2 tahun melebur di salah satu wilayah dewasa, kini KTM MM Pontianak dapat kembali mengepakkan sayap melalui terpilihnya Dewan Pelayan Wilayah Muda-i 2015-2016, karena jumlah sel yang telah kembali memenuhi kriteria.

Sebagai ungkapan syukur atas penyelenggaraan Illahi yang amat dasyat, ajaib, wow, brrr luar biasa, maka KTM MM mulai merencanakan pelayanan ke depan. Bak gayung bersambut, datanglah seketika kabar beserta ajakan frater CSE dan suster P.Karm untuk melayani bersama dalam Camping Rohani (Camproh) 2015 di Rumah Retret Shanti Buana, Bandol. Menyadari acara ini merupakan acara besar yang membutuhkan tidak sedikit biaya, maka KTM MM Pontianak pun melakukan usaha penggalangan dana untuk menyukseskan acara tersebut.

KRK Kasih yang Memulihkan

Pertama-tama sebagai bentuk promosi acara menarik minat anak muda usia SMA, maka pada Jumat, 24 April 2015 pukul 18.30 diselenggarakanlah KRK & Adorasi Penyembuhan  bersama Rm. Arsenius Vicar, CSE di Gereja Gembala Baik, Senghie. Acara ini turut dilayani pula oleh para frater dan suster, yaitu Fr. Josemaria Caritas, CSE, Fr. Bonaventura, CSE, dan Sr. Serafin, P. Karm, serta didukung oleh volunteer KTM, Helen Gae dan Venant Joseph. Puji Tuhan acara ini dapat terselenggara dengan baik, gereja full dan dipenuhi lebih dari 75% anak muda, juga yang paling utama: banyak umat yang mengalami mukjizat kesembuhan. Tuhan Yesus ajaib!

KRK Kasih yang Memulihkan

 

Ngamen plus Jualan

Momen penutupan bulan Maria di Rumah Retret Shanti Buana Bandol yang bertepatan pula dengan Hari Tritunggal Mahakudus tidak dilewatkan begitu saja oleh KTM MM. Kenapa? Karena hari itu menjadi puncak “arus ziarah” para warga Kalimantan Barat dari berbagai kabupaten kota. Hari yang baik dan cerah ini membawa KTM MM Pontianak sukses mempersiapkan sampai menjajakan jajanan. Dan Tuhan Yesus baik, jualan ludes dan semua bersukacita karena penggalangan dana ini semata-mata berjalan baik karena berkat dan kasihNya. “Tidak sia-sia buat puding, nusuk-nusuk bakso dan sosis, buat poster karikatur dari karton, ngamen jingle ga jelas, jual CD lagu daerah sama bunga mawar plus lilin!” ujar Theresia, pelayan wilayah muda-i seraya tertawa penuh sukacita.

 

Ngamen dan Jualan cari dana Camping

 

Persiapan Cari Dana Camping

Rekoleksi Panitia

Pada tanggal 27-29 Mei 2015 inilah KTM MM wilayah Pontianak, Ambawang, dan Bandol dipersatukan dalam sebuah rekoleksi panitia yang dikemas para frater dan suster. Selama 3 hari panitia berbaur dari latar belakang suku dan bahasa yang berbeda, namun perbedaan ini sungguh menambah warna dalam pelayanan camping ini. Para panitia digodok, ditraining, dipersiapkan secara jasmani dan rohani untuk melayani dengan motivasi yang murni. Latihan koreografi theme song, yel-yel, shooting, latihan drama pertobatan, simulasi games, rapat per seksi tampaknya berhasil membuat para panitia mengerti benar akan profesi para artis (ciaelaaa..haha). Melalui pengajaran, firman, misa, adorasi, sakramen tobat, pencurahan Roh Kudus, para panitia camping sungguh merasa diperbekali perlengkapan rohani yang penuh urapan dan memampukan dalam mengemban tugas pelayanan yang Tuhan percayakan. Alleluya!

Camping Rohani 2015 “Chosen Generation”

Walau di tahun 2008 dan 2009 pernah diadakan camping rohani versi outdoor dengan tenda sederhana dari terpal di alam terbuka yang dirintis pertama kali oleh Rm. Maxi, CSE (2008) dan difollow-up oleh KTM MM Pontianak saat itu dengan mengundang Rm. Arsen, CSE serta beberapa frater-suster di tahun 2009; maka tetap pantaslah Camping Rohani 2015 dikatakan PERDANA dengan konsep acara yang lebih matang, susunan acara dan kepanitiaan yang lebih rapi, PERDANA di lokasi bangunan rumah retret yang sudah jadi dan megah, dan tentu saja aman dari guyuran hujan.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, camping rohani kali ini didominasi peserta dari Pontianak, yaitu sekitar 150 orang dari total 188 peserta. Adapun peserta lain berasal dari Kabupaten Landak, Bengkayang, Sanggau, bahkan dari daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, yaitu Entikong.

Hari ke-1

Sweeping charger HP dan barang bawaan yang tidak relevan dengan camping menjadi awal yang indah di hari pertama camping. Misa pembukaan dimulai pada pukul 5 sore dan dimeriahkan dengan KTM MM acoustic band, tarian perarakan oleh 3 suster, dan tarian persembahan oleh KTM MM. Misa yang dipimpin oleh Rm. Arsen, CSE ini berlangsung khusyuk dan juga bertujuan mengarahkan peserta akan rangkaian acara beberapa hari ke depan. Setelah makan malam, tibalah acara fellowship sekaligus perkenalan panitia. Acara dibuka dengan kata sambutan oleh Henny Hendra selaku ketua panitia camproh 2015, dilanjutkan pemutaran video perkenalan panitia dan persembahan tarian theme song ‘Chosen Generation’ by KTM MM. Acara hari pertama ditutup dengan adorasi yang amat tenang dan menyejukkan.

Misa Pembukaan Camping

Hari ke-2

Hari ke-2 camproh dibuka dengan semangat olahraga ringan dan Doa Yesus di Kapela MBK. Tiga buah sesi pengajaran, Lectio Divina, acara keakraban, dan misa sore menjadi jadwal yang seru hari itu. Dan ternyata, ada yang spesial di adorasi malam hari ke 2 camp, kapela MBK disulap menjadi amat romantis dengan sentuhan lilin-lilin berlentera dan satu hiasan lampu berbentuk hati yang besar di depan altar, menambah semangat peserta untuk menerima dan membalas kasih Yesus yang indah itu.

Hari ke-3

Tak kalah seru dengan kemarin, di hari ke-3 setelah diajak bergerak memuji Tuhan, para peserta kemudian diarahkan menuju Gua Maria untuk meditasi alam. Lokasi gua yang terbentuk dari bebatuan asli alam yang kian hari bertumbuh dan membesar, menjadikan meditasi pagi itu terasa unik, menyegarkan dan menyejukkan hati. Sesi pengajaran hari ini berbeda, karena lebih ke arah moralitas Katolik dan realitas penyimpangan yang mengancam pergaulan anak muda, yaitu sesi Dating, Marriage, Sex dan juga Bahaya Narkoba bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bengkayang.

Selain itu, hal spesial yang tidak ditemukan di hari-hari lain adalah hari ini para peserta khusus dibawa untuk berdevosi kepada Bunda Maria, terbukti setelah doa rosario sore bersama di Gua Maria, acara langsung dilanjutkan dengan Misa Maria yang dipimpin Rm. Serafim, CSE. Di akhir perayaan Misa, para peserta mendapat kesempatan mempersembahkan cita, cinta, dan harapan mereka melalui penyalaan dan peletakan seribu lilin untuk Ibunda. Tidak hanya itu, satu lagi yang spesial hari ini: ajang kreativitas! Tiap kelompok menyumbangkan acara dengan gaya dan ide berdasarkan kreativitas masing-masing kelompok, mulai dari persembahan lagu, tarian, drama, drama musikal, dll. Yang tak kalah menarik yaitu beat box persembahan KTM MM dan tarian panggilan “I Will Follow Him” persembahan frater-suster.

Devosi lilin untuk Bunda Maria

Hari ke-4

Di hari ke-4 peserta mengalami kesegaran rohani melalui misa pertobatan, doa pertobatan, pengakuan dosa, penyembuhan luka batin, dan pembaharuan pencurahan Roh Kudus. Sukacita yang luar biasa amat terasa berkobar dari para peserta. Hal itu terlihat dari kesaksian beberapa peserta yang merasa amat terkesan atas seluruh rangkaian acara beberapa hari ini, terutama pembaharuan curahan Roh Kudus yang mereka terima.

Hari ke-5

Yeah hari ini kita outbond! Semangat leadership dan kekompakan tim dipertaruhkan untuk memperoleh poin setinggi-tingginya melalui rute yang cukup panjang tak terduga! Menara air, menyeberang Laut Merah, estafet ubi, pindah air, body language, army, post 1 dan 2 Jalan Salib mengguncang sekaligus menggelitik peserta! Dari semua games yang ada, army menjadi yang terfavorit: merayap di kubangan tanah liat plus diguyur air bagi yang menyentuh batas tali rafia. Tak satupun peserta bebas dari “warna jingga” siang ini haha. Sesi perkenalan KTM oleh bang Jack (KTM dewasa) menjadi sesi terakhir dari seluruh pengajaran. Puji Tuhan banyak yang mau bergabung dengan KTM. Kemudian acara dilanjutkan misa panggilan. Sungguh Roh Allah bekerja, banyak peserta yang maju ke depan menanggapi panggilan Tuhan dalam mereka masing-masing. Bahkan teman-teman yang lain yang diam di tempatpun tidak luput dari lawatan Allah. “Senang banget melihat teman-teman dapat mengalami kasih Tuhan. Perubahan dari hari pertama sampai terakhir camping signifikan banget.. Mereka penuh sukacita..” ujar Henny.

Setelah dipuaskan oleh kasih Allah yang luar biasa, kini saatnya api unggun! Setelah bergembira dengan gerak dan lagu juga beberapa permainan di area api unggun, di malam api unggun itu pula diselipkan acara pembagian hadiah bagi kelompok yang unggul mengumpulkan poin pada outbond sebelumnya. Niat dan harapan peserta untuk turut membagikan kasih Allah pada sesama ditorehkan masing-masing di secarik kertas yang kemudian dibakar bersama di api unggun. Setelah itu, peserta pun kembali ke kamar masing-masing.

Outbond Camping 2

Outbond Camping 3

 

Api unggun 2

 

Hari ke-6

Setelah misa penutupan camping sekaligus Misa dan Adorasi Penyembuhan yang dipimpin Rm. George, CSE selaku penasihat camproh 2015 dan makan siang, maka tibalah saatnya bagi para peserta untuk berpisah dan menjadi terang di tempat mereka masing-masing. “Semoga kasih dan sukacita dari Tuhan dapat selalu berkobar di hati peserta dan mereka selalu menjadi anak Tuhan yang tumbuh dalam iman, kasih, dan pengharapan,” tambah Henny, yang tentu saja menjadi cita-cita luhur bagi kita semua.

Persembahan Panitia Camping

“Chosen Generation… bangkit, bertumbuh, berkarya.. gebyaaarr membahanaaaa..woooww!!!”

(Oleh: Nungkas, KTM Muda Mudi Pontianak)

 

WISMA LEMBAH KARMEL – CALON OASE ROHANI DI MERAUKE

$
0
0

Pada 31 Agustus 2015 telah diadakan Misa pemncangan kayu pertama untuk pembangunan Wisma Lembah Karmel.

Wisma Lembah Karmel (WLK) ini merupakan wujud kerinduan Mgr. Nicolaus Adi Seputra,MSC untuk menghadirkan pusat pembinaan spiritualitas bagi umat yang disambut baik oleh Romo Yohanes Indrakusuma, CSE. Beliau berharap bahwa WLK ini dapat membantu perkembangan iman umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke, dan menjadi tempat dimana banyak umat bisa berekreasi di akhir pekan, rekoleksi keluarga, mengikuti retret dan lain-lain.

Romo Yohanes Indrakusuma CSE beserta kongregasi yang didirikannya sebelumnya telah mendirikan 6 rumah retret, antara lain Pertapaan Karmel di Jawa Timur, Lembah Karmel di Jawa Barat dan Pertapaan Shanti Buana di Kalimantan Barat. Adapun WLK ini sedang dibangun di kawasan Serapu, Kabupaten Merauke, di areal tanah dengan luas 5 ha. Lahan sudah dibuka dan kayu-kayu sudah mulai diantar ke lokasi pembangunan sejak 11 Juni 2015. Bangunan utama yang hendak dibangun dalam waktu 1 tahun ke depan adalah kapela berukuran 15×20 meter, ruang pertemuan berukuran 10×15 meter, wisma menginap untuk pria dan wanita yang masing-masing dapat menampung 30 orang, rumah volunteer, pondok tapa dan tempat untuk menginap pastor atau uskup, ruang dapur dan ruang makan bersama. Seluruh bangunan tersebut diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar 900 juta rupiah.

Puji syukur atas kebaikan Tuhan, sebab pada 31 Agustus 2015 diadakan Misa pemancangan kayu pertama untuk Wisma Lembah Karmel (WLK) di wilayah KAME (Keuskupan Agung Merauke), dipimpin oleh Vikjen KAME P. Miller S, MSC dan P. Titus, Pr. Dihadiri oleh para sahabat KTM, donatur dan beberapa anggota KTM.

Bagi Anda yang tergerak untuk berpartisipasi dalam pembangunan Wisma Lembah Karmel di Keuskupan Agung Merauke, partisipasi Anda dapat dikirimkan ke Bank Danamon dengan nomor rekening 3591023985 a.n Maria Yohanna dan Liliyanti Tjahyadi.

Semoga pembangunan WLK ini dapat menjadi oase berkat bagi semua saudara/i Katolik di Merauke dan sekitarnya.

WLK111988436_10206536151635040_129487406350610966_n11921801_10206536159755243_2910148688053188114_n11951966_10206536152875071_3774111059603350995_n11960056_10206536150595014_2322398312888944327_n11752443_10206536161115277_8092168355648147746_n


Renungan Harian Kamis, 3 Sep 2015

$
0
0

Sang Pemberi Berkat

Bacaan Pertama:   Kol1:9-14
Mazmur:                 Mzm 98:2-6
Bacaan Injil:           Luk 5:1-11

Luk5:1-11,

Luk 5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.

Luk 5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.

Luk 5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Luk 5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Luk 5:5 Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Luk 5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.

Luk 5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Luk 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Luk 5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;

Luk 5:10        demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Luk 5:11        Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Shallom teman-teman,

Ada saat di hidup kita dimana semua  nya berjalan sangat baik. Tuhan memberkati kita dengan berlimpah. Kita merasakan bagaimana rasanya menjadi lebih dari seorang pemenang.

Namun kadang berkat yang kita terima membuat kita memfokuskan diri pada berkatnya dan bukan pada pemberi berkat itu.

Petrus dan teman-teman pun pasti senang, bahagia, takjub dengan mujizat yang mereka alami.

Tapi pada ayat 11 dikatakan bahwa mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Mereka menyadari bahwa sang pemberi berkat lebih penting dari berkat itu sendiri.

Semoga kita juga mau mulai mencari dan berusaha mengenal pribadi Yesus dengan lebih dekat daripada hanya mencari berkat-berkatNya saja. Amin.

Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemeliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai orang kudus. Ayahnya Geordianus, tergolong kaya raya; memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Ceolian, Roma. Selama masa kanak – kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorik dan dialetika.

Karena posisinya di antara keluarga – keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyrakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Namun Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang anggurNya. Gregorius meletakkan jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara – biara. Ada enam biara yang didirikan di Sicilia dan satu di Roma. Di dalam biara – biara itu, ia menjalani kehidupannya sebagai seorang rahib. Namun ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi, ia juga giat di luar; membantu orang – orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besar di istana Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar – pasar kota Roma.

Pada tahun 590, dia diangkat menjadi Paus. Dengan ini dia dapat dengan penuh wibawa melaksanakan cita – citanya membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama budak – budak dari Inggris. Ia mengutus Santo Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk mewartakan Injil disana. Gregorius adalah Paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia. Ia memimpin Gereja selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyur, negarawan dan administrator ulung pada awal abad pertengahan serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan – tulisannya yang berbobot, dia digelari sebagai Pujangga Gereja Latin. Meskipun begitu ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai ‘Abdi para abdi Allah’ (servus servorum Dei). Julukan ini tetap dipakai sampai sekarang untuk jabatan Paus di Roma. Setelah memimpin Gereja Kristus selama 14 tahun, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Pestanya dirayakan juga pada tanggal 12 Maret.

Gbu,

Ferdi, Ira & Fam
Cell St Zakaria & Elizabeth, SingaporeRenungan harian Kamis, 3 Sep 2015 – Sang pemberi berkat

Bacaan Pertama:   Kol1:9-14
Mazmur:                 Mzm 98:2-6
Bacaan Injil:           Luk 5:1-11

Luk5:1-11,

Luk 5:1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.

Luk 5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.

Luk 5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Luk 5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Luk 5:5 Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Luk 5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.

Luk 5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Luk 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Luk 5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;

Luk 5:10        demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Luk 5:11        Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Shallom teman-teman,

Ada saat di hidup kita dimana semua  nya berjalan sangat baik. Tuhan memberkati kita dengan berlimpah. Kita merasakan bagaimana rasanya menjadi lebih dari seorang pemenang.

Namun kadang berkat yang kita terima membuat kita memfokuskan diri pada berkatnya dan bukan pada pemberi berkat itu.

Petrus dan teman-teman pun pasti senang, bahagia, takjub dengan mujizat yang mereka alami.

Tapi pada ayat 11 dikatakan bahwa mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Mereka menyadari bahwa sang pemberi berkat lebih penting dari berkat itu sendiri.

Semoga kita juga mau mulai mencari dan berusaha mengenal pribadi Yesus dengan lebih dekat daripada hanya mencari berkat-berkatNya saja. Amin.

Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Gregorius lahir di Roma pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang tantenya, Tarsilla dan Aemeliana, dihormati pula oleh Gereja sebagai orang kudus. Ayahnya Geordianus, tergolong kaya raya; memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah bukit Ceolian, Roma. Selama masa kanak – kanaknya, Gregorius mengalami suasana pendudukan suku bangsa Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota. Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorik dan dialetika.

Karena posisinya di antara keluarga – keluarga aristokrat (bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat dalam kehidupan umum kemasyrakatan, dan memimpin sejumlah kecil kantor. Pada usia 33 tahun ia menjadi Prefek kota Roma, suatu kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik Roma saat itu. Namun Tuhan menghendaki Gregorius berkarya di ladang anggurNya. Gregorius meletakkan jabatan politiknya dan mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Ia menjual sebagian besar kekayaannya dan uang yang diperolehnya dimanfaatkan untuk mendirikan biara – biara. Ada enam biara yang didirikan di Sicilia dan satu di Roma. Di dalam biara – biara itu, ia menjalani kehidupannya sebagai seorang rahib. Namun ia tidak saja hidup di dalam biara untuk berdoa dan bersemadi, ia juga giat di luar; membantu orang – orang miskin dan tertindas, menjadi diakon di Roma, menjadi Duta Besar di istana Konstantinopel. Pada tahun 586 ia dipilih menjadi Abbas di biara Santo Andreas di Roma. Di sana ia berjuang membebaskan para budak belian yang dijual di pasar – pasar kota Roma.

Pada tahun 590, dia diangkat menjadi Paus. Dengan ini dia dapat dengan penuh wibawa melaksanakan cita – citanya membebaskan kaum miskin dan lemah, terutama budak – budak dari Inggris. Ia mengutus Santo Agustinus ke Inggris bersama 40 biarawan lain untuk mewartakan Injil disana. Gregorius adalah Paus pertama yang secara resmi mengumumkan dirinya sebagai Kepala Gereja Katolik sedunia. Ia memimpin Gereja selama 14 tahun, dan dikenal sebagai seorang Paus yang masyur, negarawan dan administrator ulung pada awal abad pertengahan serta Bapa Gereja Latin yang terakhir. Karena tulisan – tulisannya yang berbobot, dia digelari sebagai Pujangga Gereja Latin. Meskipun begitu ia tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai ‘Abdi para abdi Allah’ (servus servorum Dei). Julukan ini tetap dipakai sampai sekarang untuk jabatan Paus di Roma. Setelah memimpin Gereja Kristus selama 14 tahun, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Pestanya dirayakan juga pada tanggal 12 Maret.

Gbu,

Ferdi, Ira & Fam
Cell St Zakaria & Elizabeth, Singapore

Nuansa Karmel: Maria Bunda Karmel

$
0
0

.

Oleh : Sr. Maria Skolastika, P.Karm

.
Tanggal 16 Juli adalah Hari Raya Maria Bunda Karmel. Maria adalah tokoh yang sangat istimewa dan menjadi kecintaan semua karmelit. Bahkan sejak zaman dahulu, para karmelit di Gunung Karmel telah mengangkat Bunda Maria sebagai pelindung dan saudari mereka, sehingga mereka dikenal dengan sebutan “Saudara-saudara Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel”. Sejak semula dalam tradisi Karmel tiada henti-hentinya dilambungkan madah pujian sebagai tanda cinta dan hormat kepada Sang Perawan.

Ada sebuah legenda yang cukup terkenal dalam tradisi Karmel. Pada tahun 1251 Bunda Maria menampakkan diri kepada Simon Stock seorang jenderal Karmel pada zaman itu. Dalam penampakannya itu, Bunda Maria memberikan skapulir sebagai tanda kasihnya yang istimewa dan ikrar perlindungan keibuannya. Kepada Simon Stock Bunda Maria mengatakan, “Benda ini akan menjadi bagimu dan semua karmelit suatu hak istimewa, yaitu tidak akan menderita api abadi dan akan diselamatkan, jika mengenakannya saat meninggal.” Kebenaran kisah ini belum dapat dibuktikan, walau memang benar pernah ada seorang jenderal Karmel yang bernama Simon Stock dalam sejarah. Akan tetapi, lepas dari benar atau tidaknya cerita ini, para biarawan dan biarawati Karmel dengan setia memakai skapulir setiap hari sampai detik ini. Skapulir ini menjadi tanda cinta dan perlindungan Bunda Maria bagi anak-anaknya yang bernaung dalam keteduhan Gunung Karmel.

Skapulir bukanlah Sakramen Gereja melainkan tanda lahiriah dari komitmen batin untuk berusaha dalam kebajikan dan kesucian di bawah perlindungan Bunda Maria. Paus Yohanes Paulus II yang konon tadinya ingin masuk Karmel juga dengan setia memakai skapulir hingga akhir hidupnya. Sementara Paus Pius XII dengan gembira mengakui, “Aku belajar mencintai skapulir Maria dalam pelukan ibuku.”

“Di antaranya, kami harus mengingat dengan baik rosario Maria dan Skapulir Gunung Karmel. Ini merupakan suatu bentuk kesalehan yang dijalankan dengan kesederhanaan dalam semangat yang setiap orang diharapkan memilikinya. Rosario dan skapulir kini telah disebarluaskan di kalangan umat beriman demi makin banyaknya buah-buah rohaniahnya.” (Paus Paulus VI)

Menurut kebaikan dan kebijaksanaan-Nya yang tidak terperikan, Allah telah mengikutsertakan Santa Perawan Maria secara istimewa dalam rencana keselamatan-Nya. Oleh sebab itu, patutlah dia kita hormati dan cintai secara istimewa pula.

Maria telah diselamatkan secara istimewa dan dipersatukan dalam ikatan yang sangat dalam dan mesra dengan Puteranya. Dia telah menjadi Bunda Putera Allah dan karenanya juga menjadi puteri yang paling dikasihi Allah Bapa, serta kenisah istimewa Roh Kudus. Oleh karunia Roh Kudus yang luar biasa, ia telah diangkat jauh mengatasi segala mahkluk di surga dan di dunia. Oleh iman dan cintanya ia telah ikut serta melahirkan di dalam Gereja orang-orang beriman yang merupakan anggota Tubuh Kristus. Maria adalah Bunda Gereja dan tentunya juga Bunda para karmelit. Oleh sebab itu, patutlah kita bersama seluruh Gereja Katolik, yang diterangi oleh Roh Kudus, menghormatinya dengan cinta kebaktian yang mendalam, sebagaimana patutnya bagi seorang ibu yang patut dicintai.

Sejak semula Maria telah dikandung tanpa noda dosa. Dalam dirinya segala sesuatu secara murni dan utuh terarah kepada Allah. Karena sejak semula diangkat dalam suatu tingkat persatuan dan kontemplasi yang amat luhur, tak pernah ada pengaruh makhluk dalam dirinya, serta tidak pernah pula segala sesuatu digerakkan sendiri oleh keinginan pribadinya. Seluruh adanya digerakkan oleh Roh Kudus. Dialah yang penuh rahmat sejak semula.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa Allah dalam rencana-Nya sejak semula menghendaki agar kita pun mempunyai hubungan yang mesra dengan dia, bahwa dia juga -karena Yesus Kristus- menjadi saluran rahmat Allah bagi kita. Dialah ibu yang diberikan Tuhan kepada kita, dialah teladan kita, dialah kepenuhan keselamatan yang dapat diperoleh manusia. Itulah sebabnya dia menjadi lambang pengharapan kita.

Dibentuk oleh Roh Kudus sendiri, Maria merupakan teladan iman yang mendalam, kerendahan hati yang besar, dalam roh dan hatinya ia seluruhnya terarah kepada kehendak Allah, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” (Luk. 1:38)

Maria Perawan termulia itu, dengan segenap hatinya meng-iya-kan kehendak Allah yang menyelamatkan, membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi dan karya Putera-Nya. Dengan demikian ia membantu pelaksanaan karya penyelamatan Allah dan dalam semangat keibuannya mengambil bagian dalam kurban salib Puteranya.

Bunda Maria juga merupakan teladan bagi para pertapa. Secara istimewa Maria adalah teladan orang yang hidup dari Sabda Tuhan, yang selalu meresapkan Sabda Tuhan dalam hatinya. Segala sesuatu dihayatinya berdasarkan sabda tersebut, juga bila kadang-kadang semua tampak gelap dan tidak dimengertinya. Namun, seluruh hidupnya dibimbing oleh sabda Allah dengan terang Roh Kudus yang senantiasa menjiwainya. Karenanya kita pun patut meneladaninya serta memasuki hubungan yang lebih dalam dengannya.

Hubungan yang mendalam dan mesra dengan Maria bukanlah pertama-tama soal perasaan melainkan buah dari suatu kontemplasi iman yang penuh cinta. Semakin dalam hidup doa kita, semakin terbukalah bagi jiwa peranan Maria Perawan termulia dalam karya keselamatan Allah; kepenuhannya dalam rahmat dan kesucian, dan misteri yang mendalam dalam hidupnya. Karena peresapan terus menerus dari Sabda Allah, karena kemurnian tubuh dan jiwanya, serta kepekaannya terhadap dorongan Roh Kudus, Maria menjadi teladan dan cita-cita dari semua orang yang mencari kemesraan Allah.

Apabila kita setia dalam doa dan kontemplasi, sedikit demi sedikit, akan timbul dan berkembanglah dalam diri kita suatu hubungan yang mesra dengan Maria, yang akhirnya membawa kita masuk lebih jauh lagi ke dalam misteri persatuan dengan Kristus dan Bapa-Nya.

Maria sangat dicintai dan dihormati oleh para rasul. Walaupun Maria melampaui para rasul tersebut, ia membiarkan mereka yang tampil dan memimpin. Sementara Maria hanya mendampingi mereka dari belakang dengan doa dan berkatnya. Bersama mereka pula ia berdoa menantikan kedatangan Roh Kudus pada Malam Pentekosta. Sesudah itu, ia tersembunyi dalam tubuh Gereja yang baru lahir itu dan tak akan pernah tampil lagi. Namun kemudian, Allah meninggikannya di atas segala makhluk, baik di bumi maupun di surga.

Oleh karena itu, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Bunda Maria menjadi model bagi para karmelit, karena:
* Maria tipe orang beriman
* Maria pelaksana kehendak Allah
* Maria tipe orang kontemplatif
* Maria tipe orang yang peka dan tanggap terhadap bimbingan Roh Kudus

Marilah kini kita berjalan bersama Maria dalam perziarahan di dunia ini. Mengikuti teladan kesuciannya, dan membiarkan diri dibimbingnya untuk mengalami kemesraan dengan Allah. >

Sharing:

* Ada banyak teladan kesucian yang diberikan Bunda Maria kepada kita. Manakah yang paling menyentuh hatimu?
* Sharingkanlah pengalamanmu dalam berjuang untuk mengikuti salah satu teladan kesucian Bunda Maria.


Bagi yang ingin mengutip/menyebarkan artikel ini, harap tetap mencantumkan sumbernya. Terima kasih.
Sumber:
Majalah Rohani Vacare Deo (Media Pengajaran Komunitas Tritunggal Mahakudus)
www.holytrinitycarmel.com

Renungan Harian, Jumat 3 September 2015

$
0
0

Sukacita dalam Dia

Friday 3rd September 2015

First Reading; Kol. 1:15-20
Psalm Response: Mzm. 100:2,3,4,5
Gospel Reading: Luk. 5:33-39.

Injil Luk. 5:33-39
Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Ia  mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.

Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”

Bersyukurlah! Sorakkanlah nyanyian pujian bagi Allah!

Sebab kasih setiaNya utk selamanya…

Mari kita refleksi diri…
Apakah masih kurang bersyukur dan memujiNya dalam sehari-hari?
Masih terbiasa bersungut2 tentang masa lalu yg kurang bahagia…masih tergantung dengan mood kita, dengan org lain dan situasi tidak teringinkan…Terbiasa membiarkan awan2 gelap menguasai hati dan pikiran?

Run to the Lord! With all your might and willpower!
Allah akan mendorongmu…for He is with us and for us, dan tanganNya siap menopang!

Mintalah pertolonganNya supaya kita dapat terus menerus menang melawan arus yang berlawanan dengan rahmatNya…

Allah menjadikan kita baru…. Didalam Dia kita dapatkan membaharuan, kesegaran tubuh dan jiwa yang tidak bisa kita peroleh dari apapun juga!

All glory and honour is Yours, Almighty Father, forever and ever amen…

Perayaan santo santa 4 September 2015

Musa, Nabi

Musa dikenal dan dihormati sebagai pendiri bangsa Israel. Ia dipilih Yahweh, Allah Abraham, Iskhak dan Yakob, untuk memimpin kaum keturunan Abraham keluar dari penindasan Firaun di Mesir, dan selanjutnya bersama mereka membawakan kurban persembahan kepada Allah di gunung Sinai. Di sanalah Yahweh mengadakan perjanjian dengan mereka dengan perantaraan Musa, abdiNya.

Musa, seorang tokoh historis, peletak dasar bagi keberadaan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, peletak dasar agama Yahudi. Sejarah awal Israel sebagai suatu bangsa di Palestina tidak bisa dipahami terlepas dari Musa. Sewaktu keluar dari Mesir atas campur tangan Allah, bangsa Hibrani menjadi suatu kelompok orang yang merdeka, namun tidak terdidik dan tidak mempunyai suatu pengalaman pun untuk membentuk dirinya sendiri menjadi suatu kesatuan sosial – politik. Melalui perantaraan Musa, Allah mengikat perjanjian dengan mereka di gunung Sinai. Oleh perjanjian itulah, bangsa Hibrani memperoleh suatu identitas nasional yang berbeda dengan bangsa – bangsa lain. Mereka dipilih Allah dari antara bangsa – bangsa menjadi Umat kesayanganNya dengan Hukum atau Undang – undang sendiri yang mengatur pola hidup dan tingkah laku mereka sebagai suatu bangsa.

Kisah tentang kehidupan dan karier Musa tetap tinggal kabur. Satu – satunya sumber informasi terpercaya hingga sekarang adalah Kitab Suci, khususnya Kitab Keluaran yang ada dalam bilangan kitab Pentateukh. Di sana Musa dilukiskan sebagai tokoh utama peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan pengembaraan mereka di padang gurun selama 40 tahun. Ia dibesarkan di dalam dua lingkungan budaya yang berbeda, yakni Mesir dan Midian. Namanya kemungkinan diturunkan dari sebuah kata kerja bahasa Mesir, yang berarti ‘dilahirkan’. Tradisi Kitab Suci (Kel 2:1; Yos 24:5) mengatakan bahwa ia dilahirkan di Mesir dari sebuah keluarga Hibrani, dan kemudian dibesarkan di lingkungan istana Firaun. Di dalam istana itu, dia dididik dalam segala hikmat orang Mesir dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (bdk. Kis 7:22). Namun pendidikan ala Mesir di istana Firaun itu nampaknya tidak merusak ikatan batin dengan orang sebangsanya. Sudah hampir dipastikan bahwa adat istiadat yang diwariskan Allah Abraham, Iskhak dan Yakob itu diketahuinya di Mesir.

Kecuali itu, tradisi Kitab Suci pun mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di daerah Midian, bagian timur Mesir. Midian adalah tempat pengungsiannya setelah ia membunuh mandor Mesir yang menganiaya orang – orang sebangsanya. Disana ia menemukan kembali tradisi nenek moyangnya yang tetap tidak berubah oleh pengaruh – pengaruh Mesir (Bdk. Kel 4:24 – 26). Alkitab menghubungkan peristiwa pengungsian itu dengan peristiwa pewahyuan Yahweh dan panggilan atas dirinya untuk mengemban tugas sebagai pembebas bangsa Israel dari kekejaman Firaun di Mesir (Kel 2:14 – 14:20). Dengan demikian jelaslah bahwa pengungsian itu merupakan penyelenggaraan ilahi dalam rangka penyelamatan bangsa Israel.

Dalam hal penulisan Kitab Suci, Musa dipandang sebagai pengarang Kitab Pentateukh, kelima bab pertama dari Perjanjian Lama. Ini tidak berarti bahwa ia sendirilah yang menuliskan setiap kata dari kitab itu. Walaupun kebanyakan bagian Kitab Pentateukh ditulis setelah kematiannya, namun dianggap sebagai tulisannya karena didasarkan pada tradisi lisan yang diwariskannya. Atas dasar itu dan juga karena ia adalah tokoh utama yang mendominasi fase awal sejarah Israel, maka seluruh Kitab Pentateukh dihubungkan dengan Musa sebagai pengarangnya. Atas dasar yang sama, Musa dianggap sebagai pemberi hukum Allah kepada bangsa Hibrani. Dialah yang menetapkan patokan dasar tingkah laku bangsa Hibrani sesuai dengan kehendak Yahweh. Generasi – generasi kemudian menyesuaikan hukum itu dengan tuntutan perkembangan zaman dan pandangan – pandangan hidup baru di bawah semangat Musa.

Musa tidak diijinkan Yahweh memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan kepada keturunan Abraham karena ketegaran hati dan ketipercayaan bangsa Israel kepada Yahweh (Ul. 1:37-38). Tuhan hanya menunjukkan kepadanya tanah terjanji itu dari atas gunung Nebo. Akhirnya Musa meninggal di tanah Moab, di bagian timur Kanaan. Orang – orang Israel meratapi dia selama 30 hari (Ul. 34:5-8). Dalam perjanjian baru, penggelaran kepada Musa sering melebihi tokoh – tokoh perjanjian lama lainnya mengingat kualitasnya sebagai pemberi Hukum Allah (Mat 8:4; Mrk 7:10). Kecuali itu, ia dihubungkan dengan Yesus Kristus sebagai tokoh pra-lambang Mesias terjanji (Yoh 6:32; Ibr 3,5,6).

Santa Rosa dari Viterbo, Pengaku Iman

Rosa lahir pada tahun 1235 di Viterbo, Italia Tengah. Kisah hidupnya tidak banyak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu cerita legenda yang beredar tentang dirinya merupakan sumber untuk melukiskan riwayat hidupnya.

Frederik II, Kaisar Romawi Suci, karena suatu pertikaian sengit dengan Paus Gregorius IX (1227 – 1241), menyerang negara kePausan dan berhasil menaklukkan kota Viterbo pada tahun 1240. rosa dengan berani mempersatukan seluruh rakyat untuk menghalau Frederik II dari Viterbo. Karena semangat kepahlawanannya itu, ia bersama orangtuanya dibuang keluar dari Viterbo. Mereka baru bisa kembali ke Viterbo ketika Frederik II meninggal dunia pada bulan Desember 1250.

Konon Rosa kemudian mengajukan permohonan untuk masuk biara Santa Maria yang ada di Viterbo. Permohonannya tidak dikabulkan oleh pemimpin biara itu. Lalu ia berusaha sendiri mendirikan sebuah komunitas religius baru. Usahanya ini pun tidak direstui oleh Paus Innocentius IV (1243 – 1254). Karena kegagalannya itu ia lalu memilih tetap tinggal di rumah sambil tetap menjalani suatu kehidupan bakti kepada Allah hingga kematiannya pada tanggal 6 Maret 1252. Kesalehan hidupnya diakui oleh Gereja hingga jenazahnya dimakamkan dalam gereja Viterbo. Pada tahun 1357 gereja itu terbakar. Ketika makamnya dibuka, tubuh Rosa tetap awet seperti sediakala. Oleh karena itu umat Viterbo menaruh devosi yang besar kepadanya. Setiap tahun, jenazahnya diarak melalui jalan – jalan Viterbo. Pada tahun 1457, Rosa dinyatakan kudus oleh Paus Kalistus III (1455 – 1458) (source: iman katolik)

God bless,

Jessica

Renungan Harian, Senin 7 September 2015

$
0
0

Healing and suffering for God’s kingdom!

Monday 7th September 2015
First Reading; Colossians 1:24–2:3
Psalm Response: Ps 62:6-9
Gospel Reading: Luke 6:6-11

On a certain sabbath Jesus went into the synagogue and taught,
and there was a man there whose right hand was withered.
The scribes and the Pharisees watched Him closely to see if He would cure on the sabbath so that they might discover a reason to accuse Him.
But He realized their intentions and said to the man with the withered hand,
“Come up and stand before us.”
And he rose and stood there.
Then Jesus said to them,
“I ask you, is it lawful to do good on the sabbath rather than to do evil,
to save life rather than to destroy it?”
Looking around at them all, He then said to him,
“Stretch out your hand.”
He did so and his hand was restored.
But they became enraged and discussed together what they might do to Jesus.

Shalom semuanya,

Didalam Injil hari ini, Yesus menyembuhkan seseorang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat.

Yesus bukan saja menyembuhkan fisik orang tersebut tetapi yang lebih penting Yesus mengampuni dosanya dan memulihkan kembali martabat orang tersebut. Sebab pada zaman Yesus itu, orang yang sakit selalu diidentikan dengan orang yang berdosa. Akibat dosanya, ia dihukum Tuhan dan menderita sakit anggapan masyarakat pada zaman itu.

Lalu apakah mukjijat masih terjadi sampai saat ini? Tentu saja, mukjijat masih terjadi sampai saat ini, sampai detik ini.

Lalu kalau orang itu tidak sembuh, apakah ia kurang dikasihani atau dilupakan oleh Tuhan? Tentu tidak, Tuhan mempunyai rencana/misi buat kehidupan kita masing-masing. God loves each of us. He never forgotten us.

In today first reading, St Paul finds joy in suffering; to Him, it’s a very significant way to honor God.
Remember: when we are healed physically, we need to say praise and thank you to our God.
However, when we are not being cured for our sickness or suffering physically, that is so much better! Because it unites us to Jesus in His suffering and resurrection (source: https://gnm.org)

There is no gain in salvation without the pain of sacrificial love. St John Paul II wrote down in his apostolic beautiful letter, “Salvifici Doloris” (On the Christian Meaning of Human Suffering). Please click website below for detail:
http://www.catholiccrossreference.com/blog/2014/10/09/summary-of-salvifici-doloris-on-the-christian-meaning-of-human-suffering/

Suffering is part of human existence from birth until death, and every human person suffers in a variety of ways: physically, psychologically, socially, and spiritually.
Suffering naturally leads to questioning. Why do I suffer? Why do others suffer? How can suffering be overcome? Is there any meaning to suffering? To find an answer, click this website below:
http://www.catholic.com/magazine/articles/a-pope%E2%80%99s-answer-to-the-problem-of-pain

Suffering is supernatural because God has bound it up with salvation, and human because it is endured by all men/women. Through human suffering, men/women find their identity in themselves and in Christ.

Song: Not Forgotten by Twila Paris
https://www.youtube.com/watch?v=1O2oTd0Scvg atu d

God loves us,

Suhardi, Haryati dan Samuel

sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Rosary, Sydney, Australia

Renungan Selasa, 8 September 2015

$
0
0

Say ‘yes’ to God calling

Tuesday 8th September 2015
First Reading; Romans 8:28-30 or Micah 5:1-4
Psalm Response; Isaiah 13:6ab, 6c (with 61:10)
Gospel Reading: Matt 1:1-16, 18-23
Feast of the Nativity of the Blessed Virgin Mary

This is how the birth of Jesus Christ came about.
When His mother Mary was betrothed to Joseph, but before they lived together,
she was found with child through the Holy Spirit.
Joseph her husband, since he was a righteous man, yet unwilling to expose her to shame, decided to divorce her quietly.
Such was his intention when, behold, the angel of the Lord appeared to him in a dream and said, “Joseph, son of David, do not be afraid to take Mary your wife into your home.For it is through the Holy Spirit that this child has been conceived in her. She will bear a son and you are to name Him Jesus,
because He will save His people from their sins.”
All this took place to fulfill what the Lord had said through the prophet:

Behold, the virgin shall be with child and bear a son,
and they shall name him Emmanuel,

which means “God is with us.”

Shalom semuanya,

Happy birthday Mother Mary. Didalam Injil hari ini, St Matius mengambarkan silsilah Yesus. Yesus yang 100% manusia dan 100% Allah. Allah yang menginkarnasi menjadi manusia.

Banyak orang mengira bahwa kalau silsilah atau nenek moyangnya orangnya nggak benar atau orang jahat pasti anak cucu, cicit buyutnya orangnya nggak benar. Istilah jawa: bibit, bebet dan bobot.

Ternyata silsilah nenek moyang Yesus tidak semua orang benar,
Contohnya: Yakub yang menipu ayahnya,Ishak guna mendapatkan berkat ayahnya.

Daud yang mengambil istri orang, Batsyeba dan membunuh suami Batsyeba.
Salomo yang mempunyai banyak istri.

However, God writes straight with crooked lines. Children conceived out of wedlock are written into God’s plans in marvelous ways, even children conceived by rape. Every life is precious to God. No one is a mistake, not even deformed or short-lived children. God makes all things work together for the good of those who love Him and respond to His calling to serve His purposes (Rome 8:28)

We are being called. Do we say ‘yes’ to His calling? Like our Mother Mary say ‘yes’ to God calling.

God loves us,

Suhardi, Haryati dan Samuel

sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Rosary, Sydney, Australia

Renungan Harian, Rabu 9 September 2015

$
0
0
Rabu, 9 September 2015
Kol 3:1-11, Mzm 145:2-3, 10-13, Luk 6:20-26
Bacaan Injil:
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Demikianlah Injil Tuhan kita Yesus Kristus.

MISKIN VS KAYA

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. – Luk 6:20

Di dalam Sabda Bahagia-Nya, Yesus pertama-tama menyapa orang-orang miskin dengan mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah empunya Kerajaan Allah. Sementara dalam kontrasnya, Yesus mengatakan tentang orang kaya: “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.” (Luk 6:24) Kesusahan orang miskin ditandingkan dengan kenyamanan orang kaya. Orang kaya dianggap telah menerima upahnya yaitu kenyamanan hidup duniawi.

Bukankah sering kita berdalih bahwa orang-orang yang berkelebihan itu memang layak juga menerima kenyamanan karena mereka memang telah bekerja keras untuk itu? Perhitungkan betapa mereka bekerja juga dari pagi sampai malam, kadang sampai subuh, stress yang mereka hadapi, dan sebagainya? Tapi apakah kita juga menyandingkan dengan memperbandingkannya dengan mereka yang tetap miskin dan kesulitan memberi makanan, pakaian, tempat bernaung bagi keluarga mereka padahal mereka juga telah bekerja keras?

Di zaman yang materialistik dimana manusia mengejar kekayaan, kadang orang yang sudah punya lebih dari satu rumah, mobil, sejumlah besar uang di bank, masih tetap merasa berkekurangan, karena melihat ada orang-orang di sekitarnya memiliki rumah lebih besar atau lebih banyak, mobil lebih mewah, uang lebih banyak. Lambat-laun kita semakin terpuruk dalam kesibukan duniawi, sementara semakin sedikit perbandingan waktu dan kekayaan yang berani kita lepas untuk Allah dan sesama.

Tuhan mencintai setiap orang, miskin dan kaya. Oleh karena itu dalam kisah pertemuan antara Yesus dengan seorang kaya yang bertanya apa yang mesti ia lakukan supaya beroleh hidup yang kekal, sementara ia sungguh telah melakukan segala perintah Allah, Yesus dengan penuh kasih memandangnya dan berkata bahwa ia mesti menjual segala hartanya dan mengikuti Yesus untuk dapat memperoleh hidup yang kekal. Orang kaya tersebut menjadi sedih dan berjalan pergi. (Lih. Mrk 10:17-23).

Kelekatan terhadap hal-hal duniawi lah yang menjauhkan kita dari Tuhan; dan tidak terbatas pada kelekatan akan uang. Kelekatan akan harta, kesenangan, kenyamanan, kekuasaan, popularitas, keinginan untuk dihargai dsb menjadi sandungan bagi kita untuk mengikuti Kristus dengan sungguh-sungguh. Semua itu membawa kita kepada kerakusan, iri-hati, marah, geram, percabulan, segala bentuk hedonisme dan segala bentuk kejahatan. Semua itu adalah bentuk dari berhala. (Bdk. Kolose 3:5-9)

Bagi kita yang menghendaki hidup kekal, ikutlah Kristus: “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” (Kol 3:2-3)

Marilah kita menanggalkan manusia lama dan segala kelakuannya dan jangan jatuh lagi ke dalamnya, dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui agar kita semakin menyerupai Kristus. Dengan demikianlah kita akan menerima hidup yang kekal dan disebut berbahagia.

Doa: Ya Yesus, aku mau sungguh-sungguh mengikuti-Mu dan melepaskan diri dari kelekatan-kelekatan yang menjauhkan aku dari Engkau.

Salam kasih Kristus,
Huseng, Sandy & Justin of Sel Kel Kudus Nazareth, Singapore.

Renungan Harian Kamis, 10 September 2015

$
0
0

Renungan harian Kamis, 10 Sep 2015 – Resep Kehidupan

Bacaan Pertama: Kol3:12-17;
Mazmur: Mzm150:1-6;
Bacaan Injil: Luk6:27-38;

Shallom teman-teman,

Apakah teman-teman ingin tahu bagaimana cara menghadapi konflik dengan baik? Bagaimana bisa tetap berada dalam damai walaupun kita harus menghadapi orang-orang atau situasi yang mencobai kesabaran kita?
Bacaan Injil dan bacaan pertama hari ini memberikan resep tentang bagaimana kita harus bersikap jika kita mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan.

Seperti ketika kita mau belajar masak, setelah kita tahu resep nya, kita harus mulai mencoba mempraktekannya sendiri sebelum kita bisa mengatakan bahwa kita bisa memasak makanan ini.

Begitu juga kalau kita mau supaya damai Tuhan senantiasa berada dalam hati kita dalam keadaan apapun, kita harus berlatih dan mempraktekan resep yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pada awalnya mungkin akan terasa sulit karena kita tidak biasa dan masih harus mengalahkan ego kita, tapi dengan bantuan Tuhan kita akan dimampukan untuk mengalahkan semua tantangan yang kita alami.

Kol 3:14 mengatakan, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

Karena kasih kita mampu memaafkan kesalahan orang.
Karena kasih kita sanggup melihat melampaui kekecewaan yang kita alami.
Karena kasih kita punya harapan akan sesuatu yang lebih baik.

Semoga kasih Tuhan senantiasa tinggal dalam hati kita dan memampukan kita untuk mempraktekan perintah Tuhan dalam hidup kita hari ini dan selanjutnya. Amin.

Santo Theodardus, Martir

Hari kelahiran Theodardus tidak diketahui dengan pasti. Yang diketahui tentang dirinya ialah bahwa ia menggantikan Santo Remaclus sebagai Abbas di biara Benedictin Malmedy – Stavelot, Prancis pada tahun 653. Pada tahun 662 ia ditabhiskan menjadi Uskup Tongres – Masetricht, Prancis. Ketika kelompok bangsawan Prancis berusaha menyita kekayaan Gereja diosesnya, ia mengajukan protes kepada Childeric II dari Austria yang berkuasa di Merovingian, sebagai wilayah kerjaan Prancis. Pada tahun 670, dalam perjalanannya ke pengadilan kerajaan, uskup yang saleh ini dibunuh dengan kejam disebuah tempat dekat Speyer, Jerman oleh kaki tangan raja. Ia dihormati sebagai martir karena usaha – usahanya untuk memperjuangkan dan membela hak – hak Gereja.

Gbu,

Ferdi, Ira & Fam
Cell St Zakaria & Elizabeth, Singapore


Renungan Harian, Jumat 11 September

$
0
0

Iman, Pengharapan dan Kasih Dalam Kristus

Friday 11th September 2015

First reading 1Tim. 1:1-2,12-14

Psalm response Mzm. 16:1,2a,5,7-8,11
Gospel reading Luk. 6:39-42
Saints of the day – Sts. Proteus and Hyacinth, Beato John Gabriel Perboyre
====================
And Jesus told them this parable:
“One blind man cannot lead another one; if he does, both will fall into a ditch.
No pupil is greater than his teacher, but every pupil, when he has completed his training, will be like his teacher.
Why do you look at the speck in your brother’s eye, but pay no attention to the log in your own eye? 
How can you say to your brother, ‘Please brother, let me take that speck out of your eye,’
yet cannot even see the log in your own eye?
You hypocrite! First take the log out of your own eye, and then you will be able to see clearly to take the speck out of your brother’s eye.”
====================
Dari sejak Yesus masih kecil, kata-kata yang diucapkanNya sudah penuh kebijaksanaan dan wibawa, para imam yang mendengarkan Dia sampai terkejut dan terkesan.
Ajaran Yesus seringkali menggelegarkan kepercayaan lama, sehingga benar-benar membuka pikiran dan hati yang mendengarkanNya.
In the gospel reading today, Jesus clearly reminds us not to see other people’s weaknesses and judge them according to what we see.
Di sini Yesus menyentuh topik hierarchy, “level” pengetahuan guru dan muridnya. Dia mengajarkan kita untuk berjaga-jaga dan tidak jatuh dalam kesombongan dan hypocrisy.
Kita umat katolik yang “rajin” beribadah, “rajin” berdoa, mengikuti pelayanan dan acara gereja lainnya… pernahkah kita memandang orang lain dan hanya melihat keburukannya, merasa kita bisa “membenarkan” dia karena kita merasa sudah bisa mengajar orang lain?
“Whoever wants to be first must place himself last of all and be servant of all” Matt.9:35
Other people may not have the same way of doing things, be it how we speak, what we practice and what we do, but who are we to judge others based on what we see?
Does our teacher, the Lord instruct us to “fix” our brother and sister? to change how they are, so that they “fit” into what WE think is right?
No, He did not….Instead, He taught us to “love one another, as I have loved you, so you must love one another.” John 13:34
As mere humans, it is normal to have the habit of blaming others, or even blaming ourselves too much. Marilah kita fokus pikiran dan hati, supaya kita terbuka terhadap bimbingan roh kudus, bukan roh kita, supaya kita dapat melihat Tuhan dalam diri sendiri, dan dalam orang lain.
Kita meminta bimbingannya, agar kita boleh mengetahui apa yang sebaiknya kita katakan dan lakukan, jika berada dalam situasi yang tidak meyakinkan, PASTI Allah mendengarkan doa umatNya!
In remembrance of the 9-11 tragedy, let us pray for the souls of the victims,
as well as their families, we pray for the ongoing tragedies and tensions caused by terrorism…
that the Lord our God bring His mercy, love and peace that we need so much in this world…so that we are not living in fear and constant defense,
but instead grow in strength, faith, hope and love
let us be extensions of His grace and salvation..in God’s name we pray, amen.
God bless,
Jessica
====================
Santo Protus dan Hyasintus, Martir
 
Selama beberapa kurun waktu kedua bersaudara ini bekerja di sebuah pertapaan di Mesir. Mereka kemudian pindah ke Roma. Disana mereka bekerja sebagai pelayan pada seorang wanita bangsawan bernama Eugenia, yang kemudian dihormati sebagai Santa.
 
Pada waktu itu kekaisaran Roma diperintah oleh Kaisar Gallienus. Seperti kaisar – kaisar sebelumnya, Gallienus tidak suka pada orang – orang Kristen. Ia menyuruh serdadu – serdadu menangkap dan memenggal kepala Protus dan Hyasintus. Peristiwa berdarah atas kedua bersaudara ini terjadi pada tahun 257.
 
Kuburan Hyasintus ditemukan kembali di sebuah katakombe di Roma pada tahun 1845. Ada petunjuk kuat pada sisa – sisa tulangnya bahwa ia mati terbakar, sedangkan kuburan Protus ditemukan dalam keadaan kosong.
 
 
 
Beato Yohanes Gabriel Perboyre, Martir
 
Ketika masih kanak – kanak, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras. Ia biasa membantu ayahnya menggembalakan ternak – ternak mereka di padang. Pada umur 8 tahun, ia masuk sekolah atas ijin ayahnya. Kemudian ia mengikuti pendidikan imam di seminari menengah. Yohanes, seorang calon imam yang sederhana, tetapi saleh, pandai dan senantiasa riang. Terdorong oleh keinginannya untuk menjadi rasul Kristus di tempat lain, ia masuk Kongregasi Misi Santo Vincentius, yang lazim disebut orang Tarekat Lazaris. Ia kemudian ditabhiskan menjadi imam di Paris.
 
Imam muda ini disenangi dan dikagumi banyak orang terutama rekan – rekannya sebiara. Kepandaian dan kebijaksanaannya dalam berkarya membuat dia diserahi berbagai jabatan penting di tanah airnya, kendatipun usianya masih tergolong muda. Kemudian atas permintaannya sendiri, ia diutus sebagai misionaris di negeri Tiongkok pada tahun 1830. Pada masa itu, Tiongkok masih tertutup sekali pada dunia luar. Dengan demikian, kepergiannyake sana membawa bahaya tersendiri. Ia harus melayani umat yang ada disana dalam situasi selalu terancam bahaya dan bermacam – macam kesulitan. Tetapi Yohanes tidak takut akan semua bahaya itu. Ia yakin bahwa Tuhan akan senantiasa menolong dia dalam karyanya. Ia tanpa takut melayani umat Kristen yang ada di negeri itu dengan memberi mereka pengajaran agama dan pelayanan sakramen – sakramen secara sembunyi – sembunyi. Rasa haus, udara yang dingin dan keletihan tidak dihiraukannya demi pelayanan umat.
 
Karyanya yang penuh bahaya itu didasari oleh kekuatan batin melalui doa – doa dan matiraganya. Akhirnya imam muda ini mengalami nasib yang sama seperti Kristus Tuhan yang dilayaninya. Seperti Kristus, Yohanes dijual oleh seorang pengkhianat dengan 30 keping perak. Setelah menderita sengsara setahun lamanya, ia mati di atas tiang gantungan yang dibuat berbentuk salib, pada hari Jumat pertama di bulan September 1840, tepat pukul 3 siang.Kesucian hidupnya di balas Tuhan dengan berbagai mukzijat dan karunia yang luar biasa kepada setiap orang yang berdoa dengan meminta perantaraannya. Pada tahun 1889, ia dinyatakan sebagai seorang Beato oleh Sri Paus Leo XIII.
====================

Renungan Harian, Senin 14 September 2015

$
0
0
Pesta Salib Suci
Monday 14 September 2015
First Reading: Numbers 21:4b-9
Psalm Response: Ps 78:1bc-2, 34-38 (with 7b)
Second Reading; Phil 2:6-11
Gospel Reading; John 3:13-17
Feast of the Exaltation of the Holy Cross

Jesus said to Nicodemus:
“No one has gone up to heaven
except the one who has come down from heaven, the Son of Man.
And just as Moses lifted up the serpent in the desert,
so must the Son of Man be lifted up,
so that everyone who believes in Him may have eternal life.”

For God so loved the world that He gave His only Son,
so that everyone who believes in Him might not perish
but might have eternal life.
For God did not send His Son into the world to condemn the world,
but that the world might be saved through Him.

Shalom semuanya,

Hari ini kita merayakan pesta Salib Suci. Darimana asal pesta Salib Suci?

Konon ketika raja Persia menaklukkan Tanah Suci dan menduduki Yerusalem, ia merampas Salib Yesus dan membawanya ke Persia. Tetapi tidak lama kemudian ketika Kaisar Romawi Heraklius mengalahkan Persia, Salib Tuhan itu dikembalikan atas tuntutannya. Heraklius sendiri memikul Salib Tuhan itu hingga ke puncak Golgotha. Pada abad keempat, Salib itu ditemukan oleh Santa Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Sebuah gereja dibangun di sana sebagai penghormatan terhadap Salib Tuhan itu.
Hari ini Gereja merayakan pesta Salib Suci. Pemuliaan Salib Tuhan ini dikaitkan dengan penemuannya oleh Santa Helena. Lebih dari itu pesta ini lebih merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan.(source: http://www.ekaristi.org/doa/sejarah2.php?subaction=showfull&id=1260278238&archive=1260281414&start_from=&ucat=8&)

Didalam Injil hari ini, kita diajak untuk merenungkan betapa besar cinta Tuhan Yesus kepada kita. “Kristus Yesus walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Yesus merendahkan diriNya dan taat sampai mati bahkan sampai mati dikayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Yesus dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama supaya dalam Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,’ baik kemuliaan Allah Bapa! “(Filipi 2: 6-11)

Yesus mengajar kita, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”(Mark 8:34)

Setiap kali kita memandang salib, kita mengingat betapa besar cinta dan pengorbanan Tuhan kepada kita. Ia rela meninggal dengan wafat di kayu salib buat menebus dosa-dosa kita.

Apa arti salib buatku? Apakah aku mengikuti Yesus dengan memikul salibku setiap hari dan menyangkal diriku sendiri?

Song: How Deep The Father’s Love For Us
https://www.youtube.com/watch?v=ngIR-EtbvQo

God loves us,

Suhardi, Haryati dan Samuel

sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Spirit, Sydney, Australia

Renungan Harian, Selasa 15 September 2015:

$
0
0

Our tears are precious to God

Tuesday 15 September 2015
First Reading: 1 Timothy 3:1-13
Psalm Reponse: Ps 101:1b-3ab, 5, 6
Gospel Reading; John 19:25-27 or Luke 2:33-35
Feast of Our Lady of Sorrows

Standing by the cross of Jesus were His mother
and His mother’s sister, Mary the wife of Clopas, and Mary Magdalene.
When Jesus saw His mother and the disciple there whom He loved
He said to His mother, “Woman, behold, your son.”
Then He said to the disciple, “Behold, your mother.”
And from that hour the disciple took her into his home.

Shalom semuanya,

Tears that are cried during prayer are very valuable, like droplets of diamonds. There’s nothing wrong with getting emotional and pouring our sorrows upon God.
God appreciates our tearful prayers, because they mean we’re being honest with Him and with ourselves. Such prayers come from a passion deep within. Not only are we offerings of grief, like precious diamonds for God, but we are also an act of surrender. God never leave us alone. He always give us a big hug and comfort us (source; https://gnm.org).

Didalam bacaan Injil hari, Tuhan Yesus walaupun menderita diatas kayu salib memberikan penghiburan kepada Ibu Maria dan murid kesayanganNYA yaitu Yohanes. Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes.

Hari ini kita memperingati pesta St Perawan Maria Berdukacita
Banyak sekali penderitaan yang dialami oleh Maria sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus. Maria selalu menyertai Yesus baik suka maupun duka – sejak Ia dalam kandungannya hingga akhir hayat. Gereja menamai Maria sebagai “Mater Dolorosa” “Bunda Kedukaan” “Ratu Para Martir”
Sampai saat ini, Bunda Maria berduka cita melihat dosa-dosa kita yang melukai hati kudus Yesus,berduka cita melihat peperangan disana sini, berduka cita melihat kita menyangkal Yesus, berduka cita dan turut menangis bersama kita ditengah penderitaan kita. Bunda Maria mengajar kita untuk belajar berpasrah kepada Tuhan dan melihat kemuliaan dan kebaikan Tuhan ditengah penderitaan kita.
God loves us,
Suhardi, Haryati dan Samuel
sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Rosary, Sydney, Australia

Renungan Harian, Rabu 16 September 2015

$
0
0

Rabu, 16 September 2015
1 Tim 3:14-16, Mzm 111:1-6, Luk 7:31-35

Bacaan Injil: Lukas 7:31-35
Luk 7:31 Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?

Luk 7:32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.

Luk 7:33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.

Luk 7:34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.

Luk 7:35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

TUKANG KRITIK

Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? (Luk 7:31)

Dalam Injil hari ini, Yesus membandingkan para ahli Taurat dan orang Farisi dengan anak-anak yang keras kepala yang mau memaksakan kehendak mereka: agar orang berdansa saat mereka menyanyikan lagu gembira dan menangis saat mereka menyanyikan lagu sedih. Mereka mengeluh, mengkritik dan bahkan marah ketika orang tidak bereaksi atau berbuat seperti yang mereka inginkan. Mereka meledek Yohanes dan para pengikutnya sebagai kerasukan setan karena ketatnya puasa yang mereka jalankan, namun di lain pihak mengkritik Yesus dan para pengikut-Nya pelahap dan peminum karena melihat mereka tidak berpuasa. Kekeraskepalaan dan kesombongan membuat mereka jadi tukang kritik yang malahan jadinya gagal melihat Jalan Kebenaran.

Marilah kita masing-masing merenungkan, apakah kita juga sering terjebak dalam standar-standar dan pola pikir serta tuntutan tertentu dan memaksakannya terhadap sesama kita, yang justru menghalangi kita untuk hidup dalam Roh dan untuk terbuka pada gerakan Roh Allah yang memimpin pada kebenaran?

“If you judge people you have no time to love them.” – Mother Teresa.

Doa: Ya Bapa, ajarlah kami untuk mengasihi dan bukannya sibuk mengkritik dan menghakimi.

Salam kasih Kristus,
Huseng, Sandy & Justin of Sel Kel Kudus Nazareth, Singapore

Renungan Harian Kamis, 17 Sep 2015

$
0
0

Mengembangkan Talenta

Bacaan Pertama:   1Tim4:12-16;
Mazmur:                Mzm111:7-10;
Bacaan Injil:           Luk7:36-50;

Shallom teman-teman,

Bacaan pertama hari ini mengatakan:

1Tim 4:12       Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

1Tim 4:14       Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.

Tuhan sudah memberikan talenta bagi kita masing-masing.
Tapi kita juga diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan bagaimana kita mau menjalani hidup kita.

Kita perlu waktu untuk menyadari dan mengembangkan talenta-talenta yang Tuhan sudah karuniakan bagi kita.
Karena itu, saat yang paling tepat untuk mulai berjalan dan memenuhi rencana Tuhan dalam hidup kita adalah saat ini, hari ini.
Ia sudah memberikan alatnya, kita hanya perlu menggunakannya saja.

Janganlah kita membuang waktu dengan percuma.
Kembangkanlah apa yang Tuhan sudah berikan pada kita dengan sepenuh hati.
Berapa pun usia kita saat ini, alkitab mengatakan jangan lalai! Biarlah hidup kita menjadi teladan bagi siapa pun yang kita temui supaya nama Tuhan semakin dimuliakan dan rencanaNya bagi kita digenapi. Amin.

Santo   Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga Gereja

Robertus Bellarminus lahir di Montepulciano, dekat Siena, Italia pada tanggal 4 Oktober 1542. Oleh ibunya, adik Sri Paus Marsellus II, Robertus memperoleh pendidikan dasar yang sangat baik. Di kolese Yesuit setempat, Robertus terkenal cerdas dan ramah. Semua guru dan kawannya senang padanya. Ia senang berorganisasi dan menghimpun kawan-kawannya untuk mendiskusikan berbagai persoalan penting. Sastera Latin sangat digemarinya sehingga kadang-kadang ia semalaman sibuk mengarang dan membaca.

Ayahnya menginginkan dia menjadi dokter agar kelak dapat merawat para raja dan pangeran. Semua angan-angan ayahnya seolah sirna seketika pada waktu dia menyatakan keinginannya untuk menjalani hidup membiara dalam Serikat Yesus. Dengan tegas ayahnya menolak cita-citanya itu. Sebaliknya ibunya sangat mendukung bahkan menghendaki agar kelima anaknya menjadi imam dalam Serikat Yesus. Dengan berbagai cara ayahnya menghalangi dia. Robertus tetap tenang menghadapi ayahnya. “Aku rasa, tugas seorang imam pun tidak jauh berbeda dengan tugas seorang dokter. Bukankah banyak orang membutuhkan pertolongan seorang imam? Lihat! Betapa banyak orang yang terlantar jiwanya karena kekurangan imam,” demikian kata-kata Robert kepada ayahnya. “Baiklah Robert, kalau itulah yang kaukehendaki. Ayah tidak bisa menghalang-halangi kehendak Tuhan atas dirimu,” jawab ayahnya.

Pada tanggal 19 September 1560, Robertus meninggalkan Montepulciano menuju Roma. Ketika itu ia berumur 18 tahun. Setibanya di Roma, ia menghadapi Pater Laynez, Jenderal Serikat Yesus masa itu. Pater Laynez menerima dia dengan senang hati dalam pangkuan Serikat Yesus. Ia diizinkan menjalani masa novisiat bersama rekan-rekannya yang lain. Masa novisiat ini dipersingkat karena kepintaran dan kepribadiannya yang mengesankan. Ia lalu disuruh belajar Filsafat di Collegium Romanum di Roma selama tiga tahun, dan belajar Teologi di Universitas Padua selama dua tahun.

Karya imamatnya dimulai dengan mengajar Teologi di Universitas Louvain, Belgia. Di sini ia meningkatkan pengajaran bahasa Hibrani dan mempersiapkan perbaikan terjemahan Alkitab Vulgata. Dari Universitas ini pula, ia melancarkan perlawanan gencar terhadap ajaran Protestan dengan menerbitkan bukunya berjudul “Disputationes.” Dari Louvain, Pater Robertus dipindahkan ke Collegium Romanum, alma maternya dahulu. Di sana ia diangkat menjadi pembimbing rohani, rektor sekaligus Provinsial Yesuit. Di kalangan istana kePausan, Robertus dikenal sebagai penolong dalam memecahkan berbagai persoalan iman dan soal-soal lain yang menyangkut keselamatan umum. Ia juga biasa dimintai nasehatnya oleh Sri Paus dan dipercayakan menangani perkara-perkara Gereja yang penting.

Menyaksikan semua prestasinya, Sri Paus Klemens VIII (1592-1605) mengangkatnya menjadi Kardinal pada tahun 1599 dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi Uskup Capua. Tugas baru ini dilaksanakannya dengan mengadakan kunjungan ke semua paroki yang ada di dalam keuskupannya. Tugas sebagai mahaguru ditinggalkannya. Masa kerja di Capua tidak terlalu lama, karena dipanggil oleh Paus Paulus V (1605-1621) ke Roma untuk menangani beberapa tugas yang penting bagi Gereja. Di sana ia mulai kembali menekuni kegemarannya menulis buku-buku, rohani. Tahun-tahun terakhir hidupnya diisinya dengan menulis tafsiran Kitab Mazmur dan ‘Ketujuh Sabda Terakhir Yesus sebelum wafat di kayu salib. Dua buku katekismus yang dikarangnya sangat laris dan beredar luas di kalangan umat sebagai bahan pengajaran bagi para katekumen. Buku terakhir yang ditulisnya ialah ‘Ars Moriendi’ yang melukiskan persiapannya menghadapi kematiannya yang sudah dekat. Buku ini ditulis pada saat-saat terakhir hidupnya di novisiat St. Andreas di Roma.

Setelah membaktikan seluruh dirinya demi kepentingan Gereja, Robertus Bellarminus menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 17 September 1621 di novisiat St. Andreas, Roma. Beliau dikenal luas sebagai seorang ahli teologi yang sangat gigih membela Gereja dan jabatan kePausan dalam kemelut zaman Reformasi Protestan. Ia hidup sederhana dan suci serta mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ia dinyatakan sebagai ‘Beato’ oleh Paus Pius XI (1922-1939) pada tanggal13 Mei 1923, dan sebagai ‘Santo’ pada tanggal 29 Juni 1930, lalu sebagai ‘Pujangga Gereja’ pada tanggal 17 September 1931.

Santa Hildegardis, Martir
Hildegardis lahir di Bockelheim, Jerman pada tahun 1098. Ia seorang biarawati Ordo Benediktin yang saleh, di bawah bimbingan Santa Yutta. Santa Yutta sendiri dikenal sebagai seorang rubiah dan penghimpun para wanita yang ingin bersemadi, hidup tenang dan banyak berdoa. Setelah Yutta meninggal dunia, Hildegradis menggantikannya sebagai pemimpin biara Benediktin di Diessenberg, dekat tempat kelahirannya. Pada tahun 1148 ia memindahkan biara itu ke Rupertsberg, dekat Bingen, Jerman. Sekalipun usianya mencapai 80 tahun, namun kesehatannya sangat rapuh: sering sakit dan sangat emosional.

Semenjak usia mudanya ia dianugerahi pengalaman rohani yang luar biasa: dapat meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, mengalami berbagai penglihatan, dan banyak membuat mujizat. Biarawati Benediktin ini senantiasa mengajak orang lain agar mau merubah cara hidupnya, menerima penderitaan dan bersemangat tobat. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani padanya: para bangsawan, uskup-uskup, rahib-rahib dan suster-suster. Meskipun demikian banyak pula orang yang bersikap sinis padanya. Mereka ini menganggap Hildegardis sebagai wanita yang tidak waras. Memang, Hildegardis adalah biarawati yang sungguh luar biasa pada Abad Pertengahan. Buah penanya sangat banyak. Biasanya ia mendiktekan pikiran-pikirannya kepada seorang biarawati pembantunya, yang kemudian mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Latin. Salah satu bukunya ialah ‘Scivias’ (= Semoga Anda Tahu) yang berisi tentang berbagai pengalaman mistiknya. Buku yang lain berisi penjelasan tentang Injil, kehidupan rohani dan peraturan Santo Benediktus. Ia menulis juga mengenai ilmu pengetahuan alam, tentang tubuh manusia, penyakit serta obat-obatnya. Kisah Orang-orang Kudus tidak luput dari perhatiannya, sehingga ia bukukan juga. Ia menggubah syair, berbagai hymne dan musik.

Hildegardis selalu sibuk. Namun ia masih juga menyempatkan diri melakukan perjalanan keliling Jerman untuk memperingatkan para bangsawan, imam dan uskup tentang cara hidup mereka yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen dan semangat Injil. Keprihatinannya terhadap keadaan Gereja yang bobrok mendorong dia rajin berkotbah di alun-alun. Orang-orang yang mendengar kotbahnya terpukau, insyaf lalu bertobat. Ia tak jemu jemunya menyurati para pemimpin seperti Paus, kaisar, raja dan tokoh-tokoh masyarakat yang besar pengaruhnya, seperti misalnya Santo Bernardus Clairvaux. Hildegardis akhirnya meninggal dunia di Rupertsberg, Jerman pada tanggal 17 September 1179.

Gbu,

Ferdi, Ira & Fam
Cell St Zakaria & Elizabeth, Singapore

Viewing all 661 articles
Browse latest View live