Quantcast
Channel: Komunitas Tritunggal Mahakudus
Viewing all 661 articles
Browse latest View live

Renungan Harian – Rabu 28 Maret 2018 (Indonesia Version)

$
0
0

Rabu, 28 Maret 2018

Bukan Aku, Ya Tuhan?

Yes. 50:4-9aMzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34Mat. 26:14-25.

 

Lectio:

Gospel Reading Matthew 26:14-25

 

One of the Twelve, who was called Judas Iscariot,
went to the chief priests and said,
“What are you willing to give me
if I hand him over to you?”
They paid him thirty pieces of silver,
and from that time on he looked for an opportunity to hand him over.

On the first day of the Feast of Unleavened Bread,
the disciples approached Jesus and said,
“Where do you want us to prepare
for you to eat the Passover?”
He said,
“Go into the city to a certain man and tell him,
‘The teacher says, AMy appointed time draws near;
in your house I shall celebrate the Passover with my disciples.”‘”
The disciples then did as Jesus had ordered,
and prepared the Passover.

When it was evening,
he reclined at table with the Twelve.
And while they were eating, he said,
“Amen, I say to you, one of you will betray me.”
Deeply distressed at this,
they began to say to him one after another,
“Surely it is not I, Lord?”
He said in reply,
“He who has dipped his hand into the dish with me
is the one who will betray me.
The Son of Man indeed goes, as it is written of him,
but woe to that man by whom the Son of Man is betrayed.
It would be better for that man if he had never been born.”
Then Judas, his betrayer, said in reply,
“Surely it is not I, Rabbi?”
He answered, “You have said so.”

 

The Gospel of the Lord

 

Meditatio:

 

Bayangkanlah skenario di sebuah kelas. Guru mengumumkan kepada murid-muridnya bahwa ia kecewa karena ada beberapa orang yang mendapatkan nilai tidak sesuai dengan standard yang semestinya mereka capai, namun hasil test baru akan dibagikan minggu yang akan datang. Mungkin para murid mulai bertanya-tanya dalam hati, “Jangan-jangan itu saya.” Yang telah belajar tekun mungkin berpikir bahwa ia telah membuat kecerobohan dalam test, sehingga hasilnya tidak sesuai harapan. Yang memang kurang persiapan mungkin merasa yakin bahwa ia lah yang dimaksudkan.

 

Dalam Injil hari ini, baru saja para rasul mengalami secara nyata “kehebatan” Sang Guru. Yesus mengatakan bahwa mereka akan makan Paskah bersama. Dimana? Di tempat dimana seorang pria tak dikenal akan mengerti pada kata-kata mereka ketika mereka mengatakan bahwa Guru berkata begini, dan pria itu akan menunjukkan kepada mereka tempat yang dimaksud. Ajaib, hal itu sungguh terjadi demikian! Barangkali di dalam hati mereka, sekali lagi seperti terjadi sudah-sudah, mereka dikejutkan, ”Guru dapat mengetahui yang akan terjadi di masa depan.”

 

Baru saja menyaksikan kejadian menakjubkan itu, sekarang mereka duduk makan bersama dengan Sang Guru, dan Guru sekonyong-konyong berkata, “Salah satu dari kalian akan menyerahkan Aku (berkhianat).”

 

Deg! Jantung para murid bagaikan terhenti sesaat. “Guru sedang mengatakan lagi apa yang akan terjadi.” Mereka tahu Guru selalu jitu. Kecemasan tiba-tiba melanda hati para murid. “Would it be me?”

 

Sebelas rasul tidak merencanakan akan mengkhianati Sang Guru. Namun toh hati mereka tertusuk juga. “Akukah yang Guru maksud akan menyerahkan Dia?” Barangkali di dalam hati mereka, mereka menyadari ketidaksempurnaan mereka. Masing-masing tahu sedikit banyak tentang kelemahan diri sendiri. ‘Saya rasa dan saya harap itu bukan saya’, ‘mudah-mudahan bukan saya’. Maka masing-masing mereka menatap Yesus dan berkata, “Bukan saya kan, Guru?”

 

Memang bukan kesebelas rasul itu yang menyerahkan Yesus. Namun kita tahu ceritanya, bahwa kesebelas murid tunggang-langgang meninggalkan Dia saat Ia ditangkap.

 

Bayangkanlah kalau kita adalah salah satu diantara kesebelas rasul itu. Betapa kita berharap bukan kita yang menyerahkan Dia. Dan betapa kita berharap kita tidak lari tunggang-langgang. Namun yakinkah kita bahwa kita tidak akan menyerahkan ataupun meninggalkan Dia? Saat prajurit-prajurit yang bernama masalah dalam rumah tangga, masalah dalam tempat kerja, masalah dalam relationship, dan lain sebagainya, menyergap dan mau menangkap Yesus dan kita? Mungkin di hati kita pun terbersit kecemasan, karena kita tahu kita ini lemah, sehingga kita hanya bisa menatap Yesus dengan harap dan cemas, “Bukan aku ya, Guru?”

 

Hari Minggu yang lalu, tepat sebelum mengikuti Misa, ada kejadian yang menjengkelkan di rumah. Hari itu saya menghadiri misa dengan hati masih agak jengkel, sehingga sulit pada awalnya untuk dapat berkonsentrasi dalam misa, terutama karena terbersit rasa bersalah karena saya datang dengan kejengkelan. Namun sekonyong-konyong kasih Tuhan meliputi hati saya. Kemudian hadirat dan kasih-Nya itu saya rasakan hampir di sepanjang misa. Waktu itu saya menyadari, betapa lemahnya saya, orang yang berdosa ini. Saya menyadari bahwa sungguh betapa miskinnya cinta saya kepada-Nya, begitu tidak sanggup saya mencintai Dia dengan kekuatan sendiri. Bahwa di dalam keadaan saya yang penuh kelemahan, Ia justru datang menyapa saya dan memenuhi hati saya dengan kasih-Nya, membuat saya sadar bahwa sesungguhnya Dialah yang (terlebih dahulu) mengasihi saya, bukan saya yang mengasihi Dia.

 

Allah sungguh mengasihi kita semua, meski Ia tahu kita lemah. Meski Yesus tahu bahwa Yudas lah yang menyerahkan Dia, Yesus tidak menghukum Yudas atau bahkan mengusirnya. Yesus mengatakan di depan para murid bahwa ada diantara mereka yang akan menyerahkan Dia,sebuah kode kepada Yudas bahwa Ia tahu. Saat itu Yudas punya pilihan untuk tetap menjalankan hal itu atau tidak. Dan setelah Yesus ditangkap, Yudas punya pilihan untuk datang dan bertobat. Sayangnya Yudas tidak cukup kuat untuk percaya bahwa Allah sungguh mengasihi Dia. Barangkali itulah yang membedakan sikap akhir Yudas dibandingkan dengan Petrus dan murid-murid yang lain.

 

Mudah-mudahan, kita semua mendapatkan kekuatan untuk percaya bahwa Allah sungguh mengasihi kita, meskipun kita penuh kelemahan. Pun bila kita tidak cukup mengalami kasih dari orang-orang di sekitar kita, kasih Allah kepada kita tak pernah berkurang. Bukankah ia sama membiarkan matahari bersinar kepada orang yang percaya kepada-Nya dan yang (belum) percaya? Andaikan kita mampu menghitung dan mengumpulkan segala kebaikan Tuhan yang boleh terjadi dalam hidup kita sehari-hari, mulai dari hembusan nafas pertama di kala kita bangun tidur, kita akan sungguh menyadari bahwa Dia mengasihi kita.

 

Sebagai murid-murid-Nya, semoga kita dapat selalu (mau ambil waktu) duduk dekat dengan Dia, sehingga cukup dekatlah bagi jiwa kita untuk mampu berdialog dengan Guru, sehingga di saat kita lemah sekalipun, kita paling tidak dapat tetap menatap Dia dengan penuh harap bahwa Dia lah yang akan menyirami hati kita dengan kasih-Nya dan memampukan kita untuk setia kepada-Nya. Ya, memang … “bukan aku Guru, yang mampu untuk mengasihi-Mu, namun aku berharap oleh kasih dan rahmat-Mu, aku dimampukan.”

God bless,

Huseng, Sandy & Justin of Sel Kel Kudus Nazareth, Singapore

PS: Selamat memasuki Tri Hari Suci.


Renungan Harian – Kamis 29 Maret 2018 (English Version)

$
0
0

Called to serve

First reading: Exodus 12:1-8, 11-14
Psalm: Psalms 116:12-13, 15-18
Second reading: 1 Corinthians 11:23-26
Gospel reading: John 13:1-15

John 13:1-15,

1Now before the feast of the Passover, when Jesus knew that his hour had come to depart out of this world to the Father, having loved his own who were in the world, he loved them to the end. 2And during supper, when the devil had already put it into the heart of Judas Iscariot, Simon’s son, to betray him, 3Jesus, knowing that the Father had given all things into his hands, and that he had come from God and was going to God, 4rose from supper, laid aside his garments, and girded himself with a towel. 5Then he poured water into a basin, and began to wash the disciples’ feet, and to wipe them with the towel with which he was girded. 6He came to Simon Peter; and Peter said to him, “Lord, do you wash my feet?” 7Jesus answered him, “What I am doing you do not know now, but afterward you will understand.” 8Peter said to him, “You shall never wash my feet.” Jesus answered him, “If I do not wash you, you have no part in me.”9Simon Peter said to him, “Lord, not my feet only but also my hands and my head!” 10Jesus said to him, “He who has bathed does not need to wash, except for his feet, but he is clean all over; and you are clean, but not every one of you.” 11For he knew who was to betray him; that was why he said, “You are not all clean.” 12When he had washed their feet, and taken his garments, and resumed his place, he said to them, “Do you know what I have done to you? 13You call me Teacher and Lord; and you are right, for so I am. 14If I then, your Lord and Teacher, have washed your feet, you also ought to wash one another’s feet. 15For I have given you an example, that you also should do as I have done to you.

Shallom,

As we celebrate Holy Thursday today, we are reminded to serve one another as God has served us.

Jesus, our Teacher and God, washed the feet of His disciples. He lower down His pride and humble Himself to serve them (and all of us).
He wants to show us that that’s how we should live.

Often times, we are too proud to forgive, thinking that we are right. We are too proud to accept others who have different opinion than ours. We gossip about others mistake, thinking that we are holier or better than them.
Well, Jesus reminded us today that He wants us to have the heart of a servant, who is humble and meek. Who prioritize God’s will rather than our own will. Who are brave enough to let go of their pride in order to win people’s heart back to God.

We will not achieve all this if we do not have the heart of a servant.

Psalm 116:16-17, “O LORD, I am thy servant; I am thy servant, the son of thy handmaid. Thou hast loosed my bonds. I will offer to thee the sacrifice of thanksgiving and call on the name of the LORD.”

On behalf of the writer of the daily reflection, we would like to wish all of you a blessed holy week and happy easter, we will share our relection with you again on Tuesday 3 April, 2018.

May God touches your heart and make it new. May you grow to love Him more and more each day. Amen.

GBU,

Ferdi, Ira & kids
Cell St Zakaria & Elizabeth55
Singapore

VACARE DEO MARET MINGGU K2 : CARA MENGHIDUPKAN KEMBALI SEL YANG LESU

$
0
0

CARA MENGHIDUPKAN KEMBALI SEL YANG LESU

Hidup berkomunitas tidak selamanya memiliki kisah manis atau pahit terus menerus. Ada masa-masa indah dan ada masa-masa yang suram, begitu pula yang dapat terjadi di dalam kehidupan sel Komunitas Tritunggal Maha Kudus (KTM), Pertemuan sel rutin adalah kegiatan yang menjadi bentuk dasar dari KTM. Pertemuan sel rutin merupakan detak jantung dan nafas yang memberikan kehidupan bagi KTM. Namun adakalanya pertemuan sel yang rutin menjadi pertemuan yang membosankan. Jika tidak diatasi, anggota-anggota dalam sel tersebut mundur secara perlahan-lahan dan sel itu menjadi mati alias bubar.

Kelesuan yang dirasakan biasanya karena :

  1. Jatuh dalam rutinitas. Merasa kering dan tidak mendapat apa2 dalam pertemuan sel.
  2. Timbul gesekan/rasa kurang suka antar anggota sel sehingga suasana dalam sel kurang akrab.
  3. Kesibukan pekerjaan dan urusan keluarga yang menyebabkan anggota banyak yang absen, hanya sedikit yang hadir, atau bahkan seringkali sel terpaksa diliburkan.

Sebenarnya seringkali inti masalahnya adalah salah satu atau gabungan dari faktor-faktor dibawah ini:

  1. Anggota kurang sungguh-sungguh menjalankan 8 komitmen KTM, terutama komitmen nomor 4 : Meluangkan waktu untuk doa pribadi dan bacaan Kitab Suci setiap hari minimal 1 jam per hari. Doa yang jarang2 dan sambil lalu, tidak sungguh-sungguh dari hati ke hati, menyebabkan relasinya dengan Tuhan mendingin. Otomatis minatnya akan hal-hal/kegiatan rohani juga menurun. Ia juga tidak lagi rindu untuk merasakan hadirat Tuhan yang begitu membahagiakan. Kekeringan itulah yang dibawanya ke pertemuan sel.
  2. Anggota yang bertugas memimpin pertemuan sel, melakukannya tanpa persiapan dan doa. Lagu dicomot seadanya, kadang dipilih mendadak saat itu, kadang menggunakan susunan lagu minggu-minggu lalu. Pembawa renungan juga kurang persiapan. Pertemuan sel berjalan tanpa urapan dan kehadiran Allah tak terasa.
  3. Anggota belum menyadari perannya dalam sel. Hanya bersikap konsumtif. Maunya menerima saja, tidak merasa perlu memberi: ‘Apa yang aku dapat di pertemuan sel?’ Seharusnya ia berpikir: ‘Apa yang dapat aku sharingkan di sel? Apa yang dapat aku berikan agar bermanfaat menambah iman harapan dan kasih anggota sel yang lain ?’ Sel adalah juga ladang pelayanan bagi setiap anggotanya, tempat untuk melayani anggota sel yang lain, dalam menumbuhkan iman dan pengenalan akan Tuhan.
  4. Anggota kurang menyadari pentingnya kehadirannya dalam sel yang seyogyanya menjadi seperti keluarga kedua baginya. Seyogyanya ia berpikir; ‘Apabila dalam pertemuan sel saya tidak hadir, kasihan yang lain, mereka akan merasa kehilangan’ Anggota perlu menyadari apabila ia sendirian, akan lebih sulit baginya untuk menjaga rohaninya tidak menjadi kering.

Dalam sebuah sel, Pelayan Sel (PS) dan wakilnya punya peran besar dalam perkembangan sel tersebut. Mereka seperti orang tua dalam sebuah keluarga. Tumbuh kembangnya sebuah sel banyak tergantung dari bagaimana cara mereka membina dan memotivasi anggota sel.

Pelayan Sel yang selalu membawa selnya dalam doa, dan selalu mohon bimbingan Allah, akan ditunjukkan cara2 yang kreatif dan tepat untuk melaayani, dan menjaga pertumbuhan sel nya.

Pelayan Sel sebaiknya mengajak Wakil PS dan Bendahara Sel untuk menjadi Inti sel yang sehati sepikir, untuk bersama-sama merundingkan cara-cara mengembangkan sel. Anggota baru ibaratnya kanak-kanak rohani, yang harus dilayani, disuapi dengan kasih. Tetapi setelah sekian lama, anggota harus tumbuh menjadi dewasa, dan mulai ikut bertanggung jawab memberi makan kanak-kanak rohani yang lain.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menghidupkan kembali sel yang lesu:

  1. Ingat Panggilan Hidup Kita
    Alangkah baiknya mengingat kembali alasan pertama kita bergabung di dalam komunitas ini. Kita sudah terpanggil dan memilih KTM untuk sarana dan tempat untuk bertumbuh, berkembang didalam hal kerohanian. Kita diingatkan kembali akan panggilan hidup kita adalah menuju kesempurnaan atau kekudusan.(Efesus 5:3). Dibutuhkan ketekunan dan kesungguhan untuk tetap mendaki jalan kekudusan ke ‘puncak Gunung Karmel’, dan tidak berhenti di tengah jalan.
  2. Mempraktekkan 8 Komitmen KTM
    Berusaha menggiatkan kembali pelaksanaan ke 8 komitmen tersebut: Meluangkan waktu untuk berdoa dan membaca Kitab Suci minimal 1 jam sehari, menerima Sakramen Tobat secara teratur, menghadiri Perayaan Ekaristi harian sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu, ikut melayani bersama komunitas, menghadiri pertemuan sel, menghadiri pertemuan bersama yang ditentukan wilayah, distrik, national, mendoakan doa penyerahan setiap hati, memberikan persembahan kasih.
  3. Mencari aktivitas lain atau kebiasaan yang tidak biasa
    Misalnya pertemuan sel diadakan ditaman (outdoor sel), nonton film rohani bareng lalu disharing apa yang didapatkan, berdoa Rosario atau ziarah ke tempat-tempat rohani bersama dengan anggota sel, mengundang Romo/imam atau pembicara dari Distrik / wilayah buat pengajaran didalam sel dan sebagainya.
  4. Keterbukaan satu sama lain
    Komunikasi, saling terbuka dan evaluasi antar anggota sel dan pelayan/wakil pelayan sel. Saling mengampuni. Saling mendoakan. Bisa meminta bantuan, masukan atau saran dari pelayan/wakil pelayan sel yang lain atau dari pelayan wilayah atau dari distrik.
  5. Regenerasi dalam sel
    Salah satu factor sel menjadi lesu dan tidak berkembang adalah tidak adanya regenerasi dalam sel. Pelayan atau wakil pelayan sel itu-itu saja, tidak adanya kemauan dari anggota untuk mau maju dan menjadi pelayan atau wakil pelayan sel. Juga perlunya merekrut atau menambah anggota baru. Penambahan anggota bisa merubah sel yang sudah ‘mapan’ menjadi baru kembali. Pembelahan sel atau ‘memperanakkan’ sel baru, juga dapat membawa semangat dan sukacita baru.
  6. Pembagian kelompok dalam sel
    Untuk melibatkan lebih banyak anggota, anggota sel dapat dibagi menjadi 3 atau 4 kelompok. Setiap kelompok bergiliran berbagi tugas dalam sebuah pertemuan sel. Tugasnya termasuk memimpin pertemuan sel, membawakan renungan, menyediakan konsumsi, dll. Dengan demikian semua anggota sel aktif terlibat.
  7. Program untuk dilakukan setiap minggu
    Dalam setiap pertemuan sel dibuat resolusi apa yang akan dilakukan dalam seminggu mendatang. Misalnya, mendoakan mereka yang butuh didoakan, melaksanakan Rhema minggu ini secara konkrit, mengunjungi keluarga yang sakit, membuat target untuk mengajak 1 orang dalam pertemuan sel yang akan datang (evangelisasi oikos). Pelaksanaan program ini dapat menjadi bahan sharing dalam pertemuan sel minggu depan.
  8. Pengulangan Pencurahan Roh Kudus
    Secara berkala dapat dilakukan pengulangan Pencurahan Roh Kudus untuk kembali secara sadar mempersilakan Roh Kudus kembali dengan penuh kuasa membakar hati dan memimpin hidup masing-masing anggota.

Renungan

Setiap anggota KTM bertanggung jawab untuk mengusahakan selnya hidup dan bersemangat. Sel adalah tempat para anggotanya bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih, dan menjadi ajang pendewasaan rohani.

Sharing

  1. Bagaimana keadaan di dalam selku? Apakah selku juga loyo, lesu dan kurang semangat? Langkah apa yang telah aku lakukan? Langkah apa yang sekarang akan aku lakukan?
  2. Apakah aku pernah membawa kesegaran atau memberikan dorongan, semangat, sukacita dan pengharapan kepada seseorang? Sharingkanlah!

Rhema minggu ini :

Kis 2: 46-47. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

VACARE DEO MARET MINGGU K3 : KARUNIA NASIHAT

$
0
0

KARUNIA NASIHAT

Kita Hidup di Zaman yang Istimewa, Zaman Pencurahan Roh Kudus

Kita hidup dalam zaman yang istimewa, zaman Pencurahan Roh Kudus. Sesungguhnya, melalui pembaharuan hidup dalam Roh Kudus dan lewat pencurahan Roh Kudus, banyak umat memperoleh pengalaman yang mendalam akan Allah. Seringkali mereka membutuhkan dan mengharapkan bantuan para pembimbing rohani yang dapat mengerti pengalaman-pengalaman rohani mereka. Inilah kebutuhan Gereja dewasa ini. Oleh karena itu, para imam, para religius atau para gembala jiwa-jiwa diharapkan, selain memiliki pengetahuan iman dan teologi Katolik yang sehat, juga memiliki pengalaman akan Allah, sehingga mereka dapat menjawab kebutuhan Gereja dan umat yang dilayaninya.

Kita berharap pendidikan di seminari-seminari dapat semakin seimbang, tidak hanya menekankan segi intelektual atau akademis saja, namun juga memperhatikan segi pengalaman iman dan juga hidup mistik. Teologi mistik, yakni ilmu yang merefleksikan dan mengajarkan kebijaksanaan rahasia Allah yang diperoleh melalui cinta atau kontemplasi perlu dihidupkan kembali dalam seminari-seminari dan sekolah-sekolah calon imam. Dengan demikian iklim Gereja akan berubah dan kehidupan mistik yang sangat diperlukan oleh umat kristiani dewasa ini akan dapat berkembang. Karl Rahner mengatakan, “orang Kristen dewasa ini harus menjadi mistik, kalau tidak dia akan berhenti menjadi Kristen”. Itulah realitas yang kita alami dewasa ini. Tetapi puji Tuhan, karena dewasa ini Tuhan membangkitkan kembali pengalaman tersebut di dalam Gereja dalam pelbagai macam bentuknya.

Mistik berarti rahasia. Hidup mistik adalah memasuki misteri-misteri atau rahasia-rahasia Allah yang tak terbatas dan tak terselami melalui jalan kontemplasi. Hidup mistik bermula dari pengalaman mendalam akan tercurahnya cinta ilahi ke dalam hati kita. Seringkali pengalaman ini dimulai melalui apa yang dalam Pembaharuan hidup dalam roh disebut dengan istilah Pencurahan Roh Kudus.

Setelah orang menerima pencurahan Roh Kudus ini, biasanya hidupnya akan berubah, yakni semakin berpusat kepada Allah. Hidupnya betul-betul dijiwai dan digerakkan oleh Roh Kudus. Penghayatan Kitab suci, doa-doa dan sakramen-sakramen, serta cinta kasih kepada Tuhan dan sesama semakin hidup dan berkembang. Roh Kudus semakin aktif dalam dirinya, orang menjadi sadar bahwa ada angin Roh Kudus yang mendorong layar-layar perahu hidup rohaninya. Karunia-karunia Roh kudus juga semakin berkembang dalam kehidupannya. Baik tujuh karunia untuk pengudusan manusia, seperti dalam Yes. 11:1-2, maupun karisma-karisma untuk melayani sesama dan membangun jemaat seperti dikatakan dalam 1Kor.12:1-11.

Roh Kudus memberikan karunia-karunia-Nya yang berguna untuk pengudusan manusia. Tujuh karunia Roh Kudus tersebut adalah karunia pengertian, karunia kebijaksanaan atau hikmat karunia pengenalan akan Allah, karunia nasihat, karunia kebaktian, karunia keperkasaan, dan karunia takut akan Allah.

Menurut Santo Thomas, ke-tujuh karunia itu adalah disposisi habitual, atau habitus, yang berbeda dari kebajikan-kebajikan. Karunia-karunia itu diperlukan untuk hidup kekal dan berhubungan erat dengan cintakasih serta tumbuh bersama dengan dia. Oleh karunia itu, orang dijadikan peka dan tanggap terhadap inspirasi illahi, serta dipersiapkan untuk dapat taat dengan segera kepada dorongan Roh Kudus. Karunia-karunia itu dapat dibandingkan dengan layar yang terkembang pada sebuah perahu, sehingga dengan mudah dapat digerakkan oleh hembusan angin. Orang memang dapat juga melajukan perahunya tanpa layar, hanya dengan dayung, namun dengan layar akan jauh lebih mudah dan lebih cepat. Dalam arti itulah karunia itu perlu untuk keselamatan kita.

Peranan Karunia Nasihat dalam Kehidupan Rohani

Dalam kesempatan ini, kita akan membahas salah satu karunia, yakni karunia nasihat. Karunia nasihat memberikan terang di dalam hati manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang bisa melihat segala sesuatu dalam terang iman. Orang sangat membutuhkan karunia nasihat supaya di tengah-tengah segala kesukaran dan liku-liku hidup, dapat terus berjalan menuju kepada Allah tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri. Seseorang harus memiliki kecerahan dan kecepatan pandangan Allah sendiri, supaya dapat terlepas dari hambatan-hambatan manusiawi dan dari rintangan yang paling besar, yaitu egoisme dan hawa nafsu sendiri. Artinya, orang harus bisa melihat segala sesuatu dengan cepat dalam terang Allah.

Seringkali untuk mengerti dengan cepat apa yang menjadi kehendak Allah, kewaspadaan manusiawi belaka tidaklah cukup. Juga, tidaklah cukup merenungkan dan memikirkannya dalam terang iman yang biasa, namun dibutuhkan tambahan karunia nasihat. Pengalaman sehari-hari mengajarkan kepada kita bahwa pada saat-saat yang sulit orang tidak bisa bersandar pada pandangan dan perhitungan manusiawi belaka, tetapi juga harus berani percaya kepada penyelenggaraan Ilahi, sebab pemikiran manusia seringkali tidak tetap dan tidak pasti. Hanya Roh Pencipta saja yang mampu memberikan kepastian tentang tempat masing-masing dalam rencana keselamatan Allah, jalan yang harus kita tempuh, keputusan-keputusan yang harus diambil, serta arah yang harus diikuti.

Untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam pertimbangan akal budi dan iman biasa, Tuhan memberikan karunia nasihat, sehingga Roh Kudus dapat memberikan ilham-ilham yang memelihara jiwa manusia dalam perjalanannya menuju ke arah yang benar, sehingga kita senantiasa mampu berjalan dalam alur kehendak Allah, yang merupakan hakekat kekudusan kita. Tidak cukup hanya memiliki niat yang baik saja, tetapi kita harus berada dalam alur kehendak Allah sendiri. Untuk itu sangat dibutuhkan Roh nasihat.

Karunia Nasihat berguna untuk : 

  • Membimbing orang-orang lain kepada jalan-jalan yang dikehendaki Tuhan.
  • Membimbing diri sendiri menuju persatuan dengan Tuhan.

SHARING

  1. Bagaimana cara kita memanfaatkan karunia nasihat dalam hidup kita? Sudahkah kita melatih kepekaan untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan dalam hidup kita?
  2. Sharingkanlah tantangan-tantangan ketika perlu memberikan nasihat kepada orang lain.

Referensi

https://www.carmelia.net/index.php/artikel/karismatik/162-peranan-roh-kudus-dalam-bimbingan-rohani-pembahasan-tentang-karunia-nasihat

Pedoman Hidup 11:

Kasih yang dicurahkan Allah ke dalam hati kita itu sesungguhnya bukan lain daripada kasih yang ada dalam diri Allah sendiri. Itulah kasih yang menyala dalam hati Allah sendiri. Kasih yang mengalir dari Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus. Dan kita diberi bagian dalam kasih tersebut. Lihatlah, betapa besar kasih Allah kepadamu, sehingga engkau diberi bagian dalam kasih illahi itu sendiri dan dalam hidup Allah sendiri, bukan karena engkau pantas dan layak, bukan, tetapi semata-mata karena Allah telah lebih dahulu mengasihi engkau. Kasih itu telah dicurahkan-Nya ke dalam hatimu dengan cuma-cuma, semata-mata karena jasa Yesus Kristus dan karena Allah telah mengasihi engkau lebih dahulu.

VACARE DEO APRIL MINGGU K1 : MENJALIN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

$
0
0

MENJALIN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia
(Ef. 4:29)

I. Pendahuluan

Suatu hari, dalam kamar pengakuan dosa, seorang gadis berkata, “Pastor, seringkali saya bersikap kurang hormat kepada orang tua saya. Karena lelah dengan kuliah dan tugas-tugas, jika orang tua saya bertanya suatu hal kepada saya, seringkali saya menjawab dengan singkat saja, dan bahkan kadang dengan ketus.” Lalu, sebelum memberikan absolusi, sang Bapa Pengakuan bertanya, “Bagaimana perasaanmu jika kamu bertanya kepada seseorang, lalu ia menjawab dengan singkat dan ketus?” Lalu gadis itu tertunduk sambil menjawab, “Pastinya saya merasa tidak senang, Pastor..” Pastor itu pun tersenyum, melihat bahwa sang gadis telah menyadari dan menyesali perbuatannya.

II. Refleksi

Manusia seringkali merasa lebih nyaman jika menjalin relasi dengan rekan-rekan sebaya karena merasa menggunakan gaya basa yang cenderung sama, memiliki topik pembicaraan yang sezaman, dll. Dengan usia yang sebaya juga, pada umumnya manusia cenderung memiliki sudut pandang yang setara. Namun sayangnya, dalam keluarga yang terdiri dari bebagai macam usia, seringkali terjadi pertengkaran yang disebabkan karena komunikasi yang kurang baik. Pada bagian ini, akan dicontohkan masalah komunikasi antar anggota keluarga, yaitu antara anak dan orangtua, serta suami dan istri. Namun kedua contoh ini tidak menutup kemungkinan adanya masalah komunikasi antara anggota keluarga yang lainnya, misalnya dengan mertua, saudara ipar, sepupu, dan lain-lain.

A. Komunikasi anak-orang tua
Komunikasi antara anak dan orang tua tak jarang mengalami kendala. Anak-anak, terutama remaja, seringkali mengalami perubahan kondisi psikis, memasuki masa pencarian jati diri, merasa telah menjadi orang yang dewasa dan tidak perlu lagi mendengarkan nasihat orang tua. Sebagai anak, seringkali menganggap pikiran dan pendapat orang tuanya adalah pendapat yang kuno, tidak gaul, tidak bermutu. Orang tua juga terkadang merasa anaknya menjadi sosok yang jauh, sosok yang tidak lagi bisa didekati walau sudah mencoba berbagai cara komunikasi, baik melalui kata-kata maupun tindakan.

B. Komunikasi suami-istri
Pasangan suami-istri adalah partner dalam menjalani hidup sampai maut memisahkan. Namun terkadang, ada hal-hal yang tak disadari secara perlahan menggerogoti keharmonisan suami istri. Sebagai contoh, suami yang bekerja, enggan menceritakan permasalahan di pekerjaannya karena tidak mau membebani pikiran istrinya. Demikian juga dengan istri, menahan untuk menceritakan permasalahan dalam mendidik anak-anak karena tidak ingin menambah beban pikiran suami. Hal kecil tersebut dapat membuat kedua pihak lama-kelamaan menjadi kelelahan, menjadi merasa berjarak, merasa pasangannya tidak peduli dengan masalah yang sedang dihadapinya. Sebagai partner, sebaiknya setiap masalah dikomunikasikan secara terbuka dan bijaksana.

Cara Membangun Komunikasi dalam Keluarga

Karena merasa sudah sangat terbiasa dan akrab, seringkali kata-kata “tolong, maaf, dan terima kasih” sudah tidak mewarnai percakapan antar anggota keluarga. Ketiga kata tersebut sebenarnya dapat dikatakan sebagai kata-kata yang seharusnya terutama diucapkan dalam keluarga, karena dalam keluargalah interaksi mendalam antar pribadi terjalin.

Misalnya, ketika seorang ibu menjemput anaknya ke sekolah, bukankan sangat indah jika sesampainya di rumah sang anak mengucapkan terima kasih kepada ibunya? Bukankan indah juga jika sebelum memulai makan, semua anggota keluarga berdoa bersama dan mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang mempersiapkan makanan tersebut? Jika seorang ayah meminta anaknya mengambilkan suatu benda, bukankan menyenangkan jika diawali dengan kata tolong dan diakhiri dengan terima kasih.

Kata maaf pun menjadi kata yang tidak boleh dihindari dalam keluarga. Mengakui kesalahan, baik kecil maupun besar kepada orang yang terdekat terkadang memang tidaklah mudah. Rasa gengsi terkadang menguasai perasaan seseorang. Seorang suami merasa gengsi jika harus meminta maaf kepada istrinya. Orang tua merasa dirinya direndahkan jika harus meminta maaf kepada anak-anaknya. Anak merasa takut untuk mengakui kesalahan yang diperbuatnya kepada kedua orang tuanya. Namun di balik semua itu, kata maaf seringkali dengan ajaib dapat mencairkan hati yang beku karena luka yang telah lama dipendam.

Komunikasi tidak harus selalu dilakukan dengan kata-kata, melainkan bisa juga melalui tindakan. Tidakan bisa berupa tindakan yang cukup besar, misalnya memberikan hadiah kepada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun. Contoh tindakan lain adalah tindakan sederhana, misalnya dengan tersenyum, melakukan pekerjaan rumah tangga bersama-sama, makan bersama.

Bersama-sama Menjalin Komunikasi dengan Tuhan.

Keluarga Katolik seharusnya selalu didasari oleh iman, harapan, dan kasih. Alangkah indahnya jika dalam keluarga, selalu ada waktu untuk doa bersama. Dalam doa inilah setiap bentuk komunikasi yang kita lakukan, baik secara verbal maupun tindakan, kita gabungkan dan persembahkan kepada Tuhan.

Bukankah indah jika seluruh keluarga berkumpul dalam doa, untuk mendoakan kelancaran pekerjaan orang tua, kelancaran ujian anak-anak, mendoakan sanak saudara yang sakit. Dalam doa inilah keluarga selalu disadarkan bahwa hidupnya selalu berasal dan berpusat dari Kristus, karena keluarga adalah Gereja kecil.

IV. Pengendapan

Saudara/i terkasih, dalam pertemuan sel ini, berdoalah agar Kristus selalu merajai keluarga kita masing-masing. Ingatlah sebentar setiap anggota keluarga kita. Ingatlah mereka yang saat ini atau pernah berkonflik dengan kita. Mohonlah rahmat Allah, agar konflik yang terjadi dapat diatasi melalui komunikasi yang baik. Jika komunikasi itu belum terbangun, mohonlah rahmat agar kita berani memulai komunikasi tersebut.

Saat ini, renungkanlah juga, apakah ada cara yang tepat untuk membangun komunikasi yang lebih baik lagi dalam keluarga? Bagaimana langkah kongkritnya? Sebagai contoh, misalnya ada anggota keluarga yang kecanduan gadget, maka dapat membuat komitmen bahwa sepanjang acara makan bersama di rumah, tidak ada satu orang pun yang diperkenankan memegang gadgetnya.

Sharing

  1. Bagaimana kelancaran komunikasi dalam keluarga Anda?
  2. Apakah ada satu sosok (atau boleh lebih) anggota keluarga yang sampai saat ini Anda rasa sulit untuk berkomunikasi? Jika ada, siapa dan kendala apa yang Anda hadapi.
  3. Siapakah Anggota keluarga yang Anda rasa dapat menjadi teman berbicara yang terbaik? Mengapa demikian?
  4. Jika Anda merasa masih ada masalah dalam komunikasi keluarga Anda, langkah kongkrit apa yang akan Anda lakukan untuk memperbaikinya?

Rhema ayat minggu ini

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia (Ef 4:29)

Pedoman hidup KTM 13 :

Kita semua dipanggil menjadi kudus, termasuk engkau sendiri. Panggilan menjadi kudus ini sudah menggema sejak Perjanjian Lama: “Kuduslah kamu bagiKu, sebab Aku ini, Tuhan, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milikKu.” (Im. 20:26) Dalam Perjanjian Baru pun seluruh pengajaran Tuhan Yesus mengarah kepada kekudusan hidup dan kesempurnaan: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mt. 5:48) St. Petrus pun mengajak umat supaya menjadi kudus, karena Allah adalah kudus: “Tetapi hendaklah kamu kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” (1Ptr. 1:15) Sebab sesungguhnya “kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri…” (1Ptr.2:9) Himbauan yang sama dapat kita jumpai dalam surat-surat Santo Paulus yang berkalikali menekankan bahwa kita harus menjadi kudus, supaya kita memersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang kudus kepada Allah (Rm.12:1), supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat dihadapan Allah (Ef.1:4) dan kita menjadi bait-Nya yang kudus (Ef. 2:21).

Renungan Harian – Selasa 3 April 2018 (Indonesia Version)

$
0
0

Bangkitlah Dan Jadilah Terang

Tuesday, 03 April 2018

 

First Reading : ACTS 2:36-41

Responsorial Psalm : PS 33:4-5, 18-19, 20 AND 22

Gospel Reading : JN 20:11-18

 

Mary Magdalene stayed outside the tomb weeping. And as she wept, she bent over into the tomb and saw two angels in white sitting there, one at the head and one at the feet where the Body of Jesus had been. And they said to her, “Woman, why are you weeping?” She said to them, “They have taken my Lord, and I don’t know where they laid him.” When she had said this, she turned around and saw Jesus there, but did not know it was Jesus. Jesus said to her, “Woman, why are you weeping? Whom are you looking for?” She thought it was the gardener and said to him, “Sir, if you carried him away, tell me where you laid him, and I will take him.”

 

Jesus said to her, “Mary!” She turned and said to him in Hebrew, “Rabbouni,” which means Teacher. Jesus said to her, “Stop holding on to me, for I have not yet ascended to the Father. But go to my brothers and tell them, ‘I am going to my Father and your Father, to my God and your God.'” Mary went and announced to the disciples, “I have seen the Lord,” and then reported what he had told her.

 

 

Shallom, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus!

 

Di dalam kehidupan, siapa pun juga pasti pernah merasakan susah dan sedih, meskipun tentu penyebabnya berbeda-beda. Di saat demikian, waktu terasa berhenti mengalir, dunia terasa berhenti berputar, dan seringkali, panik pun melanda, seakan tiada jalan keluar dari situasi yang kita hadapi ini. Ketika kita berlarut-larut di dalam situasi tersebut, maka terjadilah “self-prophecy” dimana kita memang menjadi tidak mampu keluar dari jurang kesedihan tersebut, sebab seluruh perhatian kita hanya kepada kesedihan tersebut dan tidak lagi berusaha untuk mencari jalan keluar.

 

Seperti juga Maria Magdalena, yang masih dalam suasana duka karena Yesus yang telah meninggal dunia secara tiba-tiba, kemudian harus dihadapi permasalahan baru, dimana tubuh Yesus menghilang dari kubur. Sehingga, ia pun tidak lagi mampu berpikir jernih. Bahkan, ketika Yesus sendiri muncul di hadapannya, ia gagal untuk mengenalinya. Ia sungguh-sungguh terpusat perhatiannya hanya kepada kesedihannya ditinggal oleh Yesus, dan semua yang Yesus telah ajarkan seakan-akan sirna, hanya menjadi bagian dari masa lalu, bersamaan dengan meninggalnya Yesus.

 

Akan tetapi, Yesus sungguh-sungguh teramat baik, Ia adalah Allah Tuhan yang sungguh-sungguh mengerti. Dengan penuh kasih, Ia menyapa Maria Magdalena, untuk menyadarkan dia bahwa apa yang telah Ia ajarkan adalah benar adanya, dan bahwa Yesus telah bangkit. Sehingga, tidak ada gunanya bagi Maria untuk berduka terus menerus, gagal “move-on”. Yesus pun segera memberikan misi baru bagi Maria Magdalena, yakni menjadi saksi-Nya kepada para murid, bahwa Ia sungguh telah bangkit.

 

Demikian juga, saat ini, Yesus pun tengah menyapa diri kita. Apa pun masalah yang kita hadapi pada saat ini, janganlah bersedih dan berduka cita berlarut-larut. Sebab, kita memiliki Tuhan yang sungguh-sungguh hidup! Kuasa-Nya tidak berkesudahan, rahmat-Nya selalu baru setiap waktu. Sebab itu, bangkitlah, peganglah iman kita erat-erat, dan jalani hidup kita selayaknya seorang Kristiani, dengan penuh sukacita, sebab di dalam Yesus, kita memiliki pengharapan. Jadilah saksi hidup bagi Kristus yang telah bangkit dan hidup selama-lamanya di dalam kemuliaan, bersama dengan Bapa di Surga!

 

 

Doa:

 

Tuhan Yesus, puji syukur hanya bagi-Mu

sebab rahmat yang telah kami peroleh

sehingga kami memiliki hidup yang baru

Ajar kami agar hari demi hari untuk selalu

berjalan dengan hati yang penuh sukacita

dan dapat menjadi saksi-Mu kepada dunia

bahwa Engkaulah Tuhan dan Allah kami

yang telah bangkit, hidup dan berkuasa

kini dan sepanjang segala masa

Amin.

 

 

Pujian: BANGKITLAH JADI TERANG

(https://www.youtube.com/watch?v=a9Tf5NImSxg)

 

Saatnya G’reja Tuhan nyatakan

Yesus ‘kan datang seg’ra

Kudengar suara Tuhan berkata

“Persiapkan jalan bagi-Ku”

 

Kitalah umat pilihan Allah

B’ritakan perbuatan-Nya

Bangsa-bangsa ‘kan datang pada-Mu

Dan membawa persembahan-Nya

 

Reff:

Bangkitlah s’karang jadilah terang

S’bab kemuliaan Tuhan di atas-Mu

Bangkitlah s’karang jadilah terang

S’bab kemuliaan Tuhan di atas-Mu

 

This is the hours The Church will declare

Jesus coming again

I heard The Voice of The Almighty God

“Prepare, ye the Way Of The Lord”

 

We are your people redeemed by The Blood

To showforth Your praise

Nations and kingdom will come to Your Light

And bring the best offering unto You

 

Reff:

So arise and shine for Your Light has come

And the glory of The Lord is upon you

So arise and shine for Your Light has come

And the glory of The Lord is upon you

 

 

Tuhan memberkati.

 

Charles, Nathalia dan Keluarga

Sel Sts Joachim & Anne, Singapura

Renungan Harian – Rabu 4 April 2018 (Indonesia Version)

$
0
0

Rabu, 4 April 2018

Jalan ke Emaus, Jalan Kepada Pengharapan Baru

Kis. 3:1-10Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9Luk. 24:13-35.

 

Lectio:

Gospel Reading Luke 24:13-35

 

That very day, the first day of the week,
two of Jesus’ disciples were going
to a village seven miles from Jerusalem called Emmaus,
and they were conversing about all the things that had occurred.
And it happened that while they were conversing and debating,
Jesus himself drew near and walked with them,
but their eyes were prevented from recognizing him.
He asked them,
“What are you discussing as you walk along?”
They stopped, looking downcast.
One of them, named Cleopas, said to him in reply,
“Are you the only visitor to Jerusalem
who does not know of the things
that have taken place there in these days?”
And he replied to them, “What sort of things?”
They said to him,
“The things that happened to Jesus the Nazarene,
who was a prophet mighty in deed and word
before God and all the people,
how our chief priests and rulers both handed him over
to a sentence of death and crucified him.
But we were hoping that he would be the one to redeem Israel;
and besides all this,
it is now the third day since this took place.
Some women from our group, however, have astounded us:
they were at the tomb early in the morning
and did not find his Body;
they came back and reported
that they had indeed seen a vision of angels
who announced that he was alive.
Then some of those with us went to the tomb
and found things just as the women had described,
but him they did not see.”
And he said to them, “Oh, how foolish you are!
How slow of heart to believe all that the prophets spoke!
Was it not necessary that the Christ should suffer these things
and enter into his glory?”
Then beginning with Moses and all the prophets,
he interpreted to them what referred to him
in all the Scriptures.
As they approached the village to which they were going,
he gave the impression that he was going on farther.
But they urged him, “Stay with us,
for it is nearly evening and the day is almost over.”
So he went in to stay with them.
And it happened that, while he was with them at table,
he took bread, said the blessing,
broke it, and gave it to them.
With that their eyes were opened and they recognized him,
but he vanished from their sight.
Then they said to each other,
“Were not our hearts burning within us
while he spoke to us on the way and opened the Scriptures to us?”
So they set out at once and returned to Jerusalem
where they found gathered together
the Eleven and those with them who were saying,
“The Lord has truly been raised and has appeared to Simon!”
Then the two recounted what had taken place on the way
and how he was made known to them in the breaking of the bread.

 

The Gospel of the Lord

 

Meditatio:

 

Pernahkah kita menginginkan sesuatu lalu mendapatkannya dalam bentuk yang lebih baik?

 

Kleopas dan salah seorang murid Yesus yang lain sedang gundah. Mereka sibuk membicarakan tentang kejadian yang baru saja mereka dengar dari para murid di Yerusalem.

 

Guru belum lama wafat. Guru, pengharapan mereka, yang mereka percayai merupakan “nabi” besar yang diurapi Allah untuk membebaskan bangsa Israel, wafat sebelum memenuhi harapan mereka.

 

Hati mereka rasanya belum sembuh dari duka-cita dan rasa gamang atas hilangnya sebuah pengharapan, mendadak mereka mendapat berita dari beberapa orang wanita bahwa tubuh Guru hilang dari kubur. Berita mengejutkan tidak berhenti disana, masih ada tambahan bahwa mereka ditampaki para malaikat yang mengatakan bahwa Guru hidup! Lalu beberapa dari para murid mendatangi kubur Guru, dan mendapati kubur kosong! Tidak ada malaikat, dan juga tidak ada Guru! Apakah yang sedang terjadi?

 

Kedua murid begitu tenggelam dalam kegundahan dan asa yang tak tercapai, sehingga mereka tidak mengenali Yesus yang mendadak muncul dan nimbrung dalam percakapan mereka. Guru yang katanya mereka harapkan dan kasihi, tidak mereka kenali, sampai ketika akhirnya mereka berhenti di tempat yang mereka tuju, dan mereka dapat duduk bersama Yesus; di saat Yesus mengambil roti, memberkatinya, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada mereka, barulah mata mereka terbuka dan mengenali Dia!

 

Kedua murid tidak mengenali Yesus seperti yang seharusnya (mereka menganggap Yesus nabi), oleh karena mereka memiliki pengharapan yang salah dalam mengikuti Yesus. Para murid tidak mengenali Yesus sepanjang jalan menuju Emaus, karena hati mereka gundah-gulana (bandingkan dengan Maria Magdalena yang juga tidak mengenali Yesus yang bangkit oleh karena sedihnya). Pengharapan yang mereka letakkan jauh di bawah apa yang Allah mampu lakukan.

 

Hanya ketika mereka telah berhenti dari perjalanan mereka, dan duduk tenang bersama Yesus di tempat perhentian mereka, barulah mereka dapat beroleh kesempatan untuk mengenali Yesus (yang melakukan pemecahan roti).

 

Bukankah kita juga seringkali demikian? Ketika hati kita gundah-gulana, ketika kita lebih banyak menggunakan pikiran kita, dikuasai oleh kekuatiran dunia, dan sibuk mempertanyakan fenomena-fenomena yang terjadi dalam hidup kita dan sekitar kita, kita malah tidak berhasil mengenali keberadaan Tuhan, apalagi untuk mengalaminya.  Sampai ketika kita berhenti dari segala keributan hati dan pikiran kita, duduk diam dan hening, disanalah kita memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk datang dan dikenali hadir-Nya. Dan kemudian kita akan dapat mengetahui dan mengenal bahwa Dia itulah Allah, Dia itu hidup, sama seperti kedua murid yang pastinya kemudian setelah menyadari bahwa Yesus bangkit (hidup), mereka pasti menyadari bahwa Guru bukanlah sekedar nabi, Dia sungguh Putra Allah yang hidup! Dan pengharapan mereka terhadap Guru sekedar mencari pembebasan bangsa Israel dari tangan Roma, ternyata mereka dibebaskan dari perkara yang lebih besar lewat wafat dan kebangkitan Guru, yaitu dibebaskan dari maut dan beroleh harapan yang lebih besar yaitu kebangkitan dan kehidupan yang kekal.

 

Dalam hidup kita, banyak kali kita mendapati diri kita berada dalam perjalanan ke Emaus, dimana hati kita terasa berat, kebingungan, kebimbangan, bahkan keputusasaan mendera kita. Semoga kita berani berhenti di Emaus, dan disana mengundang Allah masuk untuk duduk bersama kita. Niscaya Dia akan memberikan apa yang melampaui harapan yang berani kita harapkan, melebihi sekedar keinginan kita yang fana.

Lagu; Kupercaya JanjiMu by Agatha Chelsea

https://www.youtube.com/watch?v=V_XeIX-DTNs

 

God bless,

Huseng, Sandy & Justin of Sel Kel Kudus Nazareth, Singapore

Renungan Harian – Jumat 6 April 2018 (Indonesia Version)

$
0
0
Friday 6 April 2018

First Reading: Acts 4:1-12
Psalm Response: Ps 118:1-2,4,22-27a
Gospel Reading: John 21: 1-14

 
Jesus revealed himself again to his disciples at the Sea of Tiberias.
He revealed himself in this way.
Together were Simon Peter, Thomas called Didymus,
Nathanael from Cana in Galilee,
Zebedee’s sons, and two others of his disciples.
Simon Peter said to them, “I am going fishing.”
They said to him, “We also will come with you.”
So they went out and got into the boat,
but that night they caught nothing.
When it was already dawn, Jesus was standing on the shore;
but the disciples did not realize that it was Jesus.
Jesus said to them, “Children, have you caught anything to eat?”
They answered him, “No.”
So he said to them, “Cast the net over the right side of the boat
and you will find something.”
So they cast it, and were not able to pull it in
because of the number of fish.
So the disciple whom Jesus loved said to Peter, “It is the Lord.”
When Simon Peter heard that it was the Lord,
he tucked in his garment, for he was lightly clad,
and jumped into the sea.
The other disciples came in the boat,
for they were not far from shore, only about a hundred yards,
dragging the net with the fish.
When they climbed out on shore,
they saw a charcoal fire with fish on it and bread.
Jesus said to them, “Bring some of the fish you just caught.”
So Simon Peter went over and dragged the net ashore
full of one hundred fifty-three large fish.
Even though there were so many, the net was not torn.
Jesus said to them, “Come, have breakfast.”
And none of the disciples dared to ask him, “Who are you?”
because they realized it was the Lord.
Jesus came over and took the bread and gave it to them,
and in like manner the fish.
This was now the third time Jesus was revealed to his disciples
after being raised from the dead.
 
With God, everything is possible
 
Shalom semuanya,
 
Didalam bacaan Injil hari ini, Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias ketika mereka sedang kebingungan atau sedang mengalami kesulitan – tidak mendapatkan ikan seekor pun.
Yesus menyuruh para muridNya menebarkan jala disebelah kanan perahu (baca: think outside the box) dan mereka mengikuti perintah Yesus, hasilnya mereka mendapatkan 153 ekor – jala mereka sampai penuh dengan ikan tetapi tidak koyak.
 
Yesus hadir disetiap relung kehidupan kita baik suka maupun duka. We need to trust Him and follow Him whatever He wants and guide us to do.  Usually, He tells us to do something that does not make sense or feels very uncomfortable (think outside the box).  If it seems like a “wrong” direction in logical, but the “right” direction hasn’t been working, as long as it doesn’t conflict with scripture or Catholic Church teaching, pray, go ahead and do it follow His guidance.
 
Didalam bacaan pertama hari ini, St Petrus dan St Yohanes ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara karena mereka memberitakan Injil. Keesokan harinya mereka disidang, St Petrus dan St Yohanes tidak gentar bahkan bersaksi bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus yang telah disalibkan dan dibangkitkan Allah dari antara orang mati. St Petrus dan St Yohanes bukanlah orang terpelajar hanya seorang nelayan namun mereka mengikuti bimbingan Roh Kudus yang memberikan mereka keberanian untuk bersaksi dan memberitakan Injil.
 
With God, everything is possible. Marilah kita selalu berjalan bersama Allah Tritunggal Maha Kudus dan mengikuti bimbingan dan pertunjuk Allah Roh Kudus. Kepekaan akan kehadiran Tuhan hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupannya. 
 
Song: What A Beautiful Name by Hillsong
 
God loves us,
 
Suhardi, Haryati and Samuel
sel dewasa dan sel remaja St Dominic of Holy Rosary, Sydney, Australia

VACARE DEO MARET MINGGU K4 : MISTERI KEMATIAN KRISTUS YANG MENGHIDUPKAN

$
0
0

MISTERI KEMATIAN KRISTUS YANG MENGHIDUPKAN
(Matius 16:21-26)

Pada bacaan diatas Yesus dengan terus terang bahwa Ia harus mengalami penolakan dan penderitaan yang berujung pada kematian, dan pada akhirnya Ia akan bangkit pada hari ketiga. Kematian seseorang melalui suatu penderitaan dan hukuman mati bukanlah hal yang baik dan terhormat, bahkan di kalangan masyarakat selalu akan dianggap hina dan memalukan, bahkan bagi semua orang yang dekat dengan orang tersebut ikut menanggung rasa malu. Petrus yang waktu itu belum mengerti rencana kasih Allah dan kodrat ke-Allah-an Sang Guru menganggap penderitaan dan kematian yang disampaikan Yesus adalah hal yang buruk dan memalukan, meskipun Yesus sendiri telah menyampaikan akan bangkit pada hari ketiga. Tetapi nubuat akan kebangkitan itu serasa tertutup dan tidak berarti apa-apa karena penderitaan, hinaan dan kematian yang akan dialami Yesus. Karena itu Petrus menarik dan menegur Yesus.

Adalah hal yang wajar jika manusia menganggap kematian adalah akhir segalanya, karena indra manusia tidak dapat lagi mencerap keberadaan orang yang telah meninggal, dan tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi setelah kematian. Kematian Sang Guru bukanlah hal yang diharapkan oleh para murid Yesus, pada waktu itu mereka sangat berharap Yesus adalah mesias yang mampu membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Karena alasan itulah Petrus menarik Yesus kesamping dan menegur Sang Guru atas perkataan-Nya itu. Kala itu Petrus benar-benar tidak tahu rencana besar Allah dibalik kematian Yesus. Warta kebangkitan pada hari ketiga yang disampikan Yesus seharusnya mejadi kabar sukacita dan kemenangan seakan-akan tertutup oleh bayang-bayang kematian. Bahkan nubuat nabi Yesaya tentang penderitaan yang harus ditanggung Sang Mesias (Yesaya 42, 49, 50, 53) dan meskipun Daud dalam mazmurnya juga telah menggambarkan drama penyaliban mesias (Mazmur 22) serta penegasan akan kebangkitanNya, tapi tetap saja Petrus dan murid-murid lain gagal dalam memahami apa yang dikatakan Yesus dalam bacaan diatas. Akhirnya kabar sukacita akan kebebasan dan kemenangan yang disampaikan Yesus tertutup oleh gelapnya bayang-bayang kematian Yesus. Yang ada dalam benak para murid, jika Yesus mati sebelum menjadi raja, maka yang mereka dapatkan hanyalah kegagalan. Walaupun mereka selalu mengikuti Yesus, tetapi mereka tidak tahu bahwa tugas yang diserahkan Bapa kepada Yesus adalah untuk mengalahkan dosa dan maut, bukan pembebasan politik seperti yang disangka kebanyakan orang Israel.

Saat ini setiap kali kita mendoakan doa “Aku Percaya” didalamnya terdapat misteri kematian Yesus Kristus, yaitu pada bagian “…Yang menderita sengsara pada pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan. Yang turun ke tempat penantian dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati…” Lalu apa kaitannya antara kematian Yesus dengan kita yang hidup di jaman sesudah Yesus? Santo Thomas Aquinas mengajarkan ada empat hal yang berguna bagi kehidupan di sepanjang masa, yaitu:

  1. Memperkuat Pengharapan.
    Dengan wafat, turun ke tempat penantian dan bangkit pada hari ketiga Kristus memberikan harapan yang besar pada kita bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Bagi orang-orang yang percaya pada Yesus misteri kematian Yesus ini menyatakan bahwa Dialah yang Empunya kehidupan, karena maut tidak dapat menahannya di dunia orang mati, bahkan Dia membebaskan orang-orang benar yang tertahan dalam dunia orang mati akibat maut. Harapan besar yang kita peroleh saat ini adalah harapan bahwa kita yang percaya pada Yesus Kristus juga akan Dia bangkitkan pada waktu kita telah melewati pintu kematian.
  2. Membuat Orang Percaya Menghindari Dosa.
    Sewaktu Yesus masih tinggal di dunia bersama para murid-Nya, Dia pernah mengajarkan bahwa : “Pada akhir zaman Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api…” (Mat.13:49-50). Jadi mereka yang percaya pada Yesus pasti juga percaya pada semua perkataan-Nya dan akan berusaha sekuat daya untuk menjadi orang yang benar dan menghindari perbuatan-perbuatan jahat dan dosa.
  3. Mengingatkan Akan Kematian Manusia.
    Kematian Yesus seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Seperti yang ditulis oleh nabi Yesaya: “Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati, aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku.” (Yes. 38:10). Seringkali kita mendengar orang yang dalam hidupnya mengalami penderitaan berkepanjangan menggambarkan kehidupan yang dia jalani ‘bagai hidup di neraka’͛. Jika penderitaan hidup di dunia yang kita alami ini dikatakan seperti di neraka, lalu pernahkah kita bayangkan penderitan di neraka yang sesungguhnya? Karena itu peristiwa penderitaan dan kematian akan selalu mengingatkan kita agar jangan sampai kita kelak mengalami penderitaan di neraka yang sesungguhnya. Pemikiran ini hendaknya mengingatkan kita agar selalu berbuat yang baik dan benar menurut injil dan hati nurani serta menghindarkan kita dari dosa, sehingga kita selalu memiliki harapan akan kebahagiaan kekal bersama Yesus dan Bapa-Nya.
  4. Agar Manusia Mengikuti Teladan Kasih Kristus.
    Kristus telah memberikan teladan dengan turun ke tempat penantian untuk membebaskan sahabat-sahabatNya dari dunia orang mati dan memberi hidup bagi mereka. Dengan teladan yang Ia berikan itu, hendaknya kita juga melakukan hal yang sama, yaitu dengan mengikuti Dia turun ke tempat penantian dan membantu membebaskan jiwa-jiwa di tempat penantian, bagaimana caranya? Yaitu dengan berdoa bagi mereka yang masih berada di tempat penantian yaitu purgatorium atau api penyucian. Kita dapat membantu mereka dengan doa-doa kita, terutama dalam ekaristi, berderma dan berpuasa, kita dapat mempersembahkan silih bagi penghapusan denda dosa mereka yang masih ada di purgatorium. Teladan kasih inilah yang dapat kita teladani dari Kristus yang senantiasa mengasihi semua manusia. Karena hanya dengan perbuatan kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata yang mampu menghapuskan egoisme dalam diri kita.

Katolik senantiasa mengimani bahwa penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah manusia, karena seperti yang dikatakan Santo Paulus ‘Jika Kristus tidak bangkit dari antara orang mati, maka sia-sialah iman kita” (1Kor.15:14). Banyak sekali kesaksian dan bukti sejarah tentang kebangkitan Kristus, baik itu kesaksian para murid dan Santo Paulus yang dikumpulkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, ataupun bukti-bukti sejarah lain yang dapat ditemukan dan masih ada hingga saat ini. Bahkan salah satunya adalah seorang sejarahwan Yahudi bernama Josephus yang hidup di tahun 37–100 menuliskan demikian dalam bukunya Jewish Antiquities : Pada saat ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Karena ia adalah seorang pelaku perbuatan yang luar biasa, seorang guru dari orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Dan ia mendapatkan pengikut baik dikalangan banyak orang Yahudi dan di antara banyak orang yang berasal dari Yunani. Dan ketika Pilatus, karena tuduhan yang dibuat oleh orang-orang terkemuka diantara kita, mengutuk dia untuk disalibkan, mereka yang telah mencintainya sebelumnya tidak berhenti mencintainya. Karena ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga, hidup lagi, sama seperti yang dibicarakan oleh para nabi Allah dan banyak hal-hal lain yang menakjubkan yang tak terhitung banyaknya telah dibicarakan tentang dirinya. Dan sampai hari ini suku Kristen, yang dinamai seturut namanya, tidak mati.”

Santo Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theologica (ST III, q.53, a.1) juga menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus harus menderita, mengalami kematian dan bangkit pada hari ketiga, yaitu:

  1. Untuk menyatakan keadilan Allah.
    Kristus sudah rela taat pada kehendak BapaNya, menderita dan wafat, sudah selayaknya Dia ditinggikan oleh BapaNya dengan kebangkitanNya dari antara orang mati dengan penuh kemuliaan.
  2. Untuk memperkuat iman kita.
    Dengan kebangkitanNya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang empunya kehidupan, dan kematianNya bukanlah kekalahan, melainkan kemenangan yang membawa pada kehidupan. (1Kor.15:14)

  3. Untuk memperkuat harapan.
    Dengan kebangkitan Kristus, kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya nanti kita pun akan dibangkitkan oleh Kristus. (harap dibaca bersama 1Kor.15:12 dan Ayb.19:25,27)

  4. Agar kita dapat hidup dengan baik.
    Kebangkitan Kristus mengajarkan kita agar senantiasa hidup dalam hidup kita yang telah diperbaharui melalui pembaptisan, yaitu hidup dalam roh bukan dalam kedagingan kita. (harap dibaca bersama Rm.6:4)

  5. Menuntaskan karya keselamatan Allah.
    Karya keselamatan Allah tidak berhenti pada kematian Kristus di kayu salib, namun berujung pada kemenangan Kristus atas maut, yaitu kebangkitanNya.

Sharing:

  1. Bagaimana proses pertumbuhan iman kita sebelum dan sesudah kita bergabung dengan KTM. Adakah iman kita bertumbuh dan bagaimana iman kita bertumbuh?
  2. Apakah hidup baru bersama Roh Kudus yang kita jalani sudah membuahkan karya-karya kasih yang nyata bagi sesama disekitar kita seperti yang diteladankan kasih Kristus yang telah kita rasakan.

Pedoman Hidup no.12:

Kalau engkau telah datang kemari dan merasa, bahwa engkau yang telah memilih cara hidup ini untuk melayani Tuhan Yesus, ketahuilah, bahwa sesungguhnya Tuhan Yesuslah yang telah memanggil dan memilih engkau lebih dahulu. Bukan engkau yang memilih Dia, tetapi Dialah yang telah memilih engkau. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang telah memilih kamu” (Yoh 15:16). Bahkan sesungguhnya engkau telah dipilih Allah sejak sebelum jadinya dunia ini, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus:

“Sebab di dalam Dia
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula
oleh Yesus Kristus
untuk menjadi anak-anak-Nya,
sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya”
(Ef 1:4-5).

Renungan Harian – Kamis 5 April 2018

$
0
0

Jesus is alive

First reading: Acts 3:11-26
Psalm: Psalms 8:2, 5-9
Gospel reading: Luke 24:35-48

Luke 24:35-48

35Then they told what had happened on the road, and how he was known to them in the breaking of the bread. 36As they were saying this, Jesus himself stood among them. 37But they were startled and frightened, and supposed that they saw a spirit.38And he said to them, “Why are you troubled, and why do questionings rise in your hearts?39See my hands and my feet, that it is I myself; handle me, and see; for a spirit has not flesh and bones as you see that I have.” 41And while they still disbelieved for joy, and wondered, he said to them, “Have you anything here to eat?”42They gave him a piece of broiled fish, 43and he took it and ate before them. 44Then he said to them, “These are my words which I spoke to you, while I was still with you, that everything written about me in the law of Moses and the prophets and the psalms must be fulfilled.” 45Then he opened their minds to understand the scriptures, 46and said to them, “Thus it is written, that the Christ should suffer and on the third day rise from the dead, 47and that repentance and forgiveness of sins should be preached in his name to all nations, beginning from Jerusalem.48You are witnesses of these things.

Shalom,

In today’s Gospel, Jesus appears to the disciples and show them that He really is alive. Jesus understand that His resurrection is beyond our human comprehension and the disciples need some prove that He is really alive, so He asked for some food to eat.

How about us, do we really believe that He is alive? Or was Easter just a story we hear every year?

Later on Peter and the other disciples gave their testimony about Jesus to the people of Israel.
He spoke based on his experience with God, so all of us would believe too.

God is as alive and present now as He was during the disciples’ time. His Holy Spirit is guiding us if only we would try to listen. Sometimes the noice in our mind and surrounding makes it very difficult for us to hear. Allocate some time for God so that we can hear His voice and listen to what He wants to say to us. Ask Him what His plan in our day today. Tell Him, our struggles and joy. After all, He can see our past, present and future too. He is the best person to talk to when you needed some guidance.

May He lived in you and me today and everyday so that we can be a testimony to other people of God’s love. Amen.

GBU,

Ferdi, Ira & kids
Cell St Zakaria & Elizabeth55
Singapore

VACARE DEO APRIL MINGGU K2 : MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN TERHADAP ORANG YANG PERNAH MENYAKITI KITA

$
0
0

MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN TERHADAP ORANG YANG PERNAH MENYAKITI KITA

“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”
(1 Yoh 4 : 16)

I. Pendahuluan

Salah satu pengalaman yang paling menyakitkan dalam hidup ini ialah mengetahui bahwa orang yang kita kasihi/percayai telah mengkhianati kita. Dalam relasi kita dengan sesama sehari-hari, kita pasti pernah mengalami kekecewaan, baik dengan pasangan, orangtua, anak-anak, rekan kerja ataupun sahabat. Hal ini tentu membuat kita merasa sakit hati, marah, dan bingung. Tampaknya mustahil untuk pulih dari peristiwa yang menyakitkan itu.

Ada 2 macam kepercayaan (trust) :

  1. Functional Trust
    Dalam functional trust, ada kesamaan antara perkataan dengan perbuatan sehingga kita tidak perlu memonitor orang yang kita percayai dalam melakukan janjinya karena kita percaya pasti akan dilakukan.
  2. Relational Trust
    Sedangkan relational trust, jauh lebih dalam, karena menyangkut perasaan dan hal-hal sensitif sehingga perlu lebih berhati-hati dalam menanganinya. Dan karena relasinya dalam maka jika kepercayaan itu disalahgunakan, rasa sakit hatipun menjadi lebih serius.

II. Mengetahui apakah diri kita sendiri siap

Kita perlu mengetahui kapan kita siap untuk mengampuni dan berdamai dengan kejadian atau orang yang telah mengkhianati kepercayaan kita, berikut langkah-langkahnya :

  1. Mengakui rasa sakit itu dan menerima dukungan (support)
    Kita tidak perlu menceritakan apa yang telah terjadi secara detail, tetapi jika relasi itu penting bagi kita, sebaiknya kita perlu bercerita tentang kekecewaan itu dengan orang-orang terdekat yang dapat kita percayai atau dengan pembimbing rohani (konselor). Mereka dapat melihat hal-hal secara obyektif yang mungkin luput dari pandangan kita karena pengaruh emosi kita yang telah disakiti. Hal ini akan sangat membantu karena kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa pergaulan dengan sesama, dan luka yang timbul itu tidak boleh dibiarkan, melainkan perlu disembuhkan.
  2. Menerima pilihan yang telah dibuat
    Tak ada yang dapat kita lakukan untuk mengubah apa yang sudah terjadi. Namun kita dapat mengendalikan saat ini dan saat yang akan datang. Refleksi untuk relasi yang telah rusak diperlukan sebagai pembelajaran agar kita tidak jatuh dalam kesalahan yang sama. Kita perlu jujur dan seobyektif mungkin pada diri kita sendiri. Karena ketika kita sangat mengingini sesuatu, kita cenderung untuk mengabaikan realita yang ada. Kita dapat meminta pendapat obyektif dari orang lain sehingga kita makin bebas dari pola yang membuat kita terjebak dalam kekecewaan dan dapat menerima pilihan yang pernah kita buat.
  3. Belajar untuk melepaskan dan mengampuni
    Melepaskan disini sering diartikan sebagai hal-hal buruk menyangkut kekecewaan kita saja, tetapi sesungguhnya hal ini juga termasuk hal-hal baik (kenangan, sikap, ataupun harapan tentang apa yang kita inginkan untuk terjadi). Kita perlu waktu untuk menikmati masa-masa ini seperti dalam Pengkotbah 7:3 yang mengatakan: “Bersedih lebih baik daripada tertawa, karena muka muram membuat hati lega”. Setelah itu kita dapat lebih mantap dalam mengambil keputusan untuk mengampuni yang merupakan langkah pertama dari kesembuhan kita sendiri. Kita tidak mampu merasakan damai dan sukacita kalau diliputi dendam ataupun harapan tentang apa yang kita inginkan untuk terjadi termasuk harapan agar orang lain berubah. Putuskan sekarang juga bahwa kita akan mulai membuka lembaran baru dan akan memperbaiki serta meningkatkan relasi kita dengan belajar dari pengalaman tersebut. Pilihlah untuk mengabaikan pikiran negatif tentang mereka, sebaliknya berpikirlah secara positif. Walaupun ini proses yang sangat sulit, sadarilah bahwa pilihan ini yang terbaik.

III. Mengetahui apakah orang lain siap

Setelah kita mengetahui apakah diri kita siap berdamai dengan orang yang telah mengecewakan kita ataupun untuk memulai relasi yang baru, kita juga perlu mengetahui apakah orang lain (baik orang yang pernah mengecewakan kita ataupun orang baru yang kita temui dalam relasi yang baru) ini siap untuk membina/memperbaiki relasi dengan kita. Hal ini penting untuk menghindari kekecewaan karena terlalu besarnya harapan dalam relasi ini. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:

  1. Apakah orang ini peduli dengan pengaruhnya terhadap anda
    Semakin besar kepedulian seseorang akan pengaruh mereka atas kita, semakin besar kita dapat mempercayai orang itu. Akan tetapi, ketika kita menangkap kesan kurang peduli bukan berarti kita langsung menyerah. Terkadang orang hanya perlu sedikit diarahkan untuk mengerti. Dan kita perlu menyampaikan hal itu kepadanya, jika ada respon dan perubahan yang baik, maka akan lebih aman untuk melanjutkannya.
  2. Apakah orang ini punya lingkungan pergaulan yang sehat
    Dalam berelasi, kita tidak harus memiliki teman yang sempurna (perfect) , tetapi kita perlu berelasi dengan orang-orang yang mempunyai dampak yang baik bagi kita untuk membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik [1 Kor 15: 33].
  3. Apakah orang ini dapat diajak bekerjasama dengan baik
    Dalam relasi yang sehat, diperlukan adanya timbal balik. Oleh karena itu, diperlukan usaha dari kedua belah pihak. Khusus untuk relasi pada masa pacaran ataupun perkawinan, komunikasi yang mendalam untuk mengerti satu sama lain sangatlah diperlukan untuk membuat relasi dapat terus bertahan bahkan menjadi lebih baik.

  4. Apakah masalah yang ada dapat diatasi dengan baik
    Point ini penting saat kita akan memberi kesempatan kedua dalam sebuah relasi. Adanya perubahan yang otentik ditandai dengan adanya pengakuan telah berbuat salah, rasa memiliki dalam relasi tanpa adanya sikap menyalahkan ataupun mengelak, penyesalan yang sungguh-sungguh, dan perubahan sikap.

IV. Melangkah untuk relasi yang baru

Setelah membahas kesiapan antara dua belah pihak, untuk melangkah dalam relasi yang baru, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti di bawah ini. (Note: Relasi baru di sini mencakup relasi lama yang sudah diperbaiki atau relasi baru dengan orang yang berbeda).

  1. Komunikasi
    Setelah kedua belah pihak siap, komunikasi dari hati ke hati perlu dilakukan. Kedua belah pihak perlu dengan jujur dan terbuka menyatakan apa yang dirasakan / menjadi concern dari masing-masing pihak. Sedangkan untuk sebuah relasi yang baru, kesepakatan awal sebelum memulai relasi perlu diterapkan untuk menjaga relasi yang sehat. Kesepakatan dasar ini menyangkut hal berikut:
    – Berbicara mengenai “kita” perlu dijadikan kebiasaan untuk berdiskusi tentang bagaimana relasi berjalan (sebaiknya dilakukan secara teratur sebagai evaluasi dan pada akhirnya dapat menjadi sebuah kebiasaan).
    – Keterbukaan dan Kejujuran
    – Kebebasan untuk bertanya jika ada hal yang memerlukan klarifikasi
  2. Berani mengambil resiko
    Resiko di sini tidak sama dengan penyembuhan tetapi bertujuan untuk membuat relasi menjadi lebih erat. Hal ini dimulai dengan lebih fokus pada “saat ini” daripada masa lalu, dan didukung dengan keterbukaan dalam menyampaikan hal yang dirasakan, misalnya: saat merasakan tidak didengarkan / dihakimi oleh orang lain, kita berani menyata kan hal itu kepada orang itu dengan cara yang baik.
  3. Mengatasi penyebab rusaknya relasi
    Ada beberapa penyebab rusaknya relasi seperti miskomunikasi, spontanitas dari lawan bicara kita serta perbedaan karakter. Misalnya: Orang yang extrovert (terbuka) lebih suka menyatakan semua hal yang mengganggunya secara spontan karena dapat meringankanbebannya, tetapi sebaliknya orang yang introvert (tertutup) lebih suka menyimpan hal yang mengganggunya dalam hati atau hanya dengan orang terdekatnya saja.
  4. Seberapa jauh kita dapat melangkah dalam relasi tersebut
    Semua orang pasti pernah mengalami kekecewaan atau ketidaknyamanan dalam relasi. Secara manusiawi, kita cenderung membuat batasan dan tidak mudah percaya pada orang lain/orang yang pernah menyakiti kita untuk menghindari tersakiti/kecewa lagi. Tetapi kita tidak perlu terus menerus hidup dalam kepahitan, menghindari relasi yang akrab /dekat dengan sesama, bahkan ketakutan untuk membina relasi yang baru. Kita diajak untuk menghadapi kesulitan dalam relasi dan mengatasinya karena hal ini dapat digunakan Tuhan untuk membentuk masing-masing dari kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik (menuju kekudusan) [Efesus 4:16].

Ada beberapa hal yang perlu kita sadari dalam membina relasi dengan sesama:

  • Apa yang mebuat kita merasa bahagia, damai, sukacita, dihargai, marah, sedih, khawatir, merasa bersalah, takut, dll.
  • Apa yang kita hargai dalam sebuah relasi (Contoh: Tuhan, kasih, kejujuran, kebebasan).
  • Karakter, bakat, hobby, cita-cita
  • Latar belakang keluarga, budaya, kehidupan rohani, ataupun masa-masa kehilangan keluarga atau orang yang
  • kita kasihi juga memperngaruhi kita dalam berelasi.

Mengatasi semua yang telah dijabarkan di sini, kita sendiri perlu berkomitmen untuk mau dibentuk untuk menjadi pribadi yang berkenan dihadapan-Nya dari hari ke hari lewat hal-hal kecil dalam keseharian kita [1 Yoh 4: 16].

(Sumber: https://keluarga.com/853/5-cara-untuk-memupuk-kembali-kepercayaan-sesudah-penyelewengan; Townsend, John, “Beyond Boundaries: Learning to trust again in relationships”, Zondervan, 2011)

Pedoman hidup KTM 14 :

Hal itu ditegaskan kembali oleh Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 40: “Para pengikut Kristus yang dipanggil oleh Allah bukan karena jasa mereka , tetapi menurut rencana dan rahmat-Nya, dan dibenarkan dalam Tuhan Yesus, telah dijadikan anak-anak Allah dalam pembaptisan karena iman dan mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan karenanya sungguh-sungguh dikuduskan. Karena itu mereka harus mengejar kesempurnaan dan menyempurnakan dalam hidup mereka pengudusan yang telah mereka terima dari Allah …. Karena itu jelaslah pula, bahwa semua orang kristen dalam setiap keadaan atau status hidup, dipanggil kepada kepenuhan hidup kristiani dan kepada kesempurnaan kasih”.

Sharing

  1. Setiap kita pasti pernah mengalami kekecewaan, Sharingkanlah pengalaman anda ketika mengalami kekecewaan?
  2. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi hal itu?
  3. Apakah anda sudah menemukan kehadiran Tuhan dalam kekecewaan itu untuk membentuk diri anda menjadi lebih baik atau anda merasa Tuhan tidak adil?

Renungan Harian – Senin 9 April 2018

$
0
0

Rancangan Kehidupan
Senin, 9 Apr 2018

First Reading : IS 7:10-14; 8:10
Responsorial Psalm : PS 40:7-8A, 8B-9, 10, 11
Second Reading : HEB 10:4-10
Gospel Reading : LK 1:26-38

The angel Gabriel was sent from God to a town of Galilee called Nazareth, to a virgin betrothed to a man named Joseph, of the house of David, and the virgin’s name was Mary. And coming to her, he said, “Hail, full of grace! The Lord is with you.” But she was greatly troubled at what was said and pondered what sort of greeting this might be. Then the angel said to her, “Do not be afraid, Mary, for you have found favor with God. Behold, you will conceive in your womb and bear a son, and you shall name him Jesus. He will be great and will be called Son of the Most High, and the Lord God will give him the throne of David his father, and he will rule over the house of Jacob forever, and of his Kingdom there will be no end.”

But Mary said to the angel, “How can this be, since I have no relations with a man?” And the angel said to her in reply, “The Holy Spirit will come upon you, and the power of the Most High will overshadow you. Therefore the child to be born will be called holy, the Son of God. And behold, Elizabeth, your relative, has also conceived a son in her old age, and this is the sixth month for her who was called barren; for nothing will be impossible for God.” Mary said, “Behold, I am the handmaid of the Lord. May it be done to me according to your word.” Then the angel departed from her.
Shallom, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus!

Pada hari ini, kita memperingati hari perayaan kabar gembira (Annunciation of the Lord), dimana Bunda Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung, dan akan menamainya Yesus. Kisah yang sungguh tidak asing lagi di telinga kita, karena ini adalah bagian dari iman kita, bagaimana Yesus, yang adalah sungguh-sungguh 100% Tuhan, ber-inkarnasi ke dunia dan menjadi sungguh-sungguh 100% juga manusia. Meskipun demikian, dengan merenungkan kisah ini sekali lagi, tentu kita akan selalu dapat memetik pelajaran bagi pertumbuhan iman kita.

Maria adalah seorang wanita yang sungguh adalah biasa-biasa saja dari sebuah kota di Galiela, yang bernama Nazareth. Akan tetapi, meskipun demikian, melalui seorang wanita yang biasa-biasa ini, Tuhan memiliki rencana-Nya yang sungguh luar biasa, yakni menyelamatkan seluruh umat manusia dari dosa! Sungguh indahnya kasih Tuhan!

Sejak semula, Tuhan memberikan kehendak bebas bagi setiap manusia. Oleh karena itu, Ia tidak akan memaksakan kehendak-Nya kepada kita. Demikian juga terhadap Maria. Sedari awal, tidak sekali pun Ia memaksakan kehendak-Nya. Malaikat Gabriel dikirim untuk menyampaikan kabar gembira tersebut kepada Maria. Dan, ketika Maria bertanya dalam kebingungannya, Malaikat Gabriel pun dengan penuh kasih dan sabar menjelaskan bagaimana yang akan terjadi, dan bahkan memberitahukan bagaimana Elizabeth pun telah mengandung 6 bulan di hari tua-nya.

Tentu, hal ini bukan tidak tanpa resiko. Maria mengetahui dengan pasti, bagaimana adat istiadat dan hukum agama bagi perempuan yang diketahui hamil karena perzinahan, maka nasibnya akan dikucilkan hingga sampai dirajam hingga mati. Akan tetapi, walau demikian, Maria yakin bahwa rancangan Tuhan tidak ada yang sia-sia, kasih-Nya sungguh tiada berkesudahan, dan rahmat-Nya akan senantiasa membawa keselamatan. Sehingga, Maria menyatakan persetujuannya terhadap rencana Tuhan tersebut, bahwa biarlah rancangan-Nya yang terjadi. Sehingga, sempurnalah karya keselamatan Tuhan, dimana manusia, yang diwakili oleh Maria, dalam kehendak bebasnya memutuskan untuk turut serta di dalam karya keselamatan manusia dari dalam dosa maut.

Bagaimana dengan kehidupan kita dewasa ini? Apakah kita sudah menemukan kehendak Tuhan bagi kehidupan kita? Apakah kita sungguh-sungguh sudah meneladani iman dari Ibunda kita ini, bahwa kita dapat berkata di dalam setiap kesempatan yang ada, bahwa, biarlah kehendak Tuhan saja yang terjadi? Memang tidaklah mudah, sebab setiap keputusan pasti membawa konsekuensi. Akan tetapi, disinilah iman kita diuji, apakah kita sungguh-sungguh mau mempercayai seluruh kehidupan kita di dalam naungan Tuhan, menjadikan-Nya sebagai nahkoda bagi perahu hidup kita ini? Marilah pada saat ini, kita meminta kepada Tuhan untuk terus menumbuhkan iman kita, agar sungguh kita semakin dapat berserah hanya kepada-Nya.
Doa:

Allah Bapa yang maha kasih
Puji syukur hanya bagi-Mu
Engkau telah memberikan kami
rancangan keselamtan hidup kekal
Ajar kami, agar senantiasa berserah
siap memberikan kemudi hidup ini
hanya ke dalam tangan kasih-Mu saja
Sebab, Engkaulah Raja dan Tuhan kami
yang hidup dan berkuasa kini dan
sepanjang segala masa
Amin
Pujian: BERSORAK SORAI
(https://www.youtube.com/watch?v=nxHsdlRBpvQ)

Bersorak sorai,muliakan namaNya
Dia berperang ganti kita
Bertepuk tangan, muliakan namaNya
Dia s’lamatkan jiwa kita

Satu-satunya penebus
Kalahkan maut, bangkitkan hidup

Reff:
Tuhan yang memberi kemenangan
Bersama kita, di dalam kita
Masuk dalam kemuliaanNya
Dia perlindungan, dan pengharapan
Tuhan memberkati.

Charles, Nathalia dan Keluarga
Sel Sts Joachim & Anne, Singapura

VACARE DEO APRIL MINGGU K3 : KUTUK

$
0
0

KUTUK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kutuk adalah: Doa atau kata-kata yang dapat mengakibatkan kesusah an atau bencana kepada seseorang. Kesusahan atau bencana yang menimpa seseorang disebabkan oleh doa atau kata-kata yang diucapkan orang lain.

Seringkali ketika orang lagi emosi, orang dengan mudah dan tanpa sadar mengutuk, mengucapkan sumpah serapah, kata-kata kotor, kebun binatang dsb-semuanya digolongkan perkataan sia-sia. Bagaimana cara menanggulanginya?

Renungan

Didalam Perjanjian Lama, kita sering menjumpai kutuk dan berkat. Kutuk terjadi jika kita tidak mendengarkan perintah Tuhan dan menyimpang dari jalan Tuhan, dengan mengikuti allah lain sedangkan berkat apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan dan mengikutiNya (Ulangan 11:26-28) Oleh karena itu kutuk merupakan satu paket dengan dosa, karena memang kodrat dari dosa yang membawa maut (Roma 5:23).

Yesus telah menebus segala dosa dan kutuk kita sekali untuk selamanya lewat pengorbannya wafat di kayu salib.

Jika kita mendapatkan selebaran gelap entah itu physical-kertas atau non-physical-media sosial yang isinya antara lain: “Jika kamu sebarkan kamu akan mendapat berkat tapi jika kamu abaikan atau buang maka kamu akan mendapat celaka”. Termasuk Novena kepada St Jude (St Yudas Tadeus) dimana ada ditambahkan syarat pengabulan doa. Janglah kita percaya dan janganlah kita sebarkan. Tak sedikit pembaca mempercayainya atau setidak-tidaknya berjaga-jaga jangan sampai celaka menimpa mereka lantaran mengabaikan selebaran itu. Sebenarnya jika seperti ini kita telah dibelenggu oleh ketakutan dan kecemasan. St Paulus mengingatkan kita, “Kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu Anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, “ya Abba, ya Bapa” (Roma 8:15).

Ketika kita sedang marah, cobalah menenangkan diri dengan menarik nafas panjang dua atau tiga kali, masuk ke ruang doa. Ungkapkan kekesalan, kemarahan, kekecewaan itu pada Tuhan Yesus. Hati-hati dengan lidah kita.” Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini saudara-saudariku, tidak boleh demikian terjadi. (Yak 3:9-10). Hal ini dikarenakan “Lidah adalah api, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka” (Im 3:6).

Marilah kita mengendalikan lidah dan mulut kita. “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat 12:36-37)

Sharing

  1. Apakah kamu pernah menerima selebaran gelap? Apa yang kamu perbuat?
  2. Bagaimana cara mengendalikan emosi dan lidahmu? Apakah perkataanmu pernah menyakiti orang lain? Bagaimana cara memperbaiki nya? Sharingkanlah!

Pedoman Hidup no. 15:

Kesempurnaan kristiani terdapat dalam kasih, baik sebagai faal atau perbuatan tersendiri, maupun sebagai penjiwa tindakan-tindakan lainnya. Semakin engkau tumbuh dalam kasih,semakin engkau sempurna. Kesempurnaan tertinggi terdapat dalam persatuan cintakasih dengan Allah, persatuan yang menjadikan jiwa sungguh-sungguh satu dengan Allah. Persatuan ini biasanya disebut dengan istilah persatuan transforman. Dalam persatuan ini manusia diubah seluruhnya ke dalam Allah, sehingga ia hanya menghendaki apa yang dikehendaki Allah, melihat segala sesuatu dalam iman 9sesuai dengan pandangan Allah sendiri dan mencintai dengan cinta Allah sendiri.

 

Website katolitas.org; Apakah Arti Kutuk?
Iman Katolik: Tinjauan Kritis atas perbagaia selebaran berkat kutuk
Renungan Harian Air Hidup: Perkataan Sia-Sia? Stop!

http://airhidupblog.blogspot.com.au/2015/05/perkataan-sia-sia-stop.html

Renungan Harian – Jumat 4 Mei 2018 (Indonesia Version)

$
0
0

MENGASIHI

Jumat 04 Mei 2018

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu (Yoh 15:16) 

Kis 15:22-31; Mzm 57:8-12; Yoh 15:12-17 
—o—

Setiap orang pasti memiliki ciri khusus yang membedakannya dari orang lain, baik dari segi fisik, penampilan, sifat atau kebiasaan. Sebagai pengikut Kristus yang sejati kita pun memiliki ciri khusus yang membuat kita berbeda, yaitu kasih.

Dalam Injil hari ini Yesus mengajak kita untuk saling mengasihi. Yesus meminta kita untuk hidup dan berbuah. Ketika kita hidup dalam semangat kasih, kita akan:

– Mengalami sukacita yang penuh (bdk. ayat 11). Sukacita yang dimaksud Yesus ini bersumber dari Allah dan buah dari Roh, bukan ‘hura-hura dangkal duniawi’.

– Menjadi sahabat-Nya. Dengan menjadi sahabat-Nya kita akan mendapat banyak hal luar biasa karena Yesus sahabat kita. Ia selalu setia kepada kita, menceritakan segala sesuatunya kepada kita, mendengarkan, menemani, menghibur kita, dan lebih daripada itu Dia mau berkorban demi keselamatan kita.

– Menjadi saluran berkat. Setelah kita dipenuhi sukacita dan kita pun menjadi sahabat-Nya, kita juga menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama, yaitu ketika kita mau mengasihi. Yesus sendiri yang mengutus kita untuk menghasilkan buah yang tetap dalam seluruh keberadaan kita. 

(Sr. M. Martha, P. Karm) 

Sumber:
Buku renungan harian “SABDA KEHIDUPAN”
FB: http://www.facebook.com/renunganpkarmcse
Web: http://www.renunganpkarmcse.com

Kami para penulis renungan harian dimailing list ini mengucapkan banyak terima kasih atas segala doa, support dan perhatiannya selama ini (selama 7 tahun). Kami mohon pamit dan mulai saat ini, renungan harian akan disadur dari Buku Renungan Harian “Sabda Kehidupan” yang ditulis oleh kakak-kakak rohani kita (PKarm dan CSE). Tuhan memberkati

VACARE DEO APRIL MINGGU K5 : TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SEORANG PELAYAN SEL

$
0
0

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SEORANG PELAYAN SEL

Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Mat 9 :35)

Marilah kita sejenak bersyukur kepada Tuhan atas panggilan yang Ia tawarkan untuk kita semua, saat kita telah diajak untuk menjadi pengikut – pengikutNya. Dalam berbagai bentuk, kita semua diajak untuk menjadi pelayan dan berusaha untuk memberikan segenap kemampuan kita yang terbaik untuk Tuhan dan sesama.

Tahun ini, kita kembali memasuki siklus pengurusan KTM yang baru. Ada banyak diantara kita yang akhirnya terpilih sebagai para pelayan untuk sel, wilayah dan distrik. Masing-masing memiliki kompleksitasnya sendiri dan tantangannya sendiri yang harus dihadapi. Secara khusus, kali ini kita akan membahas tentang pelayan sel.

Pelayan Sel adalah seorang Gembala

Saat seseorang mendapatkan panggilan sebagai pelayan, maka ia juga secara resmi berlaku sebagai gembala bagi para anggota di dalam selnya. Hal ini sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus lakukan terhadap para murid-Nya, yaitu sebagai Gembala yang baik.

Ada 3 peran sebagai gembala yang dapat dijalankan oleh Pelayan Sel :

  1. Memimpin domba-domba (Mzm 23:1-3)
  2. Menjaga domba- domba (Kis 20:28-29)
  3. Melindungi domba-domba (Yoh 10:10; Kis 20:28-29, Ef 6:12)
  4. Mencari domba yang hilang (Luk 15:4)

Pelayan Sel adalah seorang Motivator

Peran serta Pelayan Sel yang lain yang sangat penting adalah motivator. Sel akan berkembang jauh lebih baik, apabila didalamnya ada pihak–pihak yang dapat memberikan semangat dan dorongan untuk pertumbuhan.

  1. Berusaha selalu hadir dalam sel (sejauh itu mungkin). Kehadiran Pelayan Sel dalam setiap pertemuan sel akan sangat meningkatkan motivasi bagi setiap anggota karena ada rasa aman bahwa sel dapat berjalan dengan baik.
  2. Bersikap penuh kasih terhadap setiap anggota yang dari sikap, wajah dan tutur kata. Jika ada anggota baru yang masuk ke KTM, kesan yang diberikan Pelayan Sel dapat menjadi sangat penting.

  3. Memotivasi dengan pujian dan penghargaan. Memberikan pujian dan semangat bagi para anggota yang sedang bertugas, misalkan menjadi seorang WL atau pembawa renungan dan pemusik.

  4. Berani memberikan teladan yang baik dan contoh. Pelayan Sel adalah model dan panutan bagi semua orang yang hadir. Dengan berjuang memberikan contoh yang baik, maka sel dapat berkembang dengan baik juga.

  5. Memiliki kepercayaan dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Tak jarang, Pelayan Sel mesti berkorban untuk hal-hal tertentu, misalkan ketika salah satu petugas dalam sel yang tidak dapat hadir, atau ketika terjadi hal–hal yang membutuhkan koordinasi.

Karena dua peran penting ini, Pelayan Sel sebaiknya memiliki kriteria–kriteria tertentu yang dapat dicari di dalam sel itu sendiri untuk pertumbuhannya. Ia mesti mengasihi Allah dan juga mengasihi jiwa–jiwa. Mengasihi jiwa-jiwa dikaitkan dengan bagaimana Pelayan Sel memberikan perhatian terhadap anggota-anggota, baik yang baru maupun yang lama dengan berbagai karakternya sendiri. Kemudian, ia juga mesti memiliki prioritas yang jelas dan mau untuk mengutamakan komunitas dalam konteks pelayanan. Sangat penting artinya hal ini karena perhatian yang terbagi akan menyebabkan pelayan sel tidak dapat berperan aktif untuk pertumbuhan selnya.

Pedoman Hidup KTM 17:

Yang dimaksud dengan persatuan cintakasih dengan Allah ialah persatuan kehendak kita dengan kehendak Allah, sehingga kita tidak menginginkan apa-apa selain yang dikehendaki Allah. Inilah cita-cita kita. Kalau engkau menyerahkan diri kepada Allah dengan segenap hatimu, Roh Kudus akan mengubahmu perlahan-lahan, sehingga akhirnya, karena dibakar oleh api Roh Kudus, engkaupun akan menjadi api pula. Inilah cita-cita kita yang luhur, yang harus terus dikejar, walaupun masih jauh. Kehadiran baru Roh Kudus yang diterima dalam pencurahan Roh akan memberikan kepadamu kekuatan untuk benar-benar mencintai Yesus dan hidup melulu bagi Dia saja. Sentuhan-sentuhan Roh Kudus akan mengubahmu menjadi semakin serupa dengan Yesus.

Sharing:

  1. Sharingkanlah tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh pelayan sel dan apa solusi yang dapat diberikan.
  2. Entah sebagai pelayan atau anggota, bagaimana sikap kita di dalam sel untuk memajukan sel kita ?

Referensi :

https://www.slideshare.net/wilaxmalaikat/pel-5-pelayan-sel


VACARE DEO MEI MINGGU K1 : DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

$
0
0

DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

“Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi -Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid- Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya..”
Yohanes 19 : 26 – 27

Pendahuluan

Dalam Gereja Katolik, Bulan Mei dipersembahkan khusus untuk menghormati Bunda Maria. Mungkin diantara kita pernah ada yang ditanya oleh teman atau kerabat kita. Mengapa dalam gereja katolik kita perlu menghormati orang kudus? Mengapa tidak menyembah langsung kepada Tuhan saja? Apakah beda antara menghormati dan menyembah? Dan apakah dengan berdoa kepada Bunda Maria kita menyembah berhala? Nah untuk menjawab semua pertanyaan tersebut dan mempertanggungjawabkan iman katolik yang benar maka pada VD kali ini kita akan membahas mengenai hal tersebut.

Apa itu devosi

Devosi menurut St. Franciskus dari Sales adalah “kesigapan dan kegairahan hidup rohani, yang melaluinya kasih bekerja di dalam kita, ataupun kita di dalamnya, dengan cinta dan kesiapsiagaan; dan seperti halnya kasih memimpin kita untuk menaati dan memenuhi semua perintah Tuhan, maka devosi memimpin kita untuk menaati semua itu dengan segera dan tekun…. maka devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih, bahkan perbuatan- perbuatan yang tidak diharuskan, tetapi hanya dianjurkan ataupun disarankan.” (lih. St. Francis de Sales, An Introduction to the Devout Life, (Rockford, Illinois: TAN books and Publishers, 1942), p. 3) Dengan demikian, devosi merupakan ungkapan kasih untuk memenuhi semua perintah Tuhan. Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid – murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita. Namun demikian, penghormatan kepada Bunda Maria tidak dapat disamakan dengan penghormatan kita kepada Tuhan.

Perbedaan antara penyembahan dan penghormatan

Gereja Katolik membedakan antara penyembahan dan penghormatan, berdasarkan ajaran St. Agustinus: (lih. St. Augustinus, City of God X. 2)

  1. Latria (penyembahan, ‘worship/ adoration’ ) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
  2. Dulia (penghormatan, ‘veneration’ ) yang ditujukan kepada:
    – “Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyperdulia)”
    – Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.

Kata latria dan dulia ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas :

  1. Penyembahan/ Latria, nyata pada perintah pertama dalam kesepuluh Perintah Allah, yaitu untuk menyembah Allah saja dan jangan ada allah lain yang disembah selain Dia (Kel 20: 1-6). Penyembahan kepada Allah dengan sujud menyembah disebutkan dalam 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:7; 1 Mak 4:55.
  2. Penghormatan/ Dulia, nyata pada penghormatan para saudara Yusuf kepada Yusuf (lih. Kej 42:6) dan Yusuf yang sujud sampai ke tanah menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12). Demikian pula, Nabi Natan sujud ke tanah menghormati Daud (1 Raj 1: 23); Absalom sujud ke tanah menghormati ayahnya Daud (2 Sam 14:33). Tentu mereka ini bukan menyembah berhala, namun menghormati orang tua sesuai perintah Tuhan.
  3. Penghormatan ‘Dulia relatif’ ini misalnya saat Musa membuat ular dari tembaga yang dipasangnya di sebuah tiang, dan siapa yang memandang patung ular itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14). Dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menyuruh orang Israel’ memandang ke atas ‘ular tembaga tersebut agar disembuhkan; sedangkan pada Perjanjian Baru (PB), siapa yang memandang Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan percaya kepada-Nya, akan disembuhkan dari dosa. Tentu dalam PL, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati/ memandang ke atas ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu, yang merupakan gambaran Kristus yang kelak dinyatakan dalam PB.

Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37), di mana di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua.

Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: “Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel….” (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.

Selanjutnya, terdapat perbedaan cara penyembahan – latria dan penghormatan – dulia. Penyembahan tertinggi – latria ini diwujudkan dalam perayaan Ekaristi, yaitu doa Gereja yang disampaikan dalam nama Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Penghormatan – dulia kepada Maria dinyatakan misalnya dalam doa- doa rosario, novena, nyanyian, baik sebagai doa pribadi ataupun kelompok. Sedangkan penghormatan dulia-relatif terlihat jika umat Katolik berlutut saat berdoa di depan patung Yesus dan patung Bunda Maria, karena yang dihormati bukan patungnya, tetapi pribadi yang diwakilkannya, yaitu Tuhan Yesus, dan Bunda Maria.

Kesimpulan

Penghormatan kita kepada Bunda Maria merupakan bentuk ketaatan kita kepada Tuhan yang dipesankan kepada Santo Yohanes rasul. Dan sebagai umat katolik kita hanya menyembah kepada Tuhan saja ; St. Epiphanus (403) “Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah. Tak seorangpun boleh menyembah Maria.” (St. Epiphanus, Haer 79,7). Dengan berdoa kepada Bunda Maria, kita memohon doanya untuk membantu kita yang masih berjuang di dunia ini; St. Hieronimus, (347-420)” Engkau mengatakan di dalam bukumu bahwa ketika kita hidup kita dapat saling mendoakan, tetapi setelahnya ketika kita telah mati, tak ada doa seorangpun yang dapat didengar…. Tetapi jika para Rasul dan martir ketika masih tinggal di dalam tubuh dapat mendoakan orang lain, pada saat di mana mereka masih dapat memikirkan diri mereka sendiri, berapa lebih banyak-kah yang dapat mereka lakukan setelah mereka menerima mahkota, kemenangan dan kejayaan?” (St. Jerome, Against Vigilantius 6 [A.D. 406]).” Dengan bantuan doa Bunda Maria yang telah berbahagia bersama Bapa di Surga maka akan sangat membantu kita untuk sampai kepada Bapa. Karena ; Yak 5:16″ Doa orang benar besar kuasanya”. Berdoalah rosario dan berdevosi kepada Bunda Maria maka kita akan dibawa untuk semakin dekat dengan Bapa di Surga.

Sumber :
http://www.katolisitas.org/apa-itu-devosi-kepada-bunda-maria
http://www.katolisitas.org/mengapa-umat-katolik-mohon-dukungan-doa-kepada-orang-orang-kudus-yang-sudah-meninggal-dunia

Sharing:

  1. Apakah engkau memiliki devosi dengan Bunda Maria ?
  2. Pernahkah mengalami keragu–raguan dalam memohon doa kepada Bunda Maria dan apa yang membuat engkau dapat mengatasi keragu raguan itu ?
  3. Apa manfaat saat engkau tekun mendoakan doa Rosario atau berdevosi dengan bunda Maria ? Sharingkanlah pengalamanmu

Rhema ayat minggu ini

Yohanes 19 : 27 ” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. .”

Pedoman hidup KTM 18 :

Perkembangan persatuan dengan Allah itu tidak diukur menurut perasaan-perasaan yang ada, juga bukan menurut seberapa banyaknya karisma yang engkau miliki, walaupun itu sangat perlu untuk pelayanan kita, melainkan menurut seberapa banyak dan dalamnya engkau berkembang dalam iman, harapan, dan terutama dalam cintakasih, baik kepada Allah maupun sesama, karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Semakin engkau berkembang dalam cintakasih, semakin berharga hidupmu di hadapan Allah dan semakin berguna bagi umat manusia. Pada senja hidupmu, engkau akan diadili menurut cintakasih.

VACARE DEO MEI MINGGU K2 : MENJAGA KEMURNIAN HATI DALAM HIDUP SEHARI HARI

$
0
0

MENJAGA KEMURNIAN HATI DALAM HIDUP SEHARI HARI

Alkisah seorang gadis kecil dibawa masuk ke sebuah dunia lain. Ia tiba-tiba berada di sebuah kota yang terbuat dari gelas: rumah-rumah terbuat dari gelas, burung-burung, pohon-pohon, bahkan orang-orang pun terbuat dari gelas. Namun meskipun mereka terbuat dari gelas, tidak ada satupun dari mereka pecah, karena mereka telah belajar untuk melakukan gerakan-gerakan mereka dengan hati-hati sehingga tidak ada yang pecah ataupun terluka. Seperti halnya gelas, mereka semua transparan, sampai pikiran mereka pun transparan, dalam arti, tidak ada yang dapat disembunyikan. Ketika saling berjumpa, mereka tidak akan (bisa) berdusta atau berpura-pura terhadap satu sama lain. Bahkan sebelum pertanyaan seseorang terlontar, lawan bicaranya telah dapat menjawabnya oleh karena ia telah dapat ‘melihat’ pertanyaan dalam pikiran orang tersebut dengan jelas.

Bayangkanlah bila dunia kita bekerja dengan cara demikian, dimana semua orang dapat melihat dengan jelas apa yang ada dalam pikiran orang lain, apakah itu pikiran yang baik, pujian yang tulus, pujian basa-basi, kepura-puraan, bahkan pikiran jahat dan yang tidak senonoh sekalipun. Barangkali kita bisa bergidik membayangkan bila segala ketidakmurnian hati dan pikiran kita dapat terlihat dengan jelas.

Sadarkah kita, Tuhan melihat dengan jelas hati dan pikiran kita?

Tuhan Melihat Hati

Di dalam beberapa agama dan kepercayaan, kemurnian spritualitas dihubungkan dengan kemurnian yang bersifat fisik, sehingga menyentuh benda atau binatang tertentu, atau produk dari tubuh (misalnya darah, kotoran, ludah, nanah, air mani, dan lain sebagainya) dianggap sebagai ketidakmurnian (najis). Karena kepercayaan yang demikianlah orang-orang Farisi menjauhkan diri dari situasi dan bahkan dari sesamanya manusia yang dianggap berada dalam keadaan tidak murni.

Yesus datang mengajarkan dan melakukan hal yang sebaliknya, sehingga Ia dianggap musuh besar oleh orang-orang Farisi. Mereka menjauhkan diri dari orang-orang yang dianggap najis dan para pendosa, seperti pemungut cukai, orang kusta, pelacur, dst.

Sebaliknya Yesus malah memanggil mereka, bersentuhan dengan mereka, dan malah menyembuhkan mereka (seringkali dengan menyentuh).

Hal itu dikarenakan Tuhan mau mewartakan bahwa kemurnian yang Dia inginkan adalah kemurnian hati dan pikiran, yaitu kemurnian jiwa kita.

Mengapa Perlu Kemurnian Hati

͞”Berbahagialah orang yang suci (murni) hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8)

Sabda Bahagia, yang merupakan model sempurna yang Yesus ajarkan kepada para pengikut-Nya, adalah ajaran moral yang tinggi yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya untuk pencapaian kebahagiaan (kesempurnaan) sejati; itulah panggilan orang kristiani.

Hati yang murni dikatakan “bahagia/terberkati”, oleh karena hanya mereka yang murni hatinya yang akan melihat Tuhan. Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, setiap manusia telah berdosa, maka sesungguhnya manusia telah kehilangan “hak” untuk melihat Allah. Namun Allah memiliki rencana dan keinginan yang indah buat kita semua. Tuhan ingin kita dapat melihat Dia kembali dan berada bersama Dia di Surga. Itulah rencana Allah bagi kesejahteraan abadi manusia.

Apakah yang dimaksud dengan kemurnian hati?

Kemurnian hati merujuk pada sikap murni, sederhana, jujur di hadapan Tuhan dan manusia. Lawan langsung yang bertentangan dengan kemurnian hati adalah kemunafikan. Menurut Injil, yang menentukan kemurnian (vs ketidakmurnian) dari suatu tindakan (kebaikan), – seperti puasa, doa, memberikan amal/persembahan kasih adalah intensi-nya: apakah perbuatan kebaikan itu kita lakukan untuk dilihat oleh manusia atau untuk menyenangkan Tuhan?

Masih di dalam konteks Kotbah di Bukit, Yesus mengatakan:

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu di Surga. Jadi apabila kamu memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik… supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Mat 6:1-2)

Kemunafikan adalah dosa yang paling kuat ditentang oleh Tuhan di dalam Alkitab. Hal itu dikarenakan oleh kemunafikannya, manusia menurunkan posisi Tuhan, dimana ia menempatkan Tuhan di tempat kedua karena ia lebih mementingkan ciptaan (daripada Sang Penciptanya) di tempat yang terutama. “Manusia melihat apa yang di depan mata (penampilan), namun Tuhan melihat hati.” (1 Sam 16:7). Lebih mengutamakan penampilan dibandingkan hati berarti lebih mengutamakan manusia daripada Tuhan.

St. Agustinus berkata, “Hanya dia yang mengabaikan pujian manusia dan di dalam hidupnya hanya peduli untuk menyenangkan hati Tuhan, yang menyelidiki hati kita, memiliki hati yang sederhana, yaitu hati yang murni.” Demikianlah yang menentukan kemurnian hati seseorang adalah intensinya, “Segala tindakan kita adalah jujur dan menyenangkan Tuhan jika hal itu dilakukan dengan hati yang tulus, yaitu bertujuankan cinta-kasih .. karenanya bukan perbuatan itu sendiri yang mesti diperhitungkan, melainkan maksud dilakukannya.”

Maka, hati yang murni berarti hati yang tertuju untuk kebaikan seseorang, yaitu untuk mencintai hanya orang tersebut, dimana cintanya tidak terbagi-bagi. Perintah yang pertama dan paling utama yang Tuhan berikan kepada orang Israel adalah untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan (bdk Ul 6:4-5). Yesus menambahkan bahwa kita mesti mencintai sesama kita seperti diri sendiri (Markus 12:29-31). Cinta yang murni seperti itu merupakan panggilan bagi kita semua yang dipanggil menjadi anak-anak Allah.

Praktek Kemurnian Hati Dalam Hidup Sehari Hari

Father Louis Lallemant, pembimbing rohani dari Issac Jogues dan Jean de Brebeuf (keduanya dikanonisasi sebagai orang kudus), mengatakan bahwa sangatlah besar manfaat yang dapat diperoleh dalam kehidupan rohani bila menjalankan praktek/latihan kemurnian hati. Dengan menjalankan latihan ini, kita akan menjadi pemerhati pikiran kita secara tekun dan sungguh-sungguh.

Dengan latihan ini, kita akan sangat berhati-hati mengawasi segala pemikiran yang terbersit dalam benak kita dan juga segala afeksi dan nafsu hati kita; kita akan dengan segera mengalihkan dan menghapuskan segala pemikiran dan afeksi yang bertentangan dengan kemurnian hati.

Contoh, bila saya sekonyong-konyong memiliki keinginan untuk bergosip tentang seseorang, saya segera memperhatikan gerakan hati ini, memeriksa hati saya, lalu segera menahan atau menghapus keinginan itu dari hati saya karena hal itu bertentangan dengan kemurnian hati.

Contoh lain, jika sekonyong-konyong hati saya marah (emosi) pada seseorang, lalu terbersit maksud tidak baik terhadap orang itu, oleh latihan kemurnian hati, saya segera mengecek gerakan hati saya, lalu mematikan keinginan itu, dan lantas mengubahnya menjadi tindakan kasih kristiani dan memberi pengampunan terhadap orang tersebut.

Perlahan-lahan, melalui latihan-latihan demikian yang terus menerus, hati kita akan semakin bersih dan semakin murni.

Father Lallemant juga merekomendasikan agar kita juga menerima Sakramen Tobat secara teratur, karena disanalah Tuhan melimpahkan rahmat dan bantuan yang kita perlukan untuk semakin bebas dari dosa.

Pedoman Hidup no. 19:

Menjadi serupa dengan Yesus berarti hidup seperti Yesus, berpikir seperti Yesus, merasa, mengasihi dan mengampuni seperti Yesus. Menjadi serupa dengan Yesus juga berarti menghendaki apa yang dikehendaki Yesus, menginginkan apa yang diinginkan Yesus. Supaya dapat menjadi serupa dengan Yesus engkau harus mempelajari dan merenungkan kehidupan dan pengajaran Yesus, antara lain lewat Lectio Divina, sehingga engkau akan tahu bagaimana Yesus akan bersikap, bertindak dan bereaksi jika berada dalam situasi-situasi seperti yang kauhadapi. Dengan demikian engkau juga akan tahu, bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam situasi-situasi tertentu sesuai dengan teladan Yesus sendiri. Inilah bagian yang harus kaulakukan. Kalau engkau melangkahkan kakimu menuju Yesus, Ia akan menyongsongmu dengan segera, sebab bila engkau mencari Yesus, penyebabnya ialah karena Dia telah terlebih dahulu mencari engkau. Kalau engkau setia, Roh Kudus akan memprosesmu dengan api kasih-Nya secara mendalam, sehingga engkau menjadi semakin serupa dengan Yesus.

Sumber: 1)Blessed Are the Pure In Heart, 1st Lenten Sermon of Father Cantalamessa, Vatican city 1 March 2007; 2) Blessed Are the Pure in Heart, Mark Shea; 3) The Spiritual Teachings of Fr Louis Lallemant

Sharing :

  1. Adakah engkau merasa hatimu telah murni? Jika jawabanmu tidak/belum, sharingkanlah satu aspek dari hidupmu yang engkau rasa perlu/inginkan untuk dimurnikan.
  2. Adakah engkau melakukan latihan/praktek kemurnian hati ? Sharingkanlah pengalamanmu.
  3. Sharingkan pengalamanmu menjaga kemurnian hati.

VACARE DEO MEI MINGGU K3 : MUJIZAT PENGAMPUNAN DALAM KELUARGA

$
0
0

MUJIZAT PENGAMPUNAN DALAM KELUARGA

Seorang bapak yang sedang mengemudi ditabrak oleh kendaraan lain karena pengemudinya sedang main handphone. Seorang karyawan dipecat oleh atasannya karena difitnah oleh rekan kerja yang iri dengan prestasi kerjanya. Seorang kakak dibohongi oleh adiknya sendiri sampai perusahaannya bangkrut dan keluarganya jatuh miskin. Seorang istri ditinggalkan oleh suaminya yang selingkuh dengan sahabat terdekatnya.

Beragam kejadian yang dialami seperti dicontohkan di atas adalah sebuah gambaran kecil dari banyaknya perlakuan tidak adil dan penderitaan yang diderita oleh seseorang karena perlakuan yang diterimanya dari orang lain.

Panggilan Untuk Mengasihi Dan Mengampuni

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kolose 3:13)

Sebuah ajaran yang diberikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat perdana di Kolose bagi mereka yang sedang beranjak meninggalkan pola hidup yang lama mereka dan masuk menjadi manusia baru setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Pribadi mereka. Sebuah konsekuensi dari iman kita adalah dengan menunjukkan iman tersebut dalam perbuatan yang nyata, yang menyatakan kebenaran iman kita tersebut. Karena tanpanya, maka segala iman kita akan menjadi sia-sia belaka.

Yesus datang ke dunia dan menyatakan diri-Nya sebagai jalan, kebenaran dan hidup (bdk Yoh 14:6). Dengan kata lain, apabila kita ingin sampai kepada Bapa, maka hal-hal yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus hendaknya menjadi sebuah kebenaran yang sungguh-sungguh kita terima, kita jalani sampai mendapatkan kehidupan yang abadi. Dahulu umat Yahudi hidup dengan menggantungkan kebenaran pola hidup mereka dari sebuah hukum yang belum sempurna. Yesus datang dan menyempurnakannya. KedatanganNya yang adalah Sang Sabda Hidup telah menterjemahkan secara sempurna hal-hal yang sebelumnya tersembunyi bagi umat manusia.

“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:38-48)

Karena kurangnya pemahaman dari umat Israel terhadap sosok Allah yang mereka sembah, maka banyak dari mereka yang dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah melalui pelaksanaan hukum-hukum Taurat. Semakin seseorang ketat dalam menjalankan hukum Taurat, semakin baik di mata masyarakat. Namun sejak kedatangan Yesus, semua itu disempurnakanNya. Sosok Allah yang penuh kerahiman dan belas kasih ditunjukkan sebagai gambaran diri dari citra Allah yang lebih jelas. Kita dapat merefleksikan gambaran Allah sebagai Bapa yang penuh kasih dan pengampunan, seperti digambarkan Yesus dalam kisah Kembalinya Anak Yang Hilang (Lukas 15:11-32).

Adalah teramat penting bagi kita untuk menyadari bahwa panggilan utama dari hidup seorang kristiani yang hendak mengikuti Yesus adalah dengan menjalankan kasih dalam kehidupannya. Kasih dan pengampunan bagaikan 2 sisi dari mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada kasih di situ ada pengampunan. Dan di mana ada pengampunan di situ ada kasih.

Panggilan Mengampuni Dalam Keluarga

Dalam sebuah homili dari sebuah upacara sakramen pernikahan, sang imam berulang kali menegaskan akan pentingnya menghadirkan Yesus sebagai nahkoda dari bahtera rumah tangga. Yesus harus menjadi nahkodanya dan harus selalu dihadirkan dalam kehidupan rumah tangga yang akan dibangun.

Venerable Bishop Fulton J Sheen dari Amerika menuliskan sebuah buku yang telah memberkati banyak orang “It Takes Three To Get Married”. Sebuah pernikahan barulah akan mendatangkan berkat dan kedamaian saat keluarga itu selalu menempatkan Allah dalam posisi terpenting dalam rumah tangga mereka.

Pernikahan merupakan sebuah perpaduan dari dua orang yang memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda. Gesekan dan perbedaan pendapat seringkali terjadi mewarnai kehidupan rumah tangga. Dengan menghadirkan Allah maka barulah segala pertengkaran, kekesalan dan kekecewaan yang terjadi dapat menjadi berkat untuk perjalanan rumah tangga itu selanjutnya.

Bagaimana supaya Allah dapat dihadirkan dalam rumah tangga kita? Jika kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita dan cinta kasih Allah dalam kita menjadi sempurna. Menghadirkan Allah berarti menghadirkan cinta kasih dalam keluarga. Menghadirkan cinta kasih berarti menghadirkan pengampunan dalam keluarga.

Dari beberapa contoh yang disampaikan di awal tulisan ini, tingkat kekecewaan dan kepedihan yang dirasakan seseorang selain bergantung pada besar kecilnya perlakuan yang kita terima, juga ditentukan oleh identitas pelaku dari perbuatan yang menyakiti hati kita tersebut. Semakin orang tersebut adalah orang yang dekat dengan kita, maka semakin dalam rasa sakit yang kita alami. Keluarga yang dijalani tanpa menghadirkan Allah, tanpa menghadirkan kasih, dan yang berarti dijalani tanpa menghadirkan pengampunan akan merupakan sebuah keluarga yang akan saling menyakiti satu sama lain. Sebagai manusia, saat kita masuk dalam kehidupan pernikahan, maka kebahagiaan adalah nilai mutlak yang menjadi tujuan utama kita. Namun kebahagiaan tidak akan dapat hadir dengan menuntut pasangan untuk membahagiakan kita, namun pasti akan hadir saat kita memutuskan untuk membahagiakan pasangan kita. Terutama di saat kita disakiti dan kita memutuskan untuk mengampuni.

Panggilan Menuju Kekudusan Dalam Keluarga

Seorang Teolog dan ahli Apologetika Katolik yang sangat terkenal, Dr. Scott Hahn mengatakan bahwa pengenalan dan pemahaman terbesar yang dia dapatkan, bukan berasal dari buku atau dokumen yang dia pelajari, melainkan dari menjalankan panggilan hidupnya sebagai seorang ayah dan seorang suami.

Setiap keluarga merupakan sebuah sekolah untuk menuju kekudusan. Dari orang-orang terdekat kita merasakan dikasihi dan juga belajar untuk mengasihi. Mengasihi berarti memberi, mengasihi berarti bersabar, mengasihi berarti mengalah dan mengasihi berarti mau senantiasa mengampuni. Mengampuni merupakan sebuah tindakan kasih yang sangat besar nilainya.

Kita mengimitasi Yesus yang memikul kayu salibnya walaupun Dia tidak bersalah. Yesus tetap menjalankannnya dengan setia, dengan penuh pengampunan pada manusia yang menganiayanya. Itu adalah kasih. Sebuah transformasi secara perlahan-lahan akan terjadi pada jiwa yang sering mengampuni. Hatinya akan dibentuk menjadi lembut dan kuat, seperti hati Yesus. Keluarganya akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang memancar dari dirinya, karena dari dirinya memancarkan kasih yang besar yang berasal dari Allah sendiri.

Seorang pelayan Tuhan pertama-tama dipanggil bukan untuk melakukan pekerjaan pelayanan yang besar dan hebat, melainkan dipanggil untuk mendatangkan kasih di dalam keluarganya. Kepada pasangan dan anak-anaknya. Tindakan pelayanan adalah tindakan mengasihi orang lain. Tanpa kita terlebih dahulu mengasihi orang-orang terdekat kita yaitu keluarga kita, tanpa kita berkorban dan mengutamakan mereka terlebih dahulu, maka segala tindakan pelayanan kita kepada orang lain akan memiliki kadar kasih yang minim. Mungkin kita akan mendapatkan pengakuan dan pujian, namun semuanya itu tidaklah banyak manfaatnya bagi diri kita. Janganlah orang lain kita kenyangkan, namun orang rumah yaitu keluarga kita sendiri kelaparan. Setelah melayani keluarga, barulah kita memiliki limpahan kasih untuk melayani orang lain.

Banyak orang mencari mujizat dan mencari-cari kebahagiaan di banyak tempat. Namun kebanyakan dari mereka tidak menemukannya, karena mereka mencari di tempat yang salah. Kasihilah keluarga kita, dan ampunilah selalu semua kesalahan mereka. Berikanlah segenap hati, jiwa dan kasihmu kepada mereka. Saat itulah Tuhan akan sungguh hadir dalam keluarga. Dan saat Tuhan hadir, saat itu pula segala mujizatNya akan dirasakan: penyembuhan, pemulihan, pertolongan, penghiburan, kekuatan, kedamaian dan sukacita.

Pedoman Hidup KTM No.20

Untuk menjadi serupa dengan Yesus engkau memerlukan kuasa Roh Kudus sendiri. Seperti yang disabdakan Tuhan Yesus sendiri, kita ini adalah ranting-ranting pada pokok anggur, yaitu Yesus sendiri. Hanya kalau kita menyadari dan menerima ketergantungan kita dari Yesus, kita akan berbuah.

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa -apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering ……. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yoh. 15:1-7)

Karena itu berdoalah mohon rahmat Roh Kudus, karena Dialah yang memampukan engkau mengakui Yesus sebagai Tuhan (1Kor. 12:3), Dia pula yang membantumu supaya dapat berdoa dengan sungguh-sungguh (Rm.8:26), Dia pula yang mencurahkan cintakasih ke dalam hatimu (Rm. 5:5). Mohonlah supaya Roh Kudus membakar hatimu dalam api cintakasih-Nya.

Sharing

  1. Ceritakanlah pengalaman mengampuni dalam keluarga anda, dan buah-buah yang dirasakan setelah kita memutuskan untuk mengampuni.
  2. Apakah kita merasakan rasa sakit yang diterima oleh anggota keluarga kita? Sharinglanlah bia kita bersedia, dan berdoalah satu sama lain dalam sel supaya kasih dan pengampunan hadir dalam diri keluarga yang didoakan.

VACARE DEO MEI MINGGU K4 : BAGAIMANA MENYIKAPI LGBT

$
0
0

BAGAIMANA MENYIKAPI LGBT

Pendahuluan

Dunia modern menghadirkan rupa-rupa tantangan dalam hidup beriman. Seringkali ini menggugat ajaran yang paling mendasar dari Gereja Katolik, dan tak jarang menuntut Magisterium (Kuasa Mengajar Gereja Katolik) memberikan interpretasi baru pada berbagai situasi hidup dan pergumulan umat Allah saat ini. Euthanasia, hukuman mati, rekayasa genetika, penggunaan kontrasepsi, bahkan kremasi hanyalah beberapa dari begitu banyak situasi nyata dan konkrit yang memerlukan bimbingan Magisterium dalam terang iman Kristiani. Dalam kesempatan ini kita akan mencoba melihat suatu kelompok umat beriman dalam Gereja yang disebut dengan istilah “Kaum LGBT”.

DEFINISI

LGBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas gay”, karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Artikel yang sangat singkat ini tidak dimaksudkan untuk memberi ulasan lengkap perihal LGBT, melainkan untuk memberikan pandangan beriman yang kiranya dapat membantu kita untuk lebih memahami dan bijak menyikapi kenyataan akan keberadaan saudara-saudari LGBT dalam hidup menggereja, bahkan dalam hidup berkomunitas kita.

BEBERAPA PEMIKIRAN SEKULER

Kitab Suci perlu Re-Interpretasi Para aktivis LGBT berargumen bahwa kecaman akan orientasi seksual mereka sebagai menyimpang secara moral, sebagaimana ditemukan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian baru, itu dapat dibatalkan dengan mencoba memahami latar belakang dari perintah atau larangan itu sendiri, sama halnya dengan posisi Gereja yang tidak lagi mengharuskan sunat bagi anak laki-laki, atau larangan untuk makan daging binatang haram (babi, ular, lembu, dll.). Argumen ini keliru, karena sekalipun hukum peribadatan dapat berubah atau mengalami penyesuaian menurut waktu dan budaya, ini tidaklah berlaku bagi hukum moral yang sifatnya abadi dan mengikat bagi semua makhluk hidup.

Saya Terlahir Seperti Ini

Sebagian saudara-i LGBT mengatakan bahwa orientasi seksual mereka bukanlah pilihan, melainkan bawaan sejak lahir yang natural. Akan tetapi, hanya karena itu bukan suatu pilihan, tidak serta-merta berarti itu bawaan sejak lahir. Beberapa keinginan dimiliki atau diperkuat oleh kebiasaan dan situasi hidup, bukan pilihan bebas. Contoh: Seorang alkoholik tidak terlahir sebagai alkoholik, tetapi dia dapat jatuh dalam kebiasaan untuk mabuk-mabukan. Sebuah peneilitian ilmiah mengatakan bahwa beberapa orang dapat terlahir dengan kecenderungan bawaan alkoholik. Kendati demikian, tidak seorang pun akan mengatakan bahwa seorang dengan kondisi demikian haruslah didorong untuk menjadi seorang alkoholik. Alkoholisme bukanlah “gaya hidup” yang diterima, demikian pula LGBT bukanlah suatu bentuk kehidupan yang harus diterima dan dimaklumi oleh masyarakat.

1 dari 10 Orang adalah LGBT

Klaim 10% ini seolah hendak meggiring opini publik pada pemakluman hidup LGBT. Benar atau tidaknya klaim tersebut, itu sama sekali tidak bisa dijadikan pembenaran. Sebab dengan iman kita tahu bahwa hampir 100% dari umat manusia terlahir dengan membawa “dosa asal” dan kecenderungan dosa yang menyertainya, tetapi oleh rahmat Baptisan kita semua dipanggil kepada kekudusan.

Kamu itu Homophobia

Tuduhan ini sering dilontarkan kepada yang menentang hidup kaum LGBT, bahwa yang menentang itu sebenarnya “takut” akan sesuatu yang tidak mereka mengerti sepenuhnya. Sekalipun dalam banyak situasi benar demikian, itu tetap tidak bisa dijadikan pembenaran. Contoh: Hanya karena temanmu menentang regulasi senjata api, tidak membenarkan regulasi itu untuk dibatalkan karena mendatangkan pertentangan. Regulasi senjata api perlu dimiliki, karena adalah tidak benar membiarkan semua orang memiliki dan menggunakan senjata api.

SIKAP GEREJA KATOLIK

Magisterium Gereja Katolik dalam berbagai kesempatan, dan melalui beberapa dokumen resmi telah berbicara soal ini, diantaranya Persona Humana dan Katekismus Gereja Katolik.

Persona Humana (PH)

Pada tanggal 29 Desember 1975 Kongregasi Untuk Ajaran Iman mengeluarkan deklarasi “Persona Humana” untuk menanggapi beberapa persoalan seksual. Persona Humana no. 8 secara ringkas menyatakan larangan homoseksual sebagai ajaran tetap (doctrina constans) Gereja, dengan merujuk kepada berbagai teks Kitab Suci dan juga pada kenyataan tidak adanya keterarahan kepada prokreasi dalam kehidupan homoseksual.

Katekismus Gereja Katolik (KHK)

2357 Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besar Bdk.Kej 19:1-29; Rm 1:24-27; 1 Kor 6:10; 1 Tim 1:10., tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa “perbuatan homoseksual itu tidak baik” (CDF, Perny. “Persona humana” 8). Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan. 2333

2358 Tidak sedikit pria dan wanita mempunyai kecenderungan homoseksual. Mereka sendiri tidak memilih kecenderungan ini; untuk kebanyakan dari mereka homoseksualitas itu merupakan satu percobaan. Mereka harus dilayani dengan hormat, dengan kasih sayang dan dengan biiaksana. Orang jangan memojokkan mereka dengan salah satu cara yang tidak adil. Juga mereka ini dipanggil, supaya memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya dan, kalau mereka itu orang Kristen, supaya mereka mempersatukan kesulitan-kesulitan yang dapat tumbuh dari kecenderungan mereka, dengan kurban salib Tuhan.

2359 Manusia homoseksual dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus – mungkin juga dengan bantuan persahabatan tanpa pamrih – mendekatkan diri melalui doa dan rahmat sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen. 2347

BEBERAPA PANDUAN BERSIKAP

Bagi Orang Tua Yang Anaknya Seorang LGBT

  1. Terimalah dan kasihilah dirimu sendiri, tanpa menyalahkan dirimu atas orientasi seksual anakmu. Dengan demikian, tanpa membenarkan hidup LGBT itu sendiri, kamu tetap dapat menerima dan mengasihi anakmu, sebagaimana Tuhan mengasihi dia.
  2. Doronglah anakmu untuk tetap terlibat aktif dalam hidup menggereja, dan bila memungkinakan bergabung juga dalam Komunitas yang dapat membimbing mereka pada kasih persaudaraan yang sejati seturut kehendak Allah.
  3. Adalah baik pula bila anakmu memiliki seorang Imam atau Pembimbing Rohani yang dapat membimbing dia pada pilihan bebas untuk kemurnian hidup seturut rancangan Tuhan. Demikian pula orang tua harus memiliki seorang Imam atau Pembimbing Rohani yang dapat menolong mereka dalam membimbing anak-anaknya.

Bagi Gembala atau Pelayan Umat

  1. Berikan waktumu bagi orang tua, anak, maupun anggota umat yang memerlukan bantuan atau bimbingan untuk meninggalkan gaya hidup LGBT, dan mengendalikan orientasi seksualnya.
  2. Sambutlah mereka sebagai putra-putri Gereja, umat Allah yang telah dipercayakan kepadamu untuk dipelihara, dan dibimbing pada jalan kekudusan. Ajaklah mereka untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja dan berkomunitas.
  3. Milikilah pengetahuan yang memadai mengenai Ajaran Gereja Katolik perihal hidup LGBT maupun bahaya-bahaya yang menyertai dari pilihan hidup itu, agar pendampingan dan pengajaran Imanmu dapat tepat sasaran dan mengubahkan hidup mereka kepada pertobatan yang sejati.

Bagi Umat Beriman

  1. Jangan menghakimi tanpa belas kasih. Terimalah kenyataan bahwa diantara kita ada saudara-saudari yang sungguh berjuang untuk meninggalkan hidup LGBT, atau mungkin butuh bantuan dalam menemukan kesejatian hidup dan meninggalkan kejatuhan dosa seksual, sebagai konsekuensi dari tindakan yang menyertai situasi hidup itu.
  2. Milikilah pengetahuan yang memadai perihal hidup LGBT dan bagaimana menyikapinya sebagai seorang beriman, agar kamu dapat menjadi teman yang baik dalam peziarahan hidup mereka yang juga berjuang meninggalkan kejatuhan dosa yang menyertai hidup LGBT, serta menapaki jalan pengudusan diri.
  3. Buatlah gerakan bersama sebagai suatu kesatuan umat, untuk melawan segala bentuk diskriminasi dan pengasingan kaum LGBT, dan lakukanlah karya-karya nyata yang dapat membantu mereka mengalami pertobatan dan pemurnian panggilan hidup.

VACARE DEO JUNI MINGGU K1 : KESALEHAN DALAM REALITAS HIDUP

$
0
0

KESALEHAN DALAM REALITAS HIDUP

Salah satu hal penting kita perhatikan dalam hidup adalah bagaimana kita tetap bersikap setia dan memelihara kesalehan hidup kepada Tuhan dan sesama. Disini, kita diajak untuk menyadari dan mempraktikkan bagaimana kesalehan membantu mempererat hubungan kita dengan Allah dan sesama, layaknya seorang anak kepada bapanya dan pada saat bersamaan, kita juga membina hubungan persaudaraan dengan sesama.

KESALEHAN LAHIR DARI KEPERCAYAAN PENUH KEPADA BAPA

Praktik kesalehan adalah praktik kesetiaan kepada Bapa. Di dalam Roma 8:15, kita dapat berseru kepada Allah sebagai “Abba, Bapa!” dan karena seruan ini, kita diajak untuk menaruh kepercayaan penuh kepada Bapa di Surga. Kita percaya bahwa Bapa penuh kasih, sayang kepada kita anak-anak-Nya.

Dengan hubungan semacam ini, sebagai anak kita berusaha sedapat mungkin mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena kita percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Entah didalam doa maupun di dalam praktik yang lain, kita menaruh kepercayaan penuh kepada Allah. Kita memberikan diri secara total kepada Allah. Kesalehan juga berarti melakukan hal-hal kecil dan sederhana, dengan kasih yang besar.

KESALEHAN MENEMPATKAN SESAMA SEBAGAI SAUDARA DALAM KRISTUS

Praktek kesalehan kita dalam hidup sehari-hari terkait dengan sesama. Kuncinya adalah melihat sesama sebagai saudara didalam Kristus. Allah mengasihi semua orang, seluruh umat manusia dan juga menghendaki adanya keselamatan dalam hidup mereka. Karena itu, kita diajak bersikap murah hati dan mau berkorban untuk sesama.

ROH KUDUS DAPAT MEMBERIKAN KEPADA KITA KARUNIA KESALEHAN

Kita akan sulit menjalankan kebajikan ini jika hanya mengandalkan diri sendiri. Kita perlu berharap kepada Tuhan. Salah satu anugerah Roh Kudus bagi kita adalah karunia kesalehan. Karunia Kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk relasi kita dengan Allah seperti relasi anak dan Bapa. Kepercayaan kepada Allah akan membentuk sikap berbakti kita kepada Nya.

Disini kita bisa belajar dari teladan St.Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang dengan karunia kesalehan, mampu menempatkan dirinya sebagai anak yang mau melakukan apa saja kepada Bapanya. Ia setia menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang kecil dan sederhana dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Ia telah menjadi teladan kesalehan yang dapat kita contoh.

Terhadap sesam juga, Roh Kudus membantu kita untuk bersikap murah hati dan memberi perhatian terhadap sesama. Jika kita berusaha melihat apa yang menjadi kebutuhan sesama , kita akan terbantu untuk menjalankan kehidupan yang saleh.

Dalam praktik kesalehan kita juga mengarahkan perhatian kepada Bunda Maria, para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen karena semuanya ini berkaitan dengan Allah. Roh Kesalehan juga akan menuntun kita untuk mencintai dan menghormati kitab suci dengan penuh kasih dan hormat. Kita perlu menyadari bahwa Kitab Suci adalah surat cinta Allah.

Marilah kita memohon supaya Roh Kesalehan diberikan oleh Allah kepada kita, sehingga kita dapat mempraktikkan kebajikan kesalehan ini dalam realitas hidup, dalam seluruh aktifitas kita baik yang berhubungan dengan Allah dan dengan sesama.

Sharing :

  1. Apa yang kita lakukan untuk mempraktikkan dan memelihara kesalehan dalam hidup sehari-hari?

  2. Apa saja langkah-langkah yang bersedia kita lakukan untuk memperoleh dan menjalankan kesalehan ini ?

Pedoman hidup KTM No 23:

Walaupun demikian, secara istimewa Allah hadir dalam hati kita karena rahmatNya. Kita adalah kenisah Allah, bait Roh Kudus, tempat kediaman Allah (1 Kor 3:16;6:19). Di situ Ia hadir sebagai Sahabat, sebagai Bapa kita yang mengasihi kita. Ia tinggal pada lubuk terdalam jiwa kita dan mencurahkan kasihNya kepada kita: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi Dia dan kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dia” (Yoh 14:23). Ia hadir di situ dan menantikan engkau. Inilah misteri besar iman kita yang mendasari hidup kita di hadirat Allah yang begitu dihargai dan dijunjung tinggi dalam tradisi Karmel, hingga hari ini.

http://www.katolisitas.org/tujuh-karunia-roh-kudus-yang-menuntun-manusia-ke-surga/

Viewing all 661 articles
Browse latest View live